Chapter 13 : Perjamuan (1)

128 23 0
                                    

Petak Ting Shou berlokasi di sisi utara Pasar Barat. Liu Qing Huan mengikutinya, bersama-sama dengan gerombolan pemusik Qiu Ci, selagi mereka masuk ke petak tersebut dan langsung menuju ke kediaman Saudagar Zhou.

Anggota gerombolan pemusik itu menghibur diri mereka dengan ngobrol dan bercanda di antara mereka dalam bahasa Mongol dan Peng Peng bergabung juga sekali atau dua kali sebelum melihat ke arah dimana Liu Qing Huan berada. Semakin dekat mereka dengan kediamannya, semakin tidak tenang pulalah perasaannya. Alis tebalnya mengerut. Entah mengapa, ia mendapat firasat kalau sesuatu yang buruk akan segera terjadi—Insting akurat ini, terasah oleh bertahun-tahun di medan tempur, selalu sangat akurat.

Ia berjalan menghampiri Liu Qing Huan dan berbisik di telinganya. "Wu La La, firasatku buruk. Mungkin, kita harus mencari kesempatan dan menyelinap pergi saja."

Ia melihat ke arah Peng Peng, matanya berkelip geli. "Apa kau takut?"

"Tentu saja tidak!" Tentu saja ia tidak akan takut apabila hanya ia saja yang menjalankan misi ini, tetapi kini, dengan istri Marquis di sampingnya ... Kisah mengenai bagaimana Marquis membunuh seekor macan tutul dengan satu pukulan telah menyebar ke seluruh pasukan, dan ia sungguh tidak tergesa-gesa untuk mengikuti jejak Jenderal Speed.

Sewaktu kelompok itu menuju gang kecil, Peng Peng terus membujuk Liu Qing Huan. Hanya dengan kata "Wu La La" keluar dari mulutnya, beberapa orang di barisan depan berjatuhan ke tanah begitu saja.

Tiga sosok melintas lewat dan berdiri di jalan kelompok itu. Tepat ketika Peng Peng baru saja akan mendorong Liu Qing Huan ke belakangnya, sosok lain melintas masuk dan di saat ia merasakan dingin di lehernya, belati yang terukir dengan indahnya sudah bertengger di sana.

Orang yang memegangi belatinya pun tertawa, sebelum mendorong wajahnya mendekat ke wajah Liu Qing Huan. "Ssh, jangan ucapkan sepatah kata pun, cantik."

Bahasa mandarinya terdengar berkejut dan aksennya kental. Karena ia membelakangi cahaya, Liu Qing Huan hanya bisa melihat satu sosok yang tinggi, sekaligus topeng burung elang yang sangat keras dan berwarna di wajahnya itu.

Ia mengerutkan bibirnya, mengikuti instruksinya dan tidak bersuara. Pria itu sepertinya sangat puas dengan itu selagi sudut bibirnya melengkung ke atas. Peng Peng berdiri kaku di satu sisi. Ia bisa merasakan pria itu memiliki latar belakang ilmu bela diri yang lebih tinggi darinya dan sementara Liu Qing Huan ditawan, akan tidak bijaksana untuk bertindak secara gegabah.

Ia agak melihat ke kirinya. Dalam waktu singkat, seluruh kelompok pemusik itu sudah berjatuhan ke tanah. Satu sosok melihat Peng Peng dan baru saja akan mendekati, ia memegangi kepalanya, menjerit kesakitan. "Ah! Dan aku kalah!"

Dan ia pun merosot turun ke lantai seperti mayat. Pria yang memegangi belati itu meliriknya, tidak berminat dengan apa yang dilihatnya, sebelum berbalik pada Liu Qing Huan. "Kau Anaye?"

Ia mengangguk.

Pria itu memberi jarak kecil di antara mereka sementara ia tetap mempertahankan belati itu di lehernya.

"Kami akan menggantikan kelompok ini untuk tampil di kediaman itu, tetapi kami kekurangan seorang penari tarian Mongol." Ia menjeda, senyum menari di bibirnya, suaraya tak lagi dingin maupun congkak. "Selama kau melakukan tarianmu dan tidak hal lainnya, aku berjanji, kami tidak akan melukaimu."

Liu Qing Huan mengangguk.

"Bagus sekali." Pria itu tertawa sewaktu ia melepaskan belatinya dari leher Liu Qing Huan.

Mengembuskan napas yang ditahannya, Liu Qing Huan melihat mereka mulai melucuti pakaian dari tubuh para anggota kelompok pemusik tersebut. Mulutnya berkedut sewaktu ia berbalik ke samping, seiiring dengan suara desahan kain terus berlanjut.

The Counterfeit Madam Hou [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang