Rio memasang wajah kesal nya, dua jam setelah ia sadar, Rose tak berhenti mengejek nya karena mengigau jika ia adalah seorang raja.
"Jangan memasang wajah seperti itu, tidak terlihat menakutkan sama sekali" Rose terus mengejek nya.
"Noona membuat ku kesal" keluh Rio manja, Rose pun semakin terbahak.
"Sudah, ini, makan dulu, setelah itu minum obat mu" Rose menyerahkan piring berisi makan malam nya dari rumah sakit.
"Suapi" pinta Rio
"Astaga, kaki mu yang cidera Rio, bukan tangan mu" Rose pura-pura kesal, padahal dia menyukai sifat manja Rio, karena merasa di butuhkan oleh namja itu.
"Noona tidak lihat ini?" Rio menunjukan tangan kiri nya yang di infus.
"Baiklah baiklah, buka mulut mu" Rose menyerah sebelun Rio merajuk, dia tak pernah melihat namja itu marah sebelum nya, dari pada dia bingung membujuk nya nanti, lebih baik dia mengalah sekarang, Rio pun makan dengan lahap, hingga membuat Rose penasaran, ia pun mencoba ikut memakan menu dari rumah sakit itu dan Rose langsung meringis ngeri.
"Astaga, ini bahkan hampir tidak ada rasa bumbu nya sama sekali" keluh nya.
"Bagaimana kamu bisa menelan nya?" Rose tak percaya.
"Ini bukan tentang rasa nya, tapi dengan siapa aku makan" jawab Rio, Rose langsung tersenyum salah tingkah.
"Tapi kamu tidak mau menjadi kekasih ku" balas Rose, kini Rio yang dibuat membisu, bingung harus menjawab apa.
"Tidak mau" jawab Rio seperti biasa, sambil tersenyum dan menggeleng.
"Lalu kenapa kamu semanja ini pada ku? Apa kamu tidak merasa jika kita sudah seperti sepasang kekasih selama ini?" Tanya Rose
"Karena aku percaya pada mu noona"
"Percaya tentang apa?"
"Tentang semua nya, aku juga merasa nyaman dan tak terbebani dengan status kita saat ini"
"Jika suatu saat aku menerima cinta dari namja lain bagaimana?"
"Jika noona merasa bahagia dengan namja itu, ya tak masalah, tapi noona harus memberitahu ku sebelum nya, agar aku bisa menjaga sikap ku pada mu di depan nya nanti" jawab Rio, Rose membuang tatapan nya dari Rio, tanpa bisa ia tahan, air mata nya pun menetes.
"Sebenar nya, bagaimana perasaan mu pada ku?" Tanya Rose.
"Aku menyayangi mu noona" jawab Rio, cinta dan sayang tentu tak sama.
"Boleh aku menunggu mu sampai sayang itu berubah menjadi cinta?"
"Tidak"
"Kenapa?"
"Jangan tunggu aku noona, jika sudah waktu nya noona untuk menikah, menikah lah" jawab Rio, Rose mengangguk, ia lalu berdiri dan membereskan bekas makan Rio.
"Papa, ayo pulang" ajak nya pada sang ayah yang tengah mengobrol dengan orang tua Rio, Minho dan Sohee yang datang untuk menjenguk Rio tentu nya, Rose tak berpamitan pada Rio, ia langsung keluar setelah berpamitan dengan Jessica, Yuri, Minho dan Sohee, Rio menatap sendu pada gadis itu.
"Hey, bagaimana?" Tanya Sohee menghampiri Rio.
"Bius ku seperti nya mulai hilang noona" jawab Rio.
"Obat mu sudah di minum?" Rio mengangguk.
"Seperti nya gadis itu menyukai mu" tebak Sohee.
"Itu hanya perasaan noona saja" elak Rio
"Mata tidak bisa bohong Rio, aku tahu dari cara dia menatap mu" goda Sohee, Rio tersenyum sambil menggeleng.
"Ku harap cidera mu segera sembuh, sebab ada proposal masuk ke club" ujar Sohee.
"Proposal?" Ulang Rio.
"Iya, kamu tahu dari mana?" Rio menggeleng.
"Luton Town FC" jawab Sohee tersenyum lebar.
"Liga Inggris?" Rio menganga tak percaya.
"Iya, club itu promosi ke liga utama Inggris tahun ini" jawab Sohee bangga.
"Appa dan eomma sudah tahu?" Tanya Rio, Sohee mengangguk.
"Club belum menyetujui nya, masih menunggu kamu pulih lebih dahulu" jawab Sohee lagi.
Keesokan hari nya, Rio menunggu kedatangan Rose untuk mengunjungi nya, tapi nihil, gadis itu tidak datang, hanya Jisoo, Jaehyun, Joy dan Jennie yang datang menjenguk nya
"Makan siang mu masih utuh Rio?" Tanya Jaehyun yang melihat nampan Rio masih rapi.
"Aku menunggu Rose, Jaehyun-ahh" jawab Rio, sambil mengutak atik ponsel nya, mencoba menghubungi Rose, keempat nya langsung saling bertatapan, karena tahu Rose tak akan datang, sebab gadis itu sedang pergi dengan kakak tingkat nya di kampus, Park Jimin.
Sedangkan di tempat lain, Rose mematung menatap ponsel nya yang terus bergetar karena Rio menelpon nya.
"Rose, kamu mau pesan apa?" Tanya Jimin membuyarkan lamunan Rose yang terpaku pada layar ponsel nya.
"Aku tidak lapar oppa" jawab nya lemah
"Aku pesankan minum kalau begitu ya?" Tanya Jimin perhatian, Rose mengangguk.
"Maafkan aku Rio" batin Rose ingin menangis, terlebih mengingat obrolan nya dengan Rio kemarin.
Tiga hari di rumah sakit, Rose tak kembali mengunjungi Rio dan mengabaikan pesan serta telpon nya, ia pun sudah boleh pulang ke rumah dengan di jemput oleh sahabat serta keluarga nya, dan Rose mulai sibuk dengan Jimin.
"Kalian tolong temani Rio ne, appa dan eomma pergi dulu" pamit Jessica yang diundang oleh YG FC membahas tentang kemungkinan Rio untuk pindah dan tentang masa depan pemain muda itu.
"Jaehyun-ahh, tolong makan ku, aku lapar" pinta Rio, Jaehyun pun melayani sahabat nya itu, dan Jessica tentu juga sudah menyiapkan makanan untuk keempat sahabat anak nya itu.
"Aku tidak percaya sahabat ku akan bermain di liga Inggris" Jaehyun tersenyum lebar tapi seolah tak percaya.
"Nanti jangan lupakan kami ne" pinta nya lugu
"Rio pasti akan selalu mengingat kita" ucap Jisoo yakin.
"Pasti, kalian adalah orang-orang yang ikut berperan dalam perkembangan karir ku" balas Rio, Jennie dan Joy menatap iba pada Rio, yang pelan tapi pasti, mulai ditinggalkan oleh Rose, tapi dia tidak merasa akan hal itu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Feel The Love?
Fanfictioncerita cinta antara Rio si anak sepak bola, dengan Rose yang berpacaran dengan si anak basket