Sepulang liburan dari Korea Selatan, Rio akhir nya memperpanjang kontrak dengan The Villans selama dua musim, dengan gaji delapan puluh dua ribu poundsterling, atau setara dengan hampir lima ratus juta ₩on sebulan, bayangkan sekaya apa Rio sekarang, ia juga telah membeli rumah mewah dan tak lagi memakai fasilitas club, sebab Rio sudah mampu membeli dengan uang nya sendiri, ditambah, Kai telah berusia empat tahun sekarang, jadi ia sudah mulai memasuki sekolah pendidikan dini.
Rio juga menarik Minho ke Inggris untuk mengawal istri dan anak nya, yang ikut terkenal sekarang di Inggris, apalagi Rose tengah mengandung anak kedua Rio.Bersama The Villans, permainan Rio pun semakin berkembang pesat, sebagai pemain tengah dan bukan striker murni, torehan lima belas gol dalam satu musim di tahun ke tiga nya bersama Aston Villa merupakan prestasi yang membanggakan.
Disaat Kai berusia lima tahun, dia telah memiliki dongsaeng namja bernama Kwon Junghwan, dan kontrak Rio menyisakan satu musim lagi bersama Aston Villa, banyak club mengajukan tawaran, dan nilai jual Rio sekarang adalah tiga puluh lima juta Euro, mata uang yang kini resmi dipakai secara internasional untuk transaksi dan pembayaran gaji pemain bola profesional di seluruh penjuru Dunia, tak hanya Eropa.
Dan Rio tidak memperpanjang kontrak, tapi dia belum memutuskan akan pergi ke club mana setelah kontrak nya dengan Aston Villa berakhir tahun depan.
Di musim terakhir nya pun Rio tetap memberikan yang terbaik bagi club nya, gol demi gol ia cetak, pemain depan Aston Villa pun di manjakan dengan asist-asist bagus dari Rio, nama nya kian melambung dan di kenal dunia, Rio duduk di bangku depan mobil nya, dan Bing yang mengemudi, keluar dari markas the Villans, gerimis melanda kota Birmingham sore itu, Rio membuka kaca jendela nya, guna memudahkan Bing melihat sisi kiri saat hendak masuk ke jalan.
"Rio. . . Rio. . ." Beberapa penggemar nampak memanggil.
"Pelankan mobil mu Bing" interuksi Rio.
"Hey, kenapa hujan-hujanan?" Tanya Rio, Bing menghentikan mobil nya, yang langsung di kerumuni anak-anak dan remaja para penggemar Rio
"Karena kami menunggu mu" jawab mereka.
"Oh ya?"
"Iya, kami ingin tanda tangan mu" pinta mereka
"Baiklah" Rio memberikan tanda tangan nya untuk beberapa anak.
"Setelah ini pulang dan makan yang banyak, jangan sampai sakit dan jangan membuat orang tua mu khawatir" pesan Rio sambil membubuhkan tanda tangan nya, beberapa remaja juga mengambil foto Rio.
"Terima kasih Rio" ucap mereka sebelum mobil sang idola melaju.
"Daddy pulang" seru Rio begitu memasuki rumah nya.
"Daddy daddy, Junghwan bisa berjalan sekarang" sambut Kai berlari menghampiri sang ayah
"Wah, benarkah? Coba tunjukan pada daddy boy" panggil Rio pada si bungsu yang berdiri sambil berpegangan pada sofa ruang keluarga, berlahan, Junghwan pun mulai melangkahkan kedua kaki nya menghampiri sang ayah, Rose yang baru keluar dari kamar nya pun membeku melihat si kecil melangkah dengan terhuyung, setelah tiga langkah ia hampir terjatuh tapi sang ayah sudah menangkap tubuh nya lebih dahulu.
"Yeay!" Seru Rio menggendong Junghwan, si kecil tertawa lebar.
"Siapa yang mengajari Junghwan? Kai hyung?" Tanya Rio, Rose lalu menghampiri si sulung.
"Terima kasih sudah membantu mommy" ucap Rose sambil mendekap kepala Kai.
Banyak orang penasaran kemana Rio akan berlabuh setelah melalui empat musim di Aston Villa, tapi club belum mengumumkan, padahal hari ini adalah laga terakhir Rio bersama The Villans, Rose, Kai dan Minho menonton ke stadion, di bantu Bing juga tentu nya, mereka bersorak ketika sang ayah memegang bola.
Priiittt. . .
Terjadi pelanggaran untuk tim Rio, McGinn berujar.
"Rio, biar Rio yang mengambil tendangan" ucap nya sambil mengambil bola dari tangan Luke Barry, pemain tengah yang biasa mengambil tendangan bebas atau penalty.
"Tapi ini tugas ku" tolak Barry
"Sudah berikan cepat" paksa McGinn
"Rio, kemari" panggil McGinn.
"Aku?" Rio menunjuk diri nya sendiri seolah tak yakin.
"Iya kemarilah, kamu yang ambil tendangan" perintah McGinn
"McGinn" Barry masih tak terima, ia mengikuti sang kapten hendak mengambil alih bola, tapi McGinn menatap nya tajam, Davis sang penyerang pun menarik tangan Barry agar menjauh dari McGinn.
"Kamu yang lakukan, aku percaya kamu bisa" bisik McGinn pada Rio, yang mengangguk mantap.
Rio bersiap mengambil tendangan, sampai wasit meniup peluit, dan pagar betis pun waspada.Priit
Dug
Shoot
Rio menendang bola dengan kaki kanan nya, melewati pemain paling kiri musuh yang menjadi pagar betis, dan bola melengkung mengalir deras ke arah gawang, sang kiper yang mati langkah pun hanya bisa terbengong melihat bola masuk ke dalam gawang nya.
Goal!
Para pendukung the Villans pun bersorak, termasuk Rose, Kai dan Junghwan, Rio tertawa tak percaya ia mampu melakukan tendangan pisang seperti milik idola nya David Bechkam, ia lalu berlari menghampiri McGinn.
"Terima kasih McGinn" ucap Rio, sang kapten merangkul dan menepuk kepala Rio, pria yang jauh lebih muda dari nya itu.
Rio berhasil memberikan kemenangan untuk tim nya di laga terakhir dengan skor tipis 1-0, sang kapten bukan nya tanpa alasan memberikan tendangan bebas pada Rio, ia ingin memberi kesempatan pada pemain nya itu mengukir kenangan manis sebelum dia pergi meninggalkan Villa Park, dan Rio membayar lunas kepercayaan yang di berikan oleh sang kapten.
Setelah pertandingan, Rio menghampiri tribun pendukung The Villans yang setia menunggu nya, Rio bertepuk tangan sambil membungkuk sebagai ucapan terima kasih dan ucapan perpisahan, tapi, seluruh penonton di stadion Villa Park malam itu memberi nya tepuk tangan penghormatan dengan berdiri, Kai dan Junghwan pasti bangga saat besar nanti.
#TBC
Satu chap lagi tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Feel The Love?
Fanfictioncerita cinta antara Rio si anak sepak bola, dengan Rose yang berpacaran dengan si anak basket