-𝑃𝑎𝑠𝑡𝑖 𝑚𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑙𝑎ℎ-

3K 422 24
                                    

-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)

🍑

Pagi ini, saat membuka mata, si bungsu Rafan di kejutkan oleh Aidan yang ada di sampingnya, lebih tepatnya tidur memeluknya. Sejak kapan? Jawabannya sejak tadi malam.

Saat semuanya sudah tertidur semalam, Aidan malah menjadi satu-satunya orang yang belum tidur. Walaupun yang paling semangat kalo masalah jahilin adiknya, Aidan juga bakal jadi yang paling khawatir kalo adik satu-satunya itu kenapa-napa. Dan malam itu karena kantuknya yang tak kunjung datang karena terus memikirkan si bungsu, Aidan memilih pergi ke kamar loteng untuk memeriksa si adik. Awalnya hanya ingin memeriksa saja, tapi ketika melihat Asaa sudah lelap tertidur, Aidan jadi malas untuk kembali ke kamar, dan memilih membaringkan tubuhnya di samping si adik, menarik perlahan selimut agar ia tidak kedinginan dan juga tak lupa memeluk adiknya itu dengan senyum lebar merekah di bibirnya.

.

Asaa mengucek matanya, sebelum kemudian mengulet pelan, membuat Aidan bergerak bangun karena merasa orang yang di peluknya bergerak, kemudian kembar ketiga itu membuat tangannya menjadi bantalan kepalanya dengan posisi tidur miring menghadap si adik.

"Morning adiknya Abang Idan"

"Apasih" dengus Asaa, melirik Aidan sinis.

"Galak banget sih, orang cuman bilang selamat pagi doang"

"Tapi nggak usah bilang Abang begitu, Asaa bukan adeknya Idan" cicit Asaa, yang mana membuat Aidan langsung terdiam.

Asaa melirik Aidan yang malah diam menatapnya, "Kenapa diem?" Tanyanya heran.

"Idan nggak suka Asaa bilang begitu, Asaa itu adeknya Idan"

"Dih emang bukan adeknya Idan"

"Asaa itu Adeknya Idan" kekeuh Aidan, sampai mendudukkan dirinya dan menatap si Adik serius.

"Bukan" sahut Asaa lagi.

"Kenapa bilang bukan terus?" Dengus Aidan.

"Ya emang bukan, kan kita kembar. Lupa apa gimana sih?"

Aidan semakin mendengus, kemudian ikut duduk di tepi ranjang di sebelah Asaa, "Tapi Asaa tetep adiknya Idan, adiknya Aileen sama Agam juga. Jangan ngomong kalo Asaa bukan adiknya kita" cicitnya.

"Kenapa?"

"Serem"

"Serem kenapa?" Heran Asaa, yang sekarang sudah mengernyitkan dahinya sangking herannya.

"Enggak. Ayo ke kamar. Asaa gendong Idan ya"

"Ihh ogah"

"Idan gigit kalo nggak mau, cepetan gendong Abang" titahnya sok berkuasa.

Pada akhirnya, walaupun di awali penolakan dan dengusan kesal, Asaa tetap akan menuruti apa kata Abang-abangnya. Sekarang anak itu sudah merendahkan tubuhnya di depan Aidan, menunggu si Abang kecil naik ke punggungnya.

Aidan pun tersenyum senang. Memang paling enak jadi Abang, terus punya adek penurut kaya Asaa.

"Oke berangkat" katanya, setelah berada di punggung si Adik.

.

Walaupun hampir ke payahan menggendong si Abang kecil, Asaa tetap menggendong si Abang sampai kamar, yang mana mendapat tatapan heran dari dua Abang kembar yang terlihat baru saja selesai mandi.

"Kok di gendong?" Tanya Agam, yang sedang mengeringkan rambutnya.

"Tau tuh Idan, manja" dengus si bungsu setelah menurunkan si Abang, kemudian langsung pergi masuk ke kamar mandi.

[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang