#20

668 51 0
                                    

Ibunda

-Adelene Dé Cloups-

Chris mengajaknya memasuki ruangan bawah tanah. Dimana ruangan itu berada di belakang istana, untuk memasukinya perlu memasuki paviliun yang berisikan berbagai macam lukisan.

Adelene terpana dengan lukisan-lukisan yang terpajang. Ia menatap lukisan bola biru dan jam pasir yang menurutnya sangat biasa dibandingkan dengan lukisan yang lainnya. Walaupun begitu, matanya tak henti menatap lukisan yang terpajang di sebuah kotak kaca.

Chris tersenyum tipis, "cepatlah! kita tidak memiliki waktu yang lama saat ini!"

Keduanya kembali berjalan menuju ruangan paling belakang paviliun tersebut. Chris menggeser tuas yang berada di sambil almari barang barang antik.

Lantai yang berada di bawah almari tersebut terbuka dengan sendirinya dan juga almari itu bergeser sendiri. Memperlihatkan tangga yang menuju ke ruangan bawah tanah tersembunyi.

"Kenapa kau mengajakku kesini?" tanya Adelene penasaran. Ia melepaskan tangannya dari genggaman Chris.

"Aku mendengar dari Joan, kau ingin membebaskan Ibundamu?" tanya Chris.

Adelene tentunya terkejut, ia merasa sedikit geram dengan pamannya itu. Tapi, ia sendiri penasaran kenapa Chris mengetahui tentang Ibundanya?

"Kau mengenali Ibu ku?"

Chris hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Adelene. Gadis itu sedikit curiga dengan laki-laki di hadapannya kini. Melihat Chris telah melangkah menuruni tangga, Adelene juga ikut turun.

Semakin dalam tidak ada cahaya apapun.

"Chris ini sangat gelap!"

"Keluarkan sihir apimu," kata Chris.

Adelene langsung mengeluarkan api dari tangan, ukuran sedang. Perlahan ruangan yang gelap itu mulai menampakkan diri, tiga pintu dengan simbol yang berbeda terlihat.

Ruangan bawah tanah ini tidak terlalu besar dan juga sempit. Ada tiga ruangan yang berdekatan. Entah mengapa, di ruangan tanpa udara Adelene bisa bernafas dengan lega. Bukan seperti ruang gelap dan pengap seperti ruangan yang ditinggal lama, ruangan ini seperti sering dikunjungi. Noda pada figura yang tergantung bahkan tidak ada.

"Ruangan apa ini?" tanya Adelene tidak mengerti. Chris berhenti di depan pintu yang memiliki simbol Kerajaan Slyx.

Adelene menatap pintu yang berada di sebelah kiri. Terdapat simbol jam pasir dan itu membuat dahinya berlipat.

Tangan kanannya  di tarik oleh Chris dan membuat Adelene sedikit terhuyung.

Pintu itu terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Sebuah lorong lurus dan paling ujung terdapat satu ruangan yang dibatasi oleh jeruji besi. Mereka sampai di depan ruangan itu yang telah terkunci.

"Jelaskan padaku, Chris!" kesal Adelene. Ia menatap Chris meminta penjelasan, "aku sedari tadi tidak mengerti apa yang kau maksud!"

Chris menghela nafas berat, menatap Adelene dan menampilkan senyum tipisnya lagi dan lagi.

"CHRIS, AKU TIDAK BUTUH SENYUMANMU ITU! JELASKAN PADAKU APA YANG INGIN KAU LAKUKAN DI TEMPAT SEPERTI INI!" bentakan itu tak membuat Chris membuka mulut.

Ia malah menatap ke depan. Menatap ruangan yang terlihat kosong di balik jeruji besi.

"Kenapa kalian sangat berisik?!" sentak seorang wanita berambut coklat yang muncul secara tiba-tiba di balik jeruji besi.

Adelene dan Chris nampak tersentak. Chris melengos sebal melihat wajah yang nampak tidak peduli dengan apapun dari wanita itu.

Lain halnya dengan Adelene. Ia menatap wanita itu penuh dengan rasa yang tiba-tiba saja datang. Matanya sedikit perih karena beberapa detik ia tak berkedip sama sekali.

Wanita itu masih tak melihat keberadaan Adelene. Wanita itu hanya berdiri dan menatap Chris, laki-laki yang ia ketahui.

"Ibu -"

Wanita itu - Ersta. Dengan tubuh yang sedikit tak terurus, wajahnya yang cantik namun terlihat sayu. Rambutnya juga nampak kusut. Wanita itu menatap Adelene, tatapannya terlihat kosong.

Dada Adelene seketika bergemuruh. Perasaan dirinya kini tak menentu, ia sedih, marah dan juga bahagia seakan menyerbu dirinya secara serentak.

"Kau Adelene?"

Suara itu membuat Adelene meneteskan air mata.

"Ibu ..." Adelene langsung menghapus air matanya yang mengalir. Ia menatap Ersta dengan tersenyum. "Ayo kembali!"

Ersta seketika tersenyum getir, "kalau aku bisa pergi dari penjara ini sudah aku lakukan dari awal," katanya lesu. Ersta menatap Adelene lembut, "kau baik-baik saja kan? maafkan Ibu atas kesalahan yang Ibu perbuat dulu."

Adelene tersenyum, ia ingin menggapai jeruji namun, tangannya malah tersambar aliran listrik. Gadis itu terperangah tak percaya, ia menatap Chris dan Ibunya bergantian.

Ia tergagap, "ini ..." mengatakan sesuatu yang tak terlalu jelas akibat keterkejutan yang di alaminya.

"Ibu ... Adelene berjanji akan membebaskan Ibu!"  katanya penuh tekad. Ersta tersenyum tipis, ia merasa bangga dengan anaknya itu. Walaupun tak pernah sedikitpun ia mengajari Adelene.

"Kau anak yang baik, Adelene."

Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar. Adelene menatap Chris panik. Laki-laki itu lantas menggenggam erat tangan kanan Adelene. Mengucap suatu mantra dan kemudian keduanya menghilang tanpa jejak.

Ersta tersenyum miring. Lagi-lagi ia hanya bisa bersandiwara untuk kesekian kalinya.

Wanita itu melangkah mundur dan duduk diam di atas kasur yang tak layak pakai. Wanita itu menatap lima prajurit yang baru saja tiba.

"Kenapa kalian tiba-tiba mengunjungi ku?" tanya Ersta sedikit tak suka.

"Salah satu pelayan melihat ada orang yang memasuki paviliun."

Ersta menatap datar prajurit yang berada paling depan, "aku hanya sendiri disini, tidak ada siapapun yang berani masuk ke dalam ruangan bawah tanah ini. Bukankah pintu masuk penjara ini dilindungi sihir?"

Tiga prajurit terlihat mengiyakan perkataan Ersta karena benar adanya. Ersta tersenyum simpul, ia melihat wajah prajurit yang mungkin tak setuju dengan ucapannya.

"Pergilah!" usir Ersta. Wanita itu merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata. "Bawakan aku beberapa makanan, terkurung disini bertahun-tahun aku tak pernah merasakan makanan lezat." Ersta mengatakannya dengan mata yang tertutup.

Langkah kaki terdengar menjauh. Saat tak terdengar apapun lagi, Ersta mendudukkan dirinya dan menghilang begitu saja dan entah kemana.

-Adelene Dé Cloups-

Adelene Dé Cloups Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang