30. Pecahnya Persahabatan

137 21 4
                                    

Ryota tengah sendirian di kantin sekolah. Ia seperti merenungkan sesuatu. Sudah beberapa kali ada hal yang menimpanya.
Mulai dari buku tugas yang hilang, basah, tercebur selokan, sampai sepatu olahraganya hilang di loker. Entah bagaimana maling itu bisa mengakses lokernya? Padahal loker itu terkunci.

"Sungguh aneh sekali."

"Hai Ryota!"

"Revan."

"Boleh aku duduk di sini, Ryota?"

"Silahkan!"

"Kamu kenapa? Bukankah kamu biasanya bersama teman-temanmu?"

"Aku ... hanya ingin menyendiri untuk saat ini. Beberapa hari ini buku-bukuku yang penting hilang, basah, dan kotor. Beberapa kali aku harus menyalin di buku lain,"

"Dan anehnya ... kalau ada buku yang basah atau kotor itu selalu berada di Gael."

"Apa mungkin ... Gael sengaja yang melakukan itu? Maksudku ... Gael yang sengaja membuat buku-bukumu ... rusak." tuduh Revan.

"Gael?"

"Kau jangan menuduhnya! Dia tak mungkin seperti itu! Aku dan dia sudah berkawan baik sejak awal masuk sekolah ini!" bantahnya

Ryota meninggalkan Revan dengan kesal.

"Tidak mempan ternyata. Lihat saja nanti. Sebentar lagi gong perpecahan akan segera dimulai."

●●●

Suasana pagi hari ini lumayan dingin. Langit sudah terang dan tinggal menunggu mentari pagi keluar.

Gael mengambil sepatu olahraganya lalu menaruhnya di depan teras rumah setelah itu ia kembali ke dalam rumah untuk sarapan bersama keluarganya.

"Kakak mau bawa bekal apa?" tawar Jasmine.

"Bekal ... udang saus mentega dan tumis brokoli jagung ayam boleh, tidak?"

"Selagi bahannya masih ada, sangatlah boleh." Kemudian Jasmine berjalan ke arah dapur.

"A!"

Jasmine menghentikan langkahnya, "Ada apa Nak?"

"Gael maunya Bunda yang membuatkan bekal. Bukan mbak atau bibi."

"Siap! Bunda akan segera membuatkan bekal makanan yang lezat untuk anak sulung Bunda."

"E! I! A! A! I!" ucap Gael dengan susah payah.

"Jangan dipaksakan untuk bersuara. Tenggorokanmu sakit nanti."

Jasmine menyiapkan bekal makanan untuk ketiga anak-anaknya. Jasmine meneteskan air matanya ketika mengingat Gael yang susah payah mengucapkan terima kasih padanya.

"Jangan memaksakan dirimu untuk bersuara Nak. Bunda bukannya tak menyemangatimu untuk berbicara seperti orang normal. Bunda hanya tak ingin tenggorokanmu sakit. Maafkan Bunda yang tak bisa melahirkanmu dalam keadaan normal."

Jasmine menghapus air matanya dan kemudian melanjutkan kegiatan masaknya. Setelah semuanya selesai, Jasmine memasukannya ke dalam kotak bekal milik anaknya masing-masing. Tak lupa ia juga memberikan cemilan dan buah-buahan untuk ketiga anaknya.

●●●

Gael selalu datang lebih pagi dari teman-temannya. Ini sudah menjadi kebiasaan Gael sejak taman kanak-kanak. Bahkan beberapa satpam dan cleaning service mengenal Gael karena kerap datang lebih awal dari teman-teman bahkan guru-gurunya.

Setelah menaruh tas, Gael keluar kelas dan menemui seseorang. Gael menepuk pundak seseorang.

"Ada apa Gael? Ada yang bisa Pak Iing bantu?" Pria yang berusia 50-an itu berbalik arah saat Gael menyentuh pundaknya. Namanya Pak Iing beliau adalah ketua keamanan SMA Aksara Alexander.

Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang