Chapter 3 : Kediaman Yong Ning (1)

254 33 2
                                    

Pukul lima subuh, seluruh kota Chang-An dibangunkan perlahan oleh suara gong.

Liu Qing Huan duduk tegak di ranjangnya dan tanpa sadar menyentuh wajahnya.

Merasakan pergerakan dari dalam balik kelambu ranjang, Ci Tao dan Qing Zhi maju untuk membantunya bangun, membantunya membersihkan diri, juga berdandan. Liu Qing Huan melihat waktu setelah ia selesai sarapan. Sudah waktunya pergi memberi salam pada Nyonya Besar Xue.

Bicara tentang Ibu Xue Mu, Nyonya Ning, Liu Qing Huan sudah mendengar banyak rumor. Katanya, di masa mudanya, ia terkenal akan kecerdasannya di Chang-An. Tak hanya cantik, ia juga, ahli dalam kaligrafi dan semua orang yang mengaguminya di masa itu bisa dikatakan tak kurang dari putranya, Xue Mu. Sayangnya, si cantik ini tidak menyukai pelajar ramah penggoda, tetapi malah lebih menyukai jenderal yang berlari kencang di sepanjang medan pertempuran. Rumornya, benar rumornya sih, di suatu sore cerah yang indah, ia jatuh hati pada seorang jenderal muda yang melintas ngebut di depannya.

(T/N: Ning adalah marga gadis Nyonya Besar Xue. Biasanya dalam novel-novel begini, selain disebut lao fu ren/nyonya besar, disebutnya pake nama marga, kalau di sini, Ning shi/Nyonya Ning.)

Namanya adalah Xue Cheng.

Kisah cinta antara si cantik dan jenderal ini punya banyak versi di dalam kota, tetapi mereka semua punya akhir yang sama. Di suatu hari yang terang dan cerah, si cantik berusia 16 tahun itu akhirnya menikah ke Keluarga Xue.

Pada waktu itu, Tanganis menyerang dan sudah berada di perbatasan kerajaan. Oleh karena itu, pengantin baru Ning dan Xue Cheng dipaksa terpisah satu sama lain. Dan selama bertahun-tahun, Xue Cheng selalu ada di medan peperangan, dan waktu yang mereka habiskan secara terpisah jauh lebih banyak ketimbang masa yang mereka habiskan bersama. Dan akhirnya, di hari terakhir Tian Zhen tahun-29, Jenderal Xue Cheng akhirnya mengalahkan Tanganis, tetapi sayangnya, kehilangan nyawanya di medan perang juga. Pada waktu itu, Xue Mu baru berusia beberapa tahun. Nyonya Ning tidak mampu menanggung keterkejutannya dan jatuh sakit semenjak saat itu.

Liu Qing Huan hanya bisa menghela napas mendengarkan kisahnya. Matanya terfokus ke halaman di depannya.

Aroma samar ramuan obat menembus seluruh ruangan saat Liu Qing Huan berjalan menuju ke arah Nyonya Ning, berlutut di hadapannya selagi ia sedikit membungkuk.

"Ibu, aku datang menyampaikan salamku."

Liu Qing Huan, dengan wajah naturalnya yang manis, mengenakan gaun merah delima hari ini. Dilengkapi dengan tusuk rambut emas di rambutnya, ia tampak bukan berasal dari dunia ini. Melihat wanita anggun dan cantik di hadapannya, Nyonya Ning dilanda emosi. Ia teringat lagi apa yang dikatakan putranya saat berusia enam tahun.

"Ibu, aku suka pangsit kecil itu."

Keluarga Xue dan Keluarga Liu memang selalu dekat, jadi baik Xue Mu dan Liu Qing Huan saling mengenal sejak kecil. Saat kedua keluarga melihat mereka akrab satu sama lain, mereka pun mengatur sebuah pertunangan bagi keduanya. Setelahnya, saat Liu Qing Huan dekat dengan putra angkat Duke Yong, Tang Zhi Bo, ia mulai menjauh dari Xue Mu. Bahkan, Nyonya Ning saja jarang melihatnya. Ia pernah mengira kalau pernikahan ini akan gagal, tetapi sebaliknya, mereka berdua menikah sesuai seperti yang direncanakan.

Putranya, Xue Mu, akhirnya menikahi si 'pangsit kecil' yang selalu ada di hatinya.

Ketika pelayan yang berdiri di sampingnya berbisik lembut padanya, Nyonya Ning kemudian menyadari bahwa Liu Qing Huan sudah berlutut sedari tadi.

Nyonya Ning buru-buru menyuruh seseorang membantu Liu Qing Huan bangun dan membiarkannya duduk di sisinya. Setelah duduk, Liu Qing Huan tersenyum ke arah ibu mertuanya, sebelum bertanya lembut, "Bagaimana keadaan Ibu hari ini?"

The Counterfeit Madam Hou [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang