Kehilangan lagi

1.4K 141 0
                                    

Esok hari telah tiba. Noa, menggeliat dalam tidurnya, pada akhirnya dia terbangun. "Um, jam berapa ini?"

Melirik ke arah jam yang berada di dinding kamar. "Baru jam 1 malem, haus banget perasaan."

Beranjak dari kasur nya, melangkah keluar dari kamar. Berniat tuk mengambil segelas air. Ia membuka perlahan pintu kamarnya. Pergi ke arah dapur untuk mengambil segelas air yang diinginkan oleh nya.

Pandangannya kabur akibat mengantuk. Ia mencari-cari keberadaan gelas tapi dengan pandangan sayu, khas sekali orang mengantuk nya.

"Ini, Tuan."

"Ah, Terima_kasih. Si-siapa kau?!" Pandangan yang semua terpejam sesaat, kini membulat sempurna. Dia melihat, seorang pria yang hanya mengenakan handuk yang mengikat di pinggangnya. Sepertinya, pria itu baru selesai mandi.

"Aku? Namaku Hatsune Mirai, Peonix yang mengabdi padamu, Tuan ku." jawab Mirai apa kadarnya. Noa kembali terpaku, jadi sosok yang berdiri di hadapannya ini sosok burung Phoenix yang berjanji akan mengabdi padanya sejak kemarin?

"Mirai? Wow, hebat! Padahal baru 1 hari kau di sini, tapi sudah dapat menemukan cinta sejati mu. Apa dia seasrama dengan ku? Oh, ayolah Mirai, beritahu aku namanya. Atau kalau ga, ciri-ciri nya aja deh." minta Noa dengan wajah memelasnya.

Wajah Mirai seketika merona saat mendapat, tatapan seperti itu dari tuannya. "Um, ciri-cirinya, dia punya rambut coklat keemas yang halus dan berkilau. Pandangan matanya, mampu membuat siapa saja jatuh cinta padanya."

"Rambut coklat emas? Sangat jarang orang yang memiliki warna rambut itu di sini." ucap Noa. Ia sedang berpikir tentang, siapa sosok yang mampu membuat Mirai jatuh cinta hanya dalam sekali lihat.

Sepertinya dia tidak sadar tentang warna rambutnya sendiri. Hal itu membuat, Mirai gemas sendiri. Diam-diam, Mirai tersenyum tipis, sangat tipis, hingga tidak akan ada yang mengetahuinya.

Mengacak-acak Surai milik tuannya. Noa tertegun saat melihat senyuman di wajah Mirai. Pipinya seakan memanas.

"Pergilah tidur setelah menyelesaikan urusan mu." ajak Mirai pada tuannya. "Ka-kau sendiri juga sana berpakaian. Ta-takutnya masuk angin."

"Tidak perlu, lagian aku tidak membawa pakaian ku. Aku hanya tinggal berubah menjadi seekor Peonix kembali. Nah sudah selesai, aku tidak akan kedinginan." ucap Mirai, mengganti wujudnya menjadi seekor Peonix kembali.

"Cih, curang sekali." Mirai terkekeh kecil melihat wajah Noa, yang ditekuk. Tuan barunya ini memang sangat menarik. Ia bersyukur karena bisa memiliki tuan layaknya Noa ini.

"Izinkan aku untuk kembali ke kalung mu, Tuan." Noa mengangguk mengiyakan. Bandul kalung itu kembali menjadi warna merah api. Tidak seperti beberapa saat yang lalu, bandul itu berwarna pucat.

..................

Esok hari telah tiba. Sang Rembulan, kini sudah digantikan dengan Sang Surya. Menggeliat pelan, Ia kembali terbangun. Sinar matahari, merembes masuk ke dalam kamarnya melalui celah-celah jendela.

"Umh, sudah pagi? Jam berapa sekarang?" Ia melirik ke arah jarum jam, sejenak. "Sudah jam 7!! Huh, untung saja, hari ini libur."

Cklekk...

Pintu kamar terbuka, dari balik pintu, muncul Heru dengan wajah yang dipenuhi memar. Noa, kaget. Ia langsung mendekat ke arah Heru untuk memeriksa keadaan temannya itu.

"Ru, kau tidak apa? Kenapa wajahmu penuh memar seperti ini?" tanya Noa, panik. Ia menyentuh pelan, pipi Heru. Namun, itu membuat Heru, mendesis kesakitan.

"Sebentar. Kamu duduk di sini dulu." Noa bergegas tuk pergi, mengambil obat P3K untuk Heru. Ia berjalan cepat menuju UKS.

Saat sampai di UKS, Noa melihat beberapa orang lagi dengan kondisi yang hampir mirip dengan Heru, wajah mereka dipenuhi memar. Tidak mau berpikir lama, Noa segera meninggalkan UKS dengan peralatan P3K yang Ia bawa.

Sesampainya kembali di kamarnya. Noa segera mengobati Heru, meski sebenarnya dia masih penasaran, kenapa Heru bisa sampai seperti ini? Tapi Ia mencoba tuk sabar, hingga Heru menjelaskan padanya.

"Terimakasih, No. Dan maaf, sepertinya aku akan segera keluar dari akademi ini." ucap Heru, yang spontan membuat Noa membeku. "kenapa?"

"Aku harus menjalani masa pengasingan bersama dengan, Tivian dan kekasihnya yang lain. Kau tahu jika Tivian hamil, kan? Jadi selama Ia masih mengandung, kami akan menemaninya. Saat itulah saat dimana kami bisa saling mengenal. Maaf, No. Mulai besok aku tidak akan bisa menemani kalian." Noa menunduk lesu.

Setelah kehilangan Rangga, Vera, sekarang? Ia harus kehilangan satu temannya lagi. Tapi mau bagaimana lagi. Ini sudah keputusan dari temannya itu. Ia tidak bisa menolaknya.

"Baiklah, tolong jaga Tivian baik-baik. Aku akan memberi tahu hal ini pada semuanya. Kami akan selalu merindukanmu,Heru. Terimakasih sudah hadir di sini. Bagi ku, kau masih anggota dari tim Greentea." ucap Noa, dengan senyuman tulus di wajahnya.

Heru juga ikut tersenyum. Ia juga sebenarnya berat untuk meninggalkan teman-temannya di akademi. Tapi, Ia harus bertanggung jawab pada kekasihnya.

"Boleh aku memelukmu?" tanya Noa, dijawab anggukan kecil oleh Heru. Noa senang, Ia segera memeluk erat temannya. "Terimakasih sudah pernah hadir di tim ini, Heru. Thanks, aku dan yang lainnya akan merindukanmu selalu."

................

To be continued

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang