Pasar

14.6K 1.3K 41
                                    




............




"Mama kapan noa bisa jalan-jalan?" Sedari kemarin noa sangat jenuh karena kemarin, hari ini dan besok alan dan Ayahnya tidak ada. Katanya sih sedang ada urusan penting.

"Iya sayang. Jika noa sangat ingin, pergi lah bersama uti ya? Biar noa nggak tersesat. Noa kan belum paham jalanan di luar sana." Ucap Evantika. Sejujurnya evantika tidak ingin kalau anaknya pergi keluar.

Takutnya nanti di gondol om-om pedo lagi. Kan ngeri. Tapi kebetulan pelayan pribadi nya akan pergi ke pasar. Jadi ya sekalian aja.

Soalnya evantika juga masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan hari itu juga. Meski berat, dia tetap pasrah dan berharap pelayan pribadi nya itu bisa menjaga anaknya baik-baik.

"Pergi sama uti?"

"Iya sayang, kalau nggak sama uti. Nggak mama ijinin oke?" Ucap evantika sembari mengusap lembut Surai anaknya.

"Oke."


............




"Tuan muda jangan pergi dari sini oke? Uti mau bayar belanjaannya dulu." Ucap uti. Dibalas dengan anggukan kepala oleh Noa.

Pandangan noa kini tertuju ke sekelilingnya. Tapi dia tidak sengaja melihat sebuah gerai roti yang agak ramai.

Dia melihat seorang anak yang sedang dipukuli. Tanpa pikir panjang noa segera berjalan ke arah sana. Mungkin noa sudah lupa dengan perkataan uti tadi.

.........

"Kau anak kotor! Beraninya mencuri di gerai ku! Heh ini balasan yang setimpal untukmu." Ucap pemilik gerai roti itu setelah puas memukuli seorang anak yang ingin mencuri roti di gerainya.

Anak yang tadi hanya menunduk. Memang seorang anak tidak di urus sepertinya banyak yang mencuri untuk bisa makan. Tapi tidak jarang juga kepergok oleh pemeiliknya.

' Dunia sangat tidak adil, kenapa mereka tidak mau membagi makanannya saja. Mereka memang orang-orang b4jingan." Batin anak itu. Tangannya kini sudah terkepal ingin sekali dia membalas.

Namun apa daya, anak-anak sepertinya harus menanggung resiko ketika ketahuan mencuri.

"Apa kau bisa berdiri?" Anak itu langsung memandang ke atasnya. Dia terkejut saat melihat seorang anak seusianya sedang mengulurkan tangannya yang paling bikin terkejut adalah dia mengulurkan tangannya ke arah anak sepertinya.

Namun dia malah menolak mentah-mentah uluran tangan itu. Yang tentu saja membuat anak di depannya agak kaget sepertinya.

"Kau jangan sok baik! Semua bangsawan itu menjijikkan!" Anak itu kembali menunduk. Sejujurnya entah kenapa dia sangat membenci para bangsawan yang sok baik dengan anak-anak sepertinya.

"Beraninya kau bicara seperti itu!" Teriak uti yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang noa. Ya anak yang tadi adalah noa, yang berniat ingin menolong anak itu eh malah di tolak.

"Uti! Biarkan saja. Maaf tadi dia sudah membentak mu. Ini ada sedikit makanan untuk mu. Aku pergi dulu ya? Uti ayo pergi." Ucap noa sembari menaruh sekeranjang makanan yang sempat dia beli tadi dan langsung pergi dengan menggandeng tangan uti.

Setelah noa dan uti pergi. Anak tadi hanya menatap kearah sekeranjang makanan di hadapannya. Orang-orang yang tadinya berkerumunan kini sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasanya.

Tadi gara-gara uti teriak sih. Jadinya mengundang kerumunan orang.

"Maaf dan Terimakasih." Gumam anak itu yang masih terdiam menatap kearah sekeranjang makanan pemberian noa tadi.





......... ..





"Anak tadi sungguh tidak sopan. Hah bisa-bisanya bicara seperti itu!" Celoteh uti yang kesekian kalinya. Sedangkan noa yang mendengarnya hanya bisa pasrah takutnya nanti uti malah nambah berceloteh panjang.

"Uti dari pada marah-marah. Mending beli itu yuk!" Uti segera mengalihkan pandangannya ke arah gerai yang ditunjuk oleh tuan mudanya.

"Wah ayo tuan!" Noa terkekeh melihat tingkah pelayan pribadi nya. Gerai yang tadi noa tunjuk adalah gerai Desert. Noa tahu kalau uti sangat menyukai makanan manis karena novel, kan dia yang buat. Jadinya dia yang nentuin dong.

Kita kembali beralih ke arah anak yang tadi. Kenapa? Baca aja.

..........

"Rupanya kau di sini! Jangan bermain-main lagi! Kasihan paman dan bibi yang mencari mu!" Ucap seorang gadis remaja sembari mengulurkan tangannya.

Namun seperti yang noa alami tadi anak itu malah menolak kembali. Dan malah berdiri sendiri.

"Kau tidak tahu apa-apa jadi lebih baik diam." Anak itu sekarang malah langsung jalan meninggalkan gadis remaja tadi.

"Ck tunggu aku! Ayo kita kembali! Jangan malah menyamar jadi anak gelandangan kembali! Tidak ada bantahan. Ayo!" Tangan anak itu langsung di tarik oleh gadis remaja tadi.

"Ck!" Anak itu berdecak kesal. Karena dirinya malah di seret oleh gadis remaja itu yang malas anak itu akui sebagai kakak ponakannya.

Tangan yang satunya masih setia memegang keranjang makanan pemberian noa tadi. Yang tentu saja membuat gadis remaja itu kembali heran.

"Siapa yang memberikannya?" Tanya gadis itu.

"Seseorang." Hanya itu yang dikatakan oleh anak tadi yang tentu saja membuat sang gadis kesal dengan jawaban yang diberikan oleh keponakannya sendiri.

' heran. Dia niru siapa sih? Perasaan paman dan bibi tidak seperti ini. Dan lagi... Siapa yang memberi itu?" Batin gadis remaja itu.













................











...............






Segini dulu dechh

Maaf kalau kalian malah kecewa.

......

To be continued

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang