Bel istirahat telah berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar untuk beristirahat di kantin dan ada yang pergi ke musala untuk menunaikan ibadah shalat sunnah Dhuha dan ada juga yang pergi ke perpustakaan sekolah.
Gael, Ryota, dan Sultan, sebelum pergi ke kantin mereka pergi ke musala untuk menunaikan ibadah shalat Dhuha terlebih dahulu.
Setelah selesai menunaikan ibadah, mereka keluar dari musala dan kembali mengenakan sepatu mereka di teras musala.
"Kalian sudah shalat Dhuha?" tanya Joshua.
"Sudah. Buktinya kami mengenakan sepatu. Lihatlah!" ucap Sultan.
"Tunggu sebentar! Aku dan Kak Janssen mau shalat dulu." pinta Joshua.
"Kita bertemu di kantin sekolah saja. Kamu dan Janssen shalat Dhuha dulu sana." saran Ryota.
"Baiklah!" jawab Joshua.
●●●
Setelah teman-teman Gael semuanya berkumpul, barulah mereka memesan menu makanan dan minuman.
"Seperti biasa, kalian mau pesan apa?" Ryota bersiap dengan buku kecil milik Gael dan juga dengan penanya.
"Aku pesan mie ayam komplit." ucap Sultan.
"Gael, Joshua, Janssen?" tanya Ryota.
"Samakan saja dengan Sultan?" tanya Janssen, Joshua dan Gael mengangguk setuju.
"Mie ayam komplit 5 porsi berikut aku. Minumannya orange squash 5? Karena hari ini ada diskon untuk pembelian 5 orange squash."
"Ya sudah." ucap Sultan mewakili.
Sembari menunggu pesanan, mereka mengobrol agar tak bosan menunggu.
"Gibran, yang di sana aku tak salah lihat? Mereka berbicara dengan bahasa isyarat. Siapa yang bisu di antara mereka?" tanya seorang murid baru. Ia bernama Revan.
"Gael. Dia yang duduk di samping kanan Sultan. Kamu tahu Sultan 'kan?" Revan mengangguk.
"Mereka berteman baik?" tanyanya lagi.
"Sangat baik. Mereka berteman dengan baik dan tak memandang kekurangan fisik yang ada di diri Gael."
"Enak sekali dia. Dia bisu tetapi memiliki teman yang setia. Apa aku membuat salah satu dari mereka renggang dengan Gael, anak bisu itu? Sepertinya sangat seru!"
●●●
Di sekolah Zean dan Zein, mereka diberikan tugas untuk membuat narasi tentang orang yang mereka sayangi.
Setelah beberapa menit kemudian, satu-persatu murid mengumpulkan tugas yang diberikan wali kelas mereka.
"Zein, tolong maju ke depan! Bacakan narasi buatanmu. Ibu menyukai narasi buatanmu."
"Dia terlahir dari kedua orang tua yang sangat harmonis. Dia adalah Gael Haydar Guinandra. Kakak pertamaku. Dia memang terlahir tunawicara. Namun, kekurangannya bukan hambatan baginya. Dia jenius. Banyak kelebihan yang dia miliki. Dia piawai dalam memainkan alat musik dan menari. Dia juga pandai di beberapa bidang olahraga. Seperti basket dan volly. Aku sangat bangga memiliki kakak sepertinya. Tuhan bukan saja memberikannya kekurangan namun juga memberikan banyak memberikan kelebihan untuknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓
Teen FictionSemua beranggapan bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Namun bukan berarti hal itu berlaku bagi semua orang. Bahkan hanya karena satu kekurangan - berkata tanpa suara dan melalui aksara adalah bagaimana cara Gael berinteraksi. Seakan semu...