"Gavin Haydan Guinandra!" panggil Jasmine pada anak bungsunya yang tengah bermain di pekarangan yayasan kanker yang didirikannya bersama suaminya.
"Ada apa Bunda memanggil Adik?" jawab Gavin, kemudian menghampiri bundanya.
"Waktunya makan siang Nak. Kamu tak lapar?" Gavin berbalik arah dan kembali ke ruang pribadi Jasmine.
Sudah 10 tahun Jasmine mendirikan yayasan kanker yang diberi nama Rumah Singgah Gael. Rumah singgah ini dibuat untuk anak-anak penderita kanker. Di sini juga disediakan fasilitas lengkap untuk menginap, dokter jaga, perawat, dan lain sebagainya. Dan juga membantu pengobatan pasien dari segi finansial.
Gavin sangat menikmati makan siangnya dengan nikmat. Baginya masakan sang bunda sangatlah lezat dan tak terkalahkan.
"Masakan Bunda memang terlezat sedunia. Gavin sangat menyukai masakan Bunda." Gavin selalu memuji masakan Jasmine dengan antusias dan membuat Jasmine terharu.
Ketika melihat Gavin menyantap makan siangnya, Jasmine seketika meneteskan air matanya.
Jasmine selalu meneteskan air matanya ketika melihat wajah anak bungsunya yang sangat mirip sekali dengan Gael, mendiang anak sulungnya.
Tak terasa 15 tahun Gael sudah tiada. Kelahiran Gavin, seperti reinkarnasi dari Gael. Wajahnya sangat mirip dengan Gael. Bagai pinang dibelah dua. Tuhan sepertinya mengabulkan harapan Gael sebelum meninggal dunia. Harapannya yaitu, ia ingin sekali adik bungsunya mirip dengannya.
"Bunda selalu saja menangis. Air mata Bunda sepertinya tak bosan untuk keluar setiap saat." ucap Gavin ketika melihat bundanya menangis.
"Gael," tanpa sadar, Jasmine memanggil anak bungsunya itu dengan nama mendiang anak sulungnya.
"Astaghfirullah, Bunda ... selalu saja begitu. Kalau Bunda seperti itu terus, kasihan Kak Gael. Ini Gavin Bunda, bukan Kak Gael."
"Maaf Nak." Jasmine pergi meninggalkan anak bungsunya sendirian di ruangannya.
•••
Malam harinya Jasmine dan Fahadh pergi ke kamar Gael. Perlahan Jasmine membuka pintu kamar mendiang anak sulungnya itu.
"Gavin? Kenapa ada di sini? Dan kenapa menangis? Kamu baca apa Nak?" tanya Jasmine ketika melihat anak bungsunya menangis di depan lemari Gael. Di tangannya juga terdapat buku diary Gael.
"Kak Gael hiks ... Ayah pernah membencinya hanya karena terlahir bisu hiks ... Kak Gael juga tak ingin terlahir bisu."
Jasmine dan Fahadh menghampiri anak bungsunya dan memeluknya dengan erat. Jasmine baru menyadari Gavin membuka kotak yang berisi buku diary dan buku kecil untuk media Gael berbicara.
Jasmine menghapus air mata Gavin dan kemudian mengeluarkan semua isi kotak tersebut.
"Ayah pernah membenci Kak Gael hampir 14 tahun lamanya. Hanya karena terlahir bisu. Kak Gael anak yang sangat sabar sampai akhirnya Ayah menganggap Kak Gael."
Jasmine meneteskan air mata mengingat masa-masa itu.
"Itu kebodohan Ayah di masa lalu Nak. Ayah sudah meminta maaf pada Kak Gael, dan Kak Gael sudah memaafkan Ayah."
"Bunda, Ayah, Gavin selalu membaca diary Kak Gael. Dari hal sedih, lucu, dan lainnya. Kak Zein pernah membuat mie dengan air yang terlalu banyak. Sampai hambar rasanya. Dan diejek Ayah. Kak Gael tertawa. Kak Zein menangis. Abang Zean ingin tertawa tapi ditahan sampai akhirnya tak tahan ingin buang air kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓
Ficção AdolescenteSemua beranggapan bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Namun bukan berarti hal itu berlaku bagi semua orang. Bahkan hanya karena satu kekurangan - berkata tanpa suara dan melalui aksara adalah bagaimana cara Gael berinteraksi. Seakan semu...