Chapter 11: A Distance

4.3K 506 58
                                    

Pete pikir dirinya kurang tidur dengan baik dalam satu bulan ini. Insomnia menyerangnya, membuatnya berteman dengan ponsel di malam buta. Berharap menonton series terbaru Kim dan Chay akan membuatnya mengantuk, tapi sayangnya tidak. Yang ada Pete terus mengulang-ulang di episode yang sama, episode yang menurut Pete sangat seru dan membuatnya berteriak heboh.

Ia baru akan mengantuk di saat sudah mulai pagi dan itu jelas tak bisa membuatnya beristirahat dengan baik. Pete harus pergi bekerja, atau Arm akan menjelma menjadi ibu tiri bagi Pete. Bahkan Arm pernah menggulung Pete dengan selimut dan mengancam akan menggulingkannya sampai ke lantai.

Kejam ...

Mataku pasti sangat seksi sekarang karena bawah matanga tanpa diwarnai hitam dia sudah hitam sendiri.

Kalau panda terlihat lucu tapi Pete terlihat seperti valak.

"Kenapa kau memegang dadamu seperti itu?" tanya Arm yang memang cukup teliti. Bahkan terima kasih pada Arm yang mengurus Pete dengan baik.

Makanya sebulan terakhir ini Pete tumbuh subuh.

Pete melepaskan usapannya, dan menerima piring dari Arm. Hanya sarapan sederhana, yaitu sandwich dengan isian dada ayam yang dipanggang sebentar, selada, potongan tipis tomat, dan lain-lain. Ini enaknya tinggal dengan orang teliti seperti Arm, vitamin dan proteinnya terjaga.

"Agak sesak. Rasanya ingin muntah." Pete bertanya-tanya apakah dirinya asam lambung.

Arm mengerutkan kening. "Masih kesulitan tidur? Bisa ku belikan obat tidur di apotik."

Mau tak mau Pete mengangguk. Mana bisa dia terus-terusan kurang istirahat. Pete tak tahu apa yang ia pikirkan, tapi ada rasa tak nyaman dan resah di hatinya. Padahal dia tak hidup di zaman perang, yang mana jika dirinya menutup mata bisa-bisa pindah alam begitu saja karena serangan.

Tapi begitulah ... Ia tak nyaman saat memejamkan mata.

Tentang yang terjadi satu bulan lalu atau lebih, tak ada satu pun dari mereka yang membahasnya. Bagi Arm, dia memang tidak terlalu ribet dengan masalah orang lain. Bagi Pete, dia memang sengaja menghindari topik itu.

Baru saja Pete mengambil gigitan besar di sandwich, dahi Pete berkerut dan tanpa banyak kata meletakkan kembali sarapannya. Tangan Pete menutupi hidungnya sendiri. Nyaris tak bisa menelan makanan di mulutnya. Sehingga ia meraih segelas air untuk membersihkan mulutnya dari rasa amis dan kuat, yang Pete rasakan.

Seingatku tak ada campuran pasta ikan asin ke dalam sandwich.

*Yang dimaksud Pete itu yang sering dipakai untuk salad pepaya atau som tum. Aku kurang tahu itu larutan kayak terasi udang atau air ikan asin. Tapi intinya baunya kuat gitu ... 

Ia melirik Arm yang menikmati sarapannya dengan tenang. Jelas tak ada masalah dengan rasanya. Berarti bahannya tidak ada yang berbau menyengat.

TING!

CKLEKK ...

Pete mengangkat kepalanya saat mendengar bunyi apartemen Arm yang dibuka dari luar. Jelas orang tersebut memiliki duplikat unit card milik Arm. Itu adalah Pol yang meminta sarapan, sekaligus menjemput Arm untuk pergi bersama.

Kadang Arm memang membawa mobil sendiri, tapi berhubung dia punya tunangan, makanya dinanfaatkan dengan baik.

Melihat Pol yang datang, Pete berdiri dari duduknya. Bersiap untuk pergi ke kantor tanpa menghabiskan makanan. Mungkin dia akan makan siang lebih cepat nanti.

"Kau tak mau ikut diantar juga?" tanya Arm yang melihat Pete berdiri.

Pete menggelengkan kepalanya. "Jemputanku menggunakan kendaraan yang lebih besar."

Home Sweet Home | VEGASPETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang