Perjalanan [1]

5.5K 466 2
                                    

Saat ini noa, Evantika, dan uti sedang ada di kamar noa. Evantika duduk di depan anaknya dan uti juga ikut duduk karena paksaan dari tuan mudanya.

"Uti, jaga tuan mudamu baik-baik saat di sana." Ucap evantika kepada pelayan pribadi anaknya itu. Uti tersenyum dan mengangguk dengan semangat.

"Pasti nyonya! Tidak perlu khawatir. Tuan muda pasti aman hehe..." Jawab uti dengan penuh semangat dan kepercayaan dirinya membuat evantika geleng-geleng.

"Hehe kak katanya Bram juga akan ikut loh." Ucap noa sembari menggoda pelayan pribadinya. Evantika yang mendengar perkataan anaknya ikutan mau menggoda uti.

"Oho~ yang ada nanti malah sibuk sama Bram tuh. Adu-duh uti ternyata udah besar ya. Padahal berasa baru kemarin anak-anak." Kali ini gantian evantika yang berbicara.

Mendengar perkataan dari tuan muda dan juga nyonya nya wajah uti langsung bersemu merah.

Noa dan Evantika langsung tertawa renyah saat melihat wajah memerah uti. Sungguh mereka senang sekali menggoda uti sampai seperti itu.

(Sudah tuan. Kasihan kakak tuan tuh. Wkwkwk 🤣)

"Lah situ nya juga ngetawain kok."

(Iya-iya maaf)




..................




Saat ini noa, uti, kiyoko, dan Alan. Tengah berada di dalam kereta kuda milik keluarga noa sedang dalam perjalanan menuju akademi mereka kembali.

Dikarenakan perjalanan yang panjang membuat Noa tertidur di pangkuan uti yang juga ikut tertidur.

"Kiyoko."

"Ya? ada apa??" Entah angin apa. Mendadak Alan yang sangat jarang berbicara dengan kiyoko kini malah memulai lebih dulu topik pembicaraan.

"Bukan kah di sana adalah tempat kelahiran mu?" Ucap Alan. Kiyoko yang mengerti maksud Alan pun mendatarkan wajahnya.

"Hn memangnya kenapa?"

"Jaga dirimu baik-baik selama di sana. Aku hanya tidak ingin melihat kakak menangis karena kau terluka ataupun hilang. Harusnya kau juga paham seberapa berbahaya tempat itu bagi bangsa Werewolf yang tersisa bukan?" Kiyoko mengangguk. Dia paham betul dengan resiko pergi ke tempat kelahirannya itu. Tapi dia mana mungkin memberitahu hal ini kepada kakaknya yang seperti sangat ingin pergi ke tempat itu.

"Tanpa kau beritahu pun aku sudah paham. Tapi jangan beritahu kan hal ini kepada kakak. Aku takut dia malah akan memilih untuk pulang." Kali ini Alan yang mengangguk. Setelahnya sama sekali tidak ada yang berniat untuk berbicara kembali.

Pada akhirnya mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah jendela. Sampai akhirnya kiyoko juga ikut tertidur.






..................






"PERHATIAN SEMUANYA!" Para murid yang awalnya sibuk dengan dunia mereka masing-masing kini serempak mengalihkan perhatian nya ke arah depan.

"Baiklah. Perkenalkan saya Caterina Oliva selaku panitia di sini. Pada setiap tim akan di bagikan 3 sapu terbang dan kita akan beristirahat sejenak di penginapan yang berada di perbatasan kekaisaran sebelum akhirnya berangkat kembali menggunakan kuda-kuda yang sudah di siapkan disana. Semua barang-barang akan dibawa menggunakan kereta kuda masing-masing terlebih dahulu, begitu juga dengan para pelayan pribadi yang ikut. Apa semuanya mengerti!" Semua murid yang ada di sana serempak berbicara "ya".

Sekarang kita beralih ke arah noa dan anggota tim nya.

"Saya pergi dulu tuan muda." Ucap uti.

"Ya. Bram tolong jaga kakak ya? Hehe..." Ya memang benar, uti ikut dengan kereta kuda yang ditunggangi Bram karena kereta kuda milik keluarga noa tidak ada yang mengendarai karena si supir malah mabuk kendaraan begitu sampai di akademi. Tentunya dengan izin dari Erix dan Zrie.

"Tenang saja tuan muda Evandrick. Aku akan mengantar uti sampai tujuan." Bisa noa lihat wajah kakaknya sudah memerah membuat Noa diam-diam semirik.

"Kalian jangan ngapa-ngapain loh ya." Ucap noa secara tiba-tiba.

"Tuan muda! Mana mungkin kami melakukan apapun!" Elak uti dengan wajah merah padamnya. Seperti saat Hinata bertemu Naruto.

"Iya-iya percaya."

"Hei! Noa ayo!" Noa yang mendengar namanya diteriaki pun langsung buru-buru pergi ke arah teman-temannya yang sudah berkumpul.

"Nih kau bareng aku." Ucap ezo.

"Gimana cara naiknya ini? Nggak akan jatuh kan?" Tanya noa. Jujur saja ia takut jatuh. Orang sapu itu kan gagangnya kecil. Kalau jatuh gimana?

"Ya ampun, wahai temanku yang sefrekuensi. Semua sapu-sapu terbang ini sudah di mantrai dan bisa berjalan dengan sendirinya setelah ada orang yang menaiki nya mengucapkan sebuah kalimat. Lalu kau nggak akan jatuh karena kalau duduk di sini berasa duduk di kursi dan ada pelindung tidak terlihat yang memungkinkan kemungkinan kecil kau bisa jatuh. Ya mungkin kau bisa jatuh kalau nggak pegangan. Makanya udah cepetan naik aelah! Pegangan kalau nggak mau jatuh." Ucap ezo panjang lebar.

"Ish, iya-iya." Noa pun langsung duduk dan benar saja dia merasa seperti duduk di kursi biasa.

"Pegangan yang erat." Noa patuh. Dia berpegangan pada punggung perut ezo karena terlalu takut jatuh.

"Kayak gini boleh kan?" Tanya noa ragu-ragu karena takut ezo tidak nyaman.

"Tidak masalah. Nah ucapan bersama ku ya. Maju/maju!" Ucap noa dan ezo secara bersamaan di akhir ucapan ezo. Sapu terbang itu pun mulai terbang ke langit. Seakan sudah di kendalikan jadinya ezo tidak perlu repot-repot untuk mengendalikan. Dia hanya perlu berpegangan seperti halnya dengan noa.

"Huaaa!!!" Noa berteriak kencang semakin memeluk ezo dengan erat. Jujur noa itu takut ketinggian, jadi sekarang nyali nya sedang di uji di sini.

"Jangan takut. Lihat deh pemandangan sekitar mu." Ucap ezo menyakinkan noa.










................







................








To be continued

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang