33. Percobaan Penculikan?

175 20 3
                                    

Suara sirene mobil ambulans telah terdengar. Beberapa pelayat laki-laki keluar untuk membantu petugas menggotong jenazah Jamal ke ruang tamu.

"Jamaaallll ..." Yunara seketika pingsan saat melihat jenazah Jamal tiba. Erlangga mengangkat Yunara dan membawanya ke kamar tamu.

Hanina, istri Erlangga kembali meneteskan air mata, begitupun juga dengan Jasmine.

"Ya Allah Jamal. Tante benar-benar tak menyangka."

Agung kembali menangis histeris setelah membuka kain penutup yang menutupi wajah Jamal. Terlihat beberapa luka memar dan lebam di wajahnya dan di dadanya terlihat jahitan bekas operasi donor jantung sebelum ke rumah duka.

"Jamal bangun Nak! Jangan tinggalkan Papa! Kamu mau apa pun, Papa akan turuti. Jangan pergi Nak!" Agung menangis di atas tubuh Jamal yang sudah kaku dan dingin.

"Penabrak itu benar-benar sialan! Karena dia, anakku mati!"

Agung menangis histeris dan juga tak memperdulikan teman karibnya yang menenangkannya.

"Ikhlaskan Jamal, Agung! Kasihan dia jika kau tak mengikhlaskan kepergiannya." Fahadh mencoba menenangkan Agung.

"DIAM KAU! Kau tak merasakan apa yang kurasakan!" Agung memarahi Fahadh dan tak lama kemudian ia jatuh pingsan.

Suara lantunan surah Yaasin memenuhi ruang tamu rumah duka. Alendra, sepupu Jamal beberapa kali menahan tangisnya ketika melantunkan surah Yaasin untuk Jamal. Zean, Zein, dan Gael juga melantunkan surah Yaasin untuk Jamal.

"Jamal, pertemuan sore tadi adalah pertemuan terakhir kita. Kamu pasti sudah bahagia bertemu ibumu di surga." batin Gael.

●●●

Pukul 11.30 malam keluarga Fahadh pulang ke rumah dan esok pagi mereka akan kembali ke rumah Agung untuk menghadiri pemakaman Jamal.

"Jasmine?" panggil Fahadh dengan mata yang masih fokus menyetir.

"Iya Mas? Ada apa?"

"Esok kita izin tak masuk. Begitu pun anak-anak. Nanti kita bangun agak siang. Pukul 5 pagi saja. Untuk sarapan, biarlah mbak-mbak yang buatkan sarapan."

"Mas, Zein tak mau makan kadang kalau bukan aku yang masakkan." Jasmine menengok ke belakang melihat ketiga anak-anaknya yang terlelap tidur.

"Ya sudah, esok kamu buatkan sarapan yang simpel saja."

"Mas, Jasmine tak menyangka Jamal pergi secepat ini. Jasmine dari tadi tak melihat anak Mas Agung yang pertama. Ke mana dia?"

"Masih di jalan mungkin. Atau esok pagi datang. Anak agung yang pertama, sedang kuliah di Bandung."

"Junino, dia seperti Zean. Dia membenci saudara kandungnya hanya karena terlahir autis. Junino, dia sangat berharap memiliki adik yang tampan, sempurna, dan cerdas. Kenyataannya, Allah memberikan dia adik yang tampan, cerdas, tetapi autis. Dia membenci adiknya dengan sangat, sampai Jamal harus tinggal bersama keluarga Dhimas. Naresh, usianya 4 tahun lebih muda dari Jamal. Secara fisik dan mental dia sempurna. Tetapi, ketika Naresh berusia 3 bulan, dia divonis menderita jantung bawaan. Jantungnya rusak, dan harus menerima donor jantung."

"Dan Jamal, memberikan jantungnya untuk Naresh." sambung Jasmine.

"Kalau boleh tahu, istri Mas Agung, sakit apa?" tanya Jasmine.

"Kecelakaan karena melindungi Jamal. Seperti Zein dan Gael waktu itu. Junino benar-benar membencinya dengan sangat sejak saat itu."

●●●

Aksara Yang Berbicara (Terbit)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang