Pendahuluan

36.7K 2.1K 155
                                    


.
.
.

.
.
.


"NOA!!!", teriakan seseorang membuat seorang pemuda bangun dari tidurnya. Ya dia adalah Noa atau lebih lengkapnya Renoa Evandra. Yang sedang dibangunkan oleh sang sahabat tercintah dengan tidak elite-nya.

"Khanza! bisa diem ngga??? baru juga tidur aku tuh", seseorang yang tadi hanya nyengir lebar di tempatnya. Khanza Silviana, seorang maniak novel yang selalu meminta Noa untuk membaca semua novel yang dia baca.

Soal gender? tentu saja Khanza perempuan. Tapi meskipun perempuan, Khanza tetap lebih tinggi dan mungkin lebih tampan dari pada Noa sendiri.

"Ya sorry.. lu nya sih, pasti sedari malam sibuk ngetik cerita di wettpad kan?? udah deh. Menurutku kenapa kau bergadang juga, pengikut lu cuma 6 dan yang suka ceritanya cuman gue sama mak bapak mu karena kasihan ngga ada yang suka", ujar Khanza.

Mendengar itu, hati Noa langsung tertohok. Terasa sakit tapi tidak sampai berdarah.

"Jangan lebay deh. Jijay gue tuh..", Khanza menunjukkan ekspresi seolah dia merasa jijik yang dibalas dengan tatapan tajam milik Noa yang bahkan tidak seram sama sekali kalau menurut sahabatnya itu.

"Gemes banget sih!! jadi mau ngantongin. Karung mana karung?", Khanza yang gemes melihat ekspresi wajah Noa seakan meminta untuk diculik, membuatnya membatinkan hal tersebut. Khanza yakin, kalau saja Noa keliaran malam-malam, sudah pasti sahabatnya akan dibawa pergi oleh om-om pedofil yang ada di luaran sana.

"Memangnya kenapa sih? ini kan hari minggu juga!", ucap Noa.

"Wahai sahabatku, ini memang hari minggu tapi.. lu lupakah? kalau ini hari ULTAH PERNIKAHAN BAPAK SAMA MAMA LU?", ujar Khanza sambil menekan pada kalimat terakhirnya.

"Bilang kek dari tadi!", Noa langsung bergegas, beranjak dari kasur kesayangannya dan berlalu meninggalkan Khanza yang sedang menahan semua gejolak yang diakibatkan oleh sahabatnya sendiri.

"Mau risen aja deh. Kok serba aku yang disalahin? dasar cowok!", batin Khanza. Dia hanya tersenyum PAKSA karena sedang berusaha untuk tidak menonjok wajah sahabat satu-satunya ini.


....................


"Za, kue nya di mana?", tanya Noa.

"Katanya sih sedang pengiriman, tapi ya gitu, macet", mendengar hal itu, Noa mengangguk paham. Memang akhir-akhir ini sering terjadi macet dikarenakan kelalaian para pengendara sepeda motor yang masih anak-anak.

Sejujurnya itu membuat Noa heran. Kenapa ya, orang tua dari bocil-bocil kematian itu, nggak melarang sama sekali?

"Yaudah biar gue saja yang ngambil. Toko kue nya cukup dekat kan?", Khanza mengangguk. Namun entah kenapa perasaannya tidak enak, dan mengatakan seakan tidak boleh mengijinkan Noa untuk pergi mengambil kue.

"Jangan deh, entah kenapa firasat gue tidak enak. Biar saja mereka yang hantar meskipun nanti telat", ujar Khanza yang membuat Noa mengeryit heran. Tidak biasanya Khanza berperilaku seperti itu.

"Tidak bisa sayangkuhh.. nanti kalau mak sama bapak keburu pulang gimana? nanti ngerayain nya jadi gak surprise lagi dong", balas Noa. Khanza menjitak kepala sahabat tersayang. Untung sahabat kalau bukan, udah Khanza masukin Noa ke kandang si Riku (ular kobra milik Khanza).

"Yaudah, tapi hati-hati ya? jangan ngebut-ngebutan! atau habis lu pulangnya", Noa hanya mengangguk canggung, karena jika ancaman dari sahabatnya itu tidak dilakukan. Maka akan berakibat, Noa yang dicuekin sama sahabat nya selama 1 minggu full!

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang