40. Kesalahpahaman masa lalu

215 20 6
                                    

Gael tengah sendirian di kamar rawatnya. Tak ada yang menemaninya hari ini. Karena bosan, ia memilih untuk melukis sebuah lukisan yang indah di sebuah kanvas.

Lukisan hamparan hijau dan langit yang cerah. Di tengah hamparan hijau ada seorang anak laki-laki yang mengenakan pakaian putih menghadap cahaya matahari yang cerah.

Jasmine sengaja membelikan satu paket peralatan lukis agar Gael tak jenuh saat dirinya sendirian di kamar rawat.

Setetes darah jatuh dari hidung Gael mengenai sudut lukisan yang baru saja selesai ia buat. Gael menaruh kanvas tersebut di atas nakas dan mengambil secarik tissue untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

"Apa Gael akan mati dengan penyakit ini? Gael takut. Gael takut Allah mengambil Gael di saat keluarga Gael tak ada." Air matanya menetes membasahi pipinya.

"Bunda hiks ... cepat ke sini. Gael takut hari ini adalah hari terakhir Gael."

"Ya Allah jangan ambil Gael dikala Gael sendiri."

•••

"Kak Gael." ucap Zein ketika masuk ke kamar rawat Gael.

"Di mana Zean?"

"Tadi masih di minimarket bersama Ayah dan Bunda."

"Kakak sehat?"

"Kakak sehat Zein. Sangat sehat. Tiga hari lagi Kakak akan pulang. Insyaallah. Kalau keadaan Kakak lebih baik dari sebelumnya."

Zein seketika meneteskan air matanya. Dalam hatinya ia tahu kakaknya tak membaik. Tumor yang bersarang di otak kakaknya bertambah besar. Waktu itu dia tak sengaja mendengar obrolan ayah dan bundanya.

"Kakak ..."

Gael mengusap surai hitam adik bungsunya. Dan mengusap air mata Zein.

"Jangan menangis! Kakak baik-baik saja. Esok lusa Kakak diizinkan pulang oleh Om Caka. Nanti kita nonton, main basket, main games, dan rekreasi."
Zein mengangguk.

"Assalammu'alaikum! Kakak Gael apakabar?" ucap Zean membawa dua buah tentengan berisi makanan ringan, minuman, dan buah-buahan.

"Kabar baik, Zean."

"Zein kenapa menangis? Cengeng sekali."

"Abang!" Suara tangisan Zein semakin besar.

"Ada apa kalian ini? Jangan ribut di depan kakak kalian! Sudah sakit, malah tambah sakit karena kalian berkelahi!" Fahadh datang dan menegur anak kembarnya.

"Kakak justru terhibur dengan perkelahian mereka, Ayah."

"Malam nanti Rifa akan melahirkan. Jadwal operasi pukul 9 malam. Sean meminta doa agar Rifa dan bayi kembarnya selamat dan sehat." ucap Jasmine.

"Kak Gael kita akan memiliki sepupu kembar laki-laki. Bunda, Zein mau adik seperti Haikal." ucap Zein dengan merengek.

"Tak ada adik baru! Cukup 3 anak Ayah dan Bunda. Gael, Zean, dan Zein." Jasmine menolak permintaan anak bungsunya.

"Semoga saja tanpa disadari Bunda hamil. Aamiin." doa Zein. Jasmine tak bisa berkata-kata mendengar ucapan anak bungsunya yang menginginkan seorang adik.

•••

Hari ini Gael sudah diizinkan pulang oleh dr. Caka. Dan akan menjalani rawat jalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.

Gael sedikit-sedikit merapikan barang-barangnya dan memasukannya ke dalam tas travel yang sudah Jasmine siapkan.

Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Jarum infus sudah dilepaskan dan tinggal menunggu orang tuanya datang menjemputnya di rumah sakit.

Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang