Mencoba Merelakan

3.5K 302 3
                                    

Satu Minggu telah berlalu. Saat ini keadaan noa jauh lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. Ia sudah membiasakan dirinya untuk bisa melupakan Vera meski itu sangat sulit. Selama seminggu ini juga ia demam sehabis terus menangis.

"Tuan anda sedang apa di luar? Udara cukup dingin karena sudah akhir musim semi. Apa tuan tidak takut demam lagi?" Tegur uti saat melihat noa yang duduk di luar tapi tidak mengenakan pakaian tebal. Uti yang melihatnya dengan sigap langsung memasangkan selimut hangat yang membungkus tubuh noa.

"Kakak sudah kubilang panggil aku noa saja jika kita sedang berdua. Kakak juga, tidak mengenakan pakaian hangat apa kakak tidak takut demam?" Ucap noa membalikkan perkataan uti.

"Tidak masalah noa. Kakak punya kekuatan khusus yang bisa menghangatkan tubuh saat musim dingin. Jadi kakak tidak akan kedinginan." Jawab uti. Noa mengangguki nya saja karena sedang malas untuk berbicara kembali.

"Bolehkah kakak bertanya sesuatu?"

"Tentu. Apa yang ingin kakak tanyakan?" Noa penasaran mengapa kakaknya perlu meminta izin hanya untuk bertanya padanya.

"Sebenarnya apa yang membuat mu menangis sampai demam seminggu?" Tanya uti dengan ragu. Khawatir jika ia menyinggung perasaan adik kecilnya. "Apa kakak percaya kalau dunia ini adalah dunia novel?"

"Mm sedikit?" Balas uti dengan ragu juga. Ia tidak tahu harus percaya atau tidak. Tapi adiknya tidak mungkin berbohong karena uti sangat mengenal sang adik.

"Dunia ini adalah dunia novel yang aku buat. Yah lebih tepatnya aku Terinspirasi dari novel karya teman kakak yang seorang penulis novel online. Bahkan dunia nya aku mirip-miripin dan teman kakak setuju untuk membiarkan plot cerita ku ada di dunia yang sama seperti ceritanya." Ucap noa.

"Apa yang kau maksud itu si Avisna?" Noa mengangguk sebagai jawaban kemudian kembali berucap. "Awalnya aku juga tidak menyangka bisa masuk ke dalam novel yang aku buat sendiri. Tapi ada sebuah sistem yang mendampingi ku selama ini dan menjelaskan semuanya waktu aku bereinkarnasi. Namanya adalah Vera. Vera selama ini sudah bersamaku kurang lebih selama 15-16 tahun masa hidupku. Tapi sekarang dia sudah tidak bisa menemani ku. Aku sedih sekaligus kesal karena dia berpamitan saat Rengga juga akan pergi atau lebih tepatnya pindah akademi. Yah kakak pasti tahu rasanya."

Uti terdiam. Ia memang tahu rasanya. "Begitu ya. Yasudah meski sekarang sudah tidak ada Vera. Noa tetap punya kakak yang akan senantiasa menemani dan menjaga noa. Karena noa adik kakak satu-satunya yang paliiing kakak sayang." Uti kini membekap noa dalam pelukannya.

Noa sendiri tidak melawan. Ia bersyukur karena dipertemukan kembali dengan sang kakak. Tanpa sadar noa kembali menangis di pelukan kakaknya. Uti membiarkan adiknya tuk menangis sepuasnya kali ini. Ia mengusap sayang kepala sang adik. Ia berjanji tidak akan pernah membiarkan sang adik kembali bersedih. Ah, uti sangat-sangat menyayangi adik kecilnya ini.


.................

Pagi hari telah tiba. Suara kicauan burung yang indah membuat pagi terasa lebih baik. "Selamat pagi."

"Pagi." Tivian dan Riyu menjawabnya dengan wajah yang masih terlihat mengantuk. "Apa kau sudah baikan noa?"

"Yah sudah mendingan." Jawab noa. "Kita mandi yuk. Di pemandian air panas. Udaranya cukup dingin jadi lebih enak mandi di sana." Usul riyu.

"Boleh tuh. Tapi makan dulu dong. Laper tahu!" Ucap Tivian. Yah mereka baru bangun jadi maklum jika merasa lapar. "Pagi tuan-tuan sekalian."

Mereka menoleh dan mendapati seorang pemuda yang berjalan ke arah mereka. Tivian mengenal pemuda itu karena ia adalah Noel atau lebih tepatnya sistem nya yang jadi manusia.

"Uti sedang sibuk jadi dia menitipkan sarapan kalian padaku. Noel tinggal dulu ya tuan muda Tivian dan yang lainnya." Ucap Noel ketika sudah meletakkan semua menu sarapan yang ia bawa.

"I-iya, sana pergi!" Noel terkekeh melihat Tivian yang gugup. Padahal setiap hari dia selalu bertemu dengannya bahkan pernah melakukan yang ekhem-ekhem.

"Hadiah untuk ku tuan?" Tivian mengerti dengan arti kata hadiah yang Noel maksud. Berbanding terbalik dengan riyu dan noa yang sedari tadi menonton kini saling menatap seakan menanyakan hadiah apa yang dimaksud. Namun ya, mereka sama-sama tidak tahu.

Tivian mulai mendekatkan wajahnya ke arah wajah Noel. Noa yang mengerti akan terjadi sesuatu yang tidak-tidak dengan sigap menutupi penglihatannya dengan satu tangan dan tangan satu yang lainnya menutupi penglihatan riyu tepat ketika Tivian menyatukan bibirnya dengan bibir Noel.

' tuh dua orang romantisnya ga tau tempat apa? Aduh kan jadi inget waktu mergoki mereka sedang berkembang biak." Batin noa. Sungguh author saja tidak tahu kenapa bisa mereka ngumbar kemesraan di depan umum.




................




"Katanya nanti malam ada Festival kembang api. Apa kalian berniat untuk mengunjungi nya?" Tanya Mira dengan semangat. Yah saat ini noa tengah berkumpul bersama dengan teman-teman asramanya. Ditambah dengan kiyoko yang tiduran di paha noa dengan wujud serigalanya.

"Aku tidak akan pergi. Lebih baik belajar." Ucap Klara dengan dingin sama seperti biasanya. "Ah aku ikut dengan kalian ya?" Tanya ezo dengan semangat pada Heru,Mira, dan Zifa.

"Boleh aja sih. Noa kau gimana?" Noa terdiam. Ia ingin sekali ikut tapi ia mendapatkan undangan dari kaisar untuk berkunjung ke kediamannya malam ini saat festival kembang api. Dan ia tidak enak kalau menolaknya.

"Nggak deh. Aku ada urusan lain." Mereka mengangguk paham. Jika noa menolak dengan alasan seperti itu memang sudah dipastikan ada urusan penting. Jadi mereka tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut.

' festival kembang api ya?" Batin seseorang yang sedari tadi duduk diam di atas pohon sembari melihat interaksi noa dan teman-temannya. Tenang saja, letak pohonnya cukup jauh tapi orang itu masih bisa mendengarnya karena kekuatan alaminya. Ekor rubah yang berwarna putih nya terlihat lembut jika dipegang.

"Hei sedang apa kau ada di sini?" Tanya seorang lainnya. Orang dengan ekor rubah berwarna putih itu kini menunjuk ke arah noa yang sedang mengobrol dengan kawan-kawannya.

"Ah, dia yang sudah menolong kita. Manis juga kelihatannya."







...............







..............



TO BE CONTINUED

Sang Antagonis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang