Chapter 34: A Plan

4.3K 446 35
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Arm tentu saja heboh mendengar kabar Kinnporsche yang punya anak. Ia segera mengajak Pete untuk datang ke rumah besar Porsche, padahal Pete baru saja pulang dari luar kota. Walau yah Arm sudah melihat foto-foto dari Prapai yang diunggah oleh Porsche di sosial medianya.

Membuat orang bertanya-tanya siapa sosok kecil yang mendadak diperkenalkan dengan nama Theerapanyakul di belakangnya itu.

Pada akhirnya kedua orang itu berakhir dengan menggosipkan Porsche sambil berbaring di bagian lantai paling atas apartemen.

Biasanya mereka jarang berada di sini, tapi kata Arm orang-orang seringkali bersantai di sana. Ada dinding-dinding kawat yang melindungi bagian pinggirnya, sedangkan mereka berbaring di permukaan atap apartemen. Itulah kenapa mereka jarang datang ke sini saat siang, karena jelas mereka tak mau panas-panasan di atap.

Dan sekarang malam hari, tepatnya saat mereka selesai makan malam. Arm mengajak Pete untuk berbaring di atap, sambil melihat bintang-bintang. Membawa selimut mereka juga beserta cemilan.

Kapan lagi kan bisa bersantai bersama. Kalau Pete tinggal bersama Vegas, Arm hanya bisa mengajak Pol ke sini. Bukannya tak asyik tapi sensasi saat bersama teman itu agak berbeda dibandingkan bersama seorang kekasih.

Kalau kekasih enaknya dibawa ke kamar, kalau kata Porsche.

Perkiraan cuaca malam ini cerah, tetapi banyak nyamuknya makanya Arm membawa obat nyamuk bakar di sana. Walau diletakkan agak jauh agar tidak terkena asapnya terlalu banyak.

Apa yang mereka bicarakan bukan hanya tentang Porsche, tetapi tentang obat Pete yang bercampur juga. Tentu saja itu agak sensisif bagi arm yang seorang dokter, apalagi kalau sampai ini keteledoran rumah sakit.

"Tapi dokter Vegas benar, kau harus berhati-hati dengan orang-orang di sekitarmu," ucap Arm yang melonggarkan dasinya.

Pete menoleh pada Arm. Ia agak tengkurap dengan bertumpu pada bantalnya. Tapi hanya setengah badan, karena takut perutnya tergencet.

"Padamu dan Pol juga?" tanya Pete meremehkan. Agak tak percaya kalau dua sejoli ini, yang seperti orangtua sambungnya, malah mencelakainya.

"Bisa saja. Kau tak bisa percaya pada orang lain dan lengah, bisa jadi suatu saat rahasia mu dibongkar di tengah umum," ucap Arm apa adanya. Ia melempar bungkus cemilan sembarangan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Home Sweet Home | VEGASPETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang