35. Ujian tak henti

176 20 2
                                    

Dari luar ruang ICU, Jasmine melihat kondisi anak dan suaminya. Air matanya tak henti-hentinya menetes membasahi pipinya. Jasmine masih tak sanggup untuk masuk dan melihat kondisi suami dan anaknya lebih dekat.

Sudah lebih dari tiga hari Gael dan Fahadh masih tak sadarkan diri pasca ditikam tiba-tiba oleh seseorang yang tidak di kenal. Kondisi mereka masih kritis. Bahkan Fahadh, jika telat sedikit saja, ia takkan selamat karena kehabisan darah akibat dari dua luka tusuk di perutnya.

Gael, ia mengalami satu luka tusuk di bagian perut dan luka sayatan di pipi, tangan, dan juga pahanya.

"Kenapa harus ada ujian menjelang ulang tahun pernikahan kami?" Jasmine menangis kembali.

"Mas, cepatlah sadar! Jasmine merindukan Mas. Dan sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita."

"Gael sayang, bangun Nak. Sudah dua kali kamu masuk ruangan ini."

Ingatannya seketika tertuju pada adiknya yang tiba-tiba datang dan memberikan informasi padanya bahwa anak dan suaminya mengalami pembegalan.

"Kak Jasmine ..." ucap Sean ketika sampai di rumah Jasmine malam-malam. Kebetulan Jasmine berada di teras depan menunggu suami dan anaknya pulang.

"Ada apa Sean? Kenapa ke sini malam-malam begini? Tak biasanya." ucap Jasmine.

"Kak Fahadh dan Gael ..." Ekspresi Jasmine menjadi panik setelah adik bungsunya menyebutkan nama suami dan anaknya dengan ekspresi sedih.

"Mereka kenapa?!!" Jasmine mulai meneteskan air mata dan menekankan ucapannya.

"Mereka dibegal ketika perjalan pulang. Kondisi mereka sangat kritis. Bahkan, Kak Fahadh hampir meregang nyawa." jelasnya.

"Dapat dari mana informasi itu, Sean?" ucap Jasmine dengan terisak.

"Kak Fahadh mengirimkan pesan suara pada Sean sebelum tak sadarkan diri. Sean ke sana, Kak Fahadh dan Gael sudah tak sadarkan diri dan bersimbah darah. Warga juga membantu mengevakuasi mereka ke rumah sakit. Sekarang mereka berada di rumah sakit Alena. Tak jauh dari lokasi kejadian."

"Kamu tak berbohong 'kan Sean?"

"Sean tak berbohong Kak. Sungguh."

Jasmine kemudian jatuh tak sadarkan diri.

●●●

Ryota terlihat murung dan memainkan pulpen yang ada di jarinya. Sesekali ia menatap kursi Gael yang kosong.

"Gael, Revan sudah dikeluarkan dari sekolah karena melakukan pengeroyokan dan juga pemalakan. Sehari sebelum aku kembali ke Jakarta, dia sudah dikeluarkan. Padahal aku ingin sekali sedikit bermain dengannya."

"Kamu pasti merindukan Gael?" tanya Sultan kemudian duduk di kursi Gael.

"Ya jelas aku merindukannya. Di Semarang aku tak sabar untuk bertemu dengannya dan meminta maaf. Ketika aku kembali, Gael terkena musibah dan sekarang masih tak sadarkan diri."

"Begal itu benar-benar. Semoga saja lekas ditangkap." sambung Ryota.

"Lusa kita menjenguk Gael. Ajak Si Kembar juga." ajak Sultan.

"Siap. Aku juga akan mengajak Ryu dan Mama. Mamaku ingin bertemu dengan bunda Gael. Semoga saja ada."

●●●

Pukul 18.10 Jasmine baru saja tiba di rumahnya. Setelah mandi dan menunaikan shalat Maghrib Jasmine pergi ke kamar Zean untuk anak kembarnya untuk melihat kondisi mereka. Jasmine sengaja menempatkan mereka dalam satu kamar agar mudah mengurusi mereka berdua.

Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang