-𝐴𝑠𝑎𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑎𝑛𝑛𝑦𝑎-

2.4K 398 44
                                    


-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)


🍑

Asaa masih di ruang makan saat kini Abang kembar sudah kembali ke kamar. Sekepergian Dery dan tiga kembarannya, tiga Abang kembar pun ikut berlalu pergi tanpa mengajaknya. Tadinya Asaa mau nyusul ke atas, tapi si bungsu teh mager, jadilah dia sekarang masih di dapur.

"Asaa ganti seragamnya kalo nggak jadi sekolah!!"

Teriakan dari bang Lucas yang mengingatkannya untuk mengganti seragam pun hanya ia lirik saja. Kalo Asaa ada tenaga juga dia udah ke kamar dan ganti baju.

"Nanti Abang!!"

Tak lama dari balasannya, suara mobil yang memasuki pekarangan rumahnya terdengar, pertanda bang Dery sudah kembali dari mengantar kembarannya pergi ke sekolah.

Asaa menyunggingkan senyumnya kala omnya itu menghampirinya di dapur. Kemudian meletakkan sesuatu di meja tak jauh darinya.

"Kok belum ganti baju?" Tanya Dery seraya melangkah mengambil air minum kemudian kembali menghampiri Asaa dan berdiri di samping anak itu duduk.

"Nanti," balasnya meringis.

Dery mengangguk saja, kemudian tangannya bergerak mengambil plastik apotek yang tadi ia letakkan di meja, ia ambil botol sirup yang ada di dalamnya.

"Minum obat dulu, abis itu kita main basket di samping," ujarnya, seraya menuangkan obat sirup ke sendok takar dan menyuapkannya pada Asaa. Setelahnya Dery membiarkan Asaa minum air.

"Kenapa tiba-tiba mau main basket Bang?" Cicit Asaa bertanya, setelah sudah menghabiskan hampir setengah air dalam gelas.

"Nggak sih sebenernya, cuman asal ngomong aja. Ini om lu yang lain nggak ada yang nemenin?"

"Nemenin kemana bang Dery?"

"Nemenin lo lah disini. Lo kan lagi sakit, masa nggak ada inisiatifnya ditemenin kek ponakannya," balas Dery, sewot sendiri, "Bang!! Abang!!" Teriaknya memanggil abangnya.

Sementara Asaa hanya memerhatikan saja om kecilnya itu teriak-teriak. Lagi nggak minat komen-komen dia.

"ARIANKA!!" Teriak Dery lagi, tak sadar jika dirinya juga masih Arianka.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Dery langsung melangkah menaiki tangga, kemudian ia buka pintu kamar di mana tiga Arianka lain berada. Ia buka pintunya tanpa mengetuk, bahkan terkesan ia dobrak karena kesal.

Tiga Abangnya yang sedang bermain ponsel masing-masing tersentak kaget karena pintu yang tiba-tiba dibuka, bahkan Mark hampir saja mengumpati adiknya itu.

"Yang sopan kali, ketuk dulu pintunya," kesal Dejun.

Dery berdecih kesal mendengar teguran Abangnya, "Ngaca tuh. Lo pada juga nggak sopan kali, enak enakan main hp padahal ponakan lo di bawah lagi sakit sendirian. Atuh mikir lah, lo pada numpang disini, terus di kasih tanggung jawab juga buat jagain anaknya Abang, sekarang anaknya lagi sakit malah kalian bodo amatin. Padahal Abang minta tolong juga bukan yang cuma-cuma," ujar Dery.

"Orang anaknya baik-baik aja kok, lagian udah gede, Asaa bukan bayi lagi kali Der. Abang juga pasti maklumim, mau sampai kapan dia dimanja terus."

Dery sampai melongo mendengar penuturan Mark, apalagi dua abangnya yang lain mengangguki omongan Mark barusan.

"Bang Mark, lo serius ngomong begitu?"

"Buat apa becanda."

Dery terkekeh, masih dengan raut tidak percayanya. Ini Abangnya kok jadi begini, padahal dari si kembar kecil, mereka itu yang paling manjain si kembar walau kadang di jahilin. Apalagi Mark, semua keponakannya itu nempel sama Mark karena memang Mark yang paling iya-iya aja kalo diikutin.

[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang