Leonard

2.5K 235 3
                                    

"Kalian akhirnya sampai."

Noa kembali terpukau ketika melihat seorang elf wanita dewasa dengan Surai kuning cerahnya serta manik Emerald itu. Dengan telinga yang runcing.

"Salam ibu ratu." Mereka segera bersujud hormat.  Noa yang tidak mengerti pun hanya bisa ikut-ikutan mereka bersujud. "Berdiri lah anak-anak ku."

Mereka segera bangkit dari posisinya. Noa juga mengikuti langkah kegiatan yang mereka lakukan. Meski dia sama sekali tidak mengerti. "Nak ayo ikut aku."

Merasa ditatap oleh beberapa pasang mata membuat Noa menunjuk dirinya sendiri. "aku?"

"Iya kamu. Kalian urus perbatasan hutan sihir ini. Bawa para penduduk elf serta yang lainnya ke tempat yang sudah di atur. Terutama anak-anak dan ibu hamil. Mirai kau ikut dengan kami."ucap wanita itu dengan tegas.

"Baik ibu ratu!"

................

"Tongkat apa itu? Kenapa tertancap di batu?" tanya noa. Ia melihat sebuah tongkat yang memiliki warna redup tertancap di batu di atas tangga sana. Sang ratu hanya tersenyum kemudian menjelaskan.

"Itu adalah tongkat yang khusus diberikan oleh dewi alam pada kami. Tongkat itu akan tetap tertancap di sana dengan warna yang redup. Hanya bisa diambil oleh dirimu." Noa mengangguk mengerti.

"Sebelumnya maaf terlambat memperkenalkan diri. Nama saya Riza Elfy Leonard. Pengusa di hutan ini."ucap wanita itu memperkenalkan dirinya. "Leonard? Bukankah itu nama kekaisaran yang kini berganti dengan kekaisaran Greola? Dengar-dengar semua anggota kerajaannya sudah mati karena pertempuran darah yang terjadi 20 tahun yang lalu. Maaf jika aku lancang."

Nampak senyum getir yang sekarang ditampilkan oleh Riza sembari menggeleng kecil. "Ya benar. Dalam pertempuran itu, suamiku, adikku bahkan anak-anakku menjadi korbannya. Aku berhasil selamat karena dibantu melarikan diri oleh adikku tapi salah satu monster yang menyerang kerajaan menemukan kami yang sedang bersembunyi. Adik mati karena melindungi ku. Aku sekali lagi berhasil selamat karena bantuan para elf. Batu kehidupan telah membuat umurku panjang. Aku seorang ratu yang tidak becus. Disaat semua anggota keluarga ku mati aku tidak bisa apa-apa. Aku seorang ibu yang tidak bisa apa-apa. Anak-anak ku, adikku, suamiku seluruhnya mati. Hanya tinggal aku seorang saja."

Noa bisa merasakan kesedihan dari nada bicara Riza. "Nenek, boleh kah aku memanggil mu seperti itu?"

Riza tertegun. Tapi dia mengangguk kecil. Noa yang mendapatkan jawabannya tersenyum manis. "Nenek bukan seorang ratu yang buruk. Buktinya mereka semua terlihat sangat menghormati nenek. Dan nenek juga bukan ibu yang buruk. Anak-anak nenek berhasil tumbuh menjadi seseorang yang rela mati demi tanah kelahirannya mereka tumbuh menjadi sosok yang bertanggung jawab dan pemberani atas ajaran nenek. Sedangkan adik nenek mungkin memiliki alasan khusus untuk menyelamatkan nenek. Dia yakin nenek bisa memimpin para elf itu. Bahkan bukan hanya elf yang berhasil nenek pimpin. Jadi nenek jangan menyalahkan diri nenek ya?"

Grepp!

Riza yang tidak kuasa menahan tangisnya pun segera memeluk tubuh kecil noa. Dia menangis. Ratu yang terkenal dingin dan tegas itu kini menangis dalam pelukan seorang remaja kecil dengan kata-katanya yang mampu membuat ratu itu menangis.

Hanya beberapa menit saja, setelah itu pelukan mereka terlepas. Riza menghapus sisa air mata yang keluar. Dia tersenyum hangat ke arah noa. "Sana ambil tongkat itu. Tongkat itu akan memiliki warna cerah kembali saat kau mendekat ke sana. Nenek yakin kau bisa menjadi pemilik terbaik tongkat itu."

Riza menangkup kedua pipi noa sembari tersenyum hangat. Dia seperti melihat adik kecilnya dalam diri noa.

' kakak merindukan mu vio." Batin Riza dengan air mata yang mengalir ketika melihat noa yang mulai menaiki puluhan anak tangga itu.

(Ratu merindukan adik ratu?)

"Yah aku merindukannya Mirai. Mirai mau kah kau bersumpah padaku?"

(Apapun asal ratu yang memberikannya)

Seutas senyum kini kembali mengembang di wajahnya. "Tolong jaga dia seumur hidup mu. Kau akan kembali bisa berubah menjadi wujud aslimu saat kau sudah bisa menemukan cinta sejati mu. Tapi saat itu kau tetap harus menjaga dia. Maukah kau melakukannya?"

(Baik ratu. Mulai sekarang aku akan selalu menjaga tuanku dan melindunginya dari marabahaya)

"Terimakasih banyak atas kesetiaan mu selama ini Mirai."

(Suatu kehormatan untukku)

Riza tersenyum. Ia kembali memandangi noa yang masih menaiki anak tangga. Calon pemimpin baru telah hadir. Sepertinya sudah saatnya untuk istirahat.

Sekarang kita berpindah ke posisi Noa.

Semakin anak tangga yang dia lewati semakin banyak. Noa sampai di anak tangga terakhir. Semakin mendekat ke arah tongkat yang sudah berubah warna menjadi cerah itu. Jadi benar dia orang terpilih itu?

Sampai di hadapan tongkat itu dia ragu kemudian melirik ke arah Riza yang mengangguk. Mengisyaratkan bahwa dia mengijinkan noa untuk mengambil tongkat nya. Noa ingin mengambilnya tapi sebuah cahaya menyilaukan langsung membuat Noa refleks menggunakan tangannya untuk menutupi penglihatan nya.

Saat cahaya itu perlahan memudar. Noa terkejut ketika mendapati tongkat itu sudah berada di genggaman tangannya. Lebih terkejut lagi saat pakaian yang ia kenakan kini berbeda.

Para hewan yang berada di hutan tunduk semua. Termasuk Phoenix dan Riza yang juga ikut menunduk hormat.

"Selamat datang penguasa alam yang baru." Noa terkejut. Dia tidak tahu kalau efeknya akan menjadikan dirinya sebagai penguasa alam yang baru. Padahal tadinya dia hanya ingin mengambil angin malam sejenak. Kenapa malah jadinya dia menjadi penguasa alam? Oh tolong sadarkan noa jika ini benar-benar mimpi.





......... .. ......

Yang nggak tahu siapa Riza bisa cek cerita Characters don't matter ya. Bagian perkenalan nya aja.

...................

To be continued

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang