27. Pernikahan Sean

167 23 4
                                    

Cuaca pagi hari ini agak sedikit dingin dikarenakan gerimis hujan membasahi kota Jakarta. Jasmine terus memandangi langit yang sedikit mendung dan gerimis hujan yang masih turun.

"Jasmine?" panggil Fahadh dengan pelan.

"Ada apa? Kenapa kamu nampak diam? Ada masalah?"

"Tak ada Mas."

"Mas tak ke kantor hari ini?"

"Aku sedang tidak enak badan hari ini. Jadi aku izin tak masuk hari ini."

"Kamu sakit Mas? Kenapa tak mengatakan dari tadi?" Jasmine berucap dengan nada risau.

"Hanya sedikit pusing, nanti juga baikan."

"Jasmine, kamu mau tidak bekerja di perusahaan Mas sebagai bagian kepala keuangan. Posisi kepala keuangan sedang kosong. Kepala keuangan sebelumnya, resign. Sementara waktu saja. Sampai aku menemukan orang yang cocok untuk di posisi itu."

"Sudah lama Jasmine tak bekerja kantoran. Pengalaman kerja Jasmine hanya setahun dalam hidup Jasmine. Sisanya menjadi ibu rumah tangga dan juga pelayan kamu, Mas."

"Mas percaya kamu bisa."

"Jasmine tak percaya diri. Nanti Jasmine pikirkan lagi."

"Jasmine, setelah Gael lulus sekolah nanti, aku ingin menguliahkan Gael di salah satu perguruan tinggi di luar negeri. Entah itu di Singapura atau di Kanada, sepertiku dulu. Kalau bisa, sampai doktoral."

"Hanya Gael? Zean dan Zein bagaimana?"

"Kalau itu, sebagaimana mereka. Aku tak memaksa mereka mengikuti jejakku. Siapa tahu, diantara mereka ingin jadi dokter seperti ibu dan pamanmu. Aku ingin sekali Gael yang meneruskan usahaku. Seperti Papi pada Sean."

"Jangan menekannya Mas. Biarkan Gael yang menentukan masa depannya. Tugas kita hanya mendukung dan mengarahkannya."

....

"Gael!" panggil Ryota dengan nada terengah-engah.

"Kamu kenapa Ryota? Dikejar hantu ketika berangkat sekolah?" Gael meledek Ryota yang sedang kelelahan karena berlari.

"Ryu sialan! Aku menyuruhnya untuk menungguku sebentar di luar rumah, dia malah pergi meninggalkanku. Aku takut telat ditambah, tadi diperjalanan macet."

"Adik sialan memang!" umpat Ryota lagi.

"Mungkin Ryu kesal menunggumu. Jadi dia meninggalkanmu. Adik-adik kembarku terkadang begitu juga."

"Kak Ryota!" panggil Ryu, lalu berlari menghampiri kakaknya.

"Kak Ryota maafkan Ryu. Ryu kesal menunggu Kakak. Jadi Ryu tinggal."

"Bagaimana Ryota apakah kamu memaafkan adikmu yang menggemaskan itu?"

Pipi Ryu menjadi merah seketika setelah Gael mengatakan itu.

"Kak Gael ... Ryu jadi malu." Ryu kemudian bertingkah menggemaskan dan lucu.

Ryota tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Ryu. Begitu pun dengan Gael.

"Kalian kenapa di luar? Ada apa ini?" ucap Sultan yang baru saja datang dan kemudian merangkul pundak Ryu.

"Dua adik-kakak ini sedang bertengkar pagi ini tadi. Sekarang mereka sudah baikan sepertinya."

Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang