-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)🍑
Pukul dini hari, Asaa terbangun dari tidurnya. Anak itu semakin merasa tak nyaman dengan suhu tubuhnya yang bukannya mereda, tapi semakin malam malah semakin meninggi. Asaa menghela napas lirih, melirik ranjang atas seberang ranjangnya, di mana Aidan tidur.
"Ai," panggilnya lirih.
Asaa tau jika Aidan tidak akan bangun hanya karena panggilannya. Selain suaranya yang lirih, faktor kelelahan juga membuat tidur abang kecilnya itu teramat lelap.
Karena tau tidak akan mendapat jawaban, Asaa pun pasrah saja. Memiringkan posisi tidurnya meghadap tembok, berharap posisinya membuat tidurnya lebih nyaman. Tapi tidak, mau ia tidur dengan posisi bagaimanapun, Asaa tetap merasa tidak nyaman. Rasanya sekitar area wajahnya terasa panas, memejamkan mata pun panas, belum lagi rasa pusing di kepalanya. Karenanya anak itu berakhir mendudukkan dirinya, melongok ke bawah menatap Agam dan Aileen bergantian.
"Abang," panggilnya.
Pada awalnya, Asaa tetap tidak mendapat jawaban. Sebelum kemudian Aileen yang tidur di ranjang yang sama dengan Aidan, melongok ke atas ke arahnya.
"Dek? Asaa bangun?"
Asaa mengangguk, menyandarkan kepalanya di pagar kecil pembatas.
"Kenapa?" Tanya Aileen.
"Sakit."
Aileen langsung bangun, berjalan ke ranjang sebelah, menaiki anak tangga untuk melihat keadaan adik bungsunya. Aileen mengusap surai Asaa, masih dengan dirinya yang berdiri berpijak pada anak tangga.
"Panas banget. Asaa pusing?"
"Nggak tau, rasanya banyak," keluhnya.
Aileen mengangguk mengerti. Ia juga pernah demam tinggi, jika ditanya bagaimana rasanya, ya sakit.
"Bobo di bawah sama Abang yuk, Abang peluk," katanya, dan Asaa mengangguk tanpa berniat menolak sama sekali.
Aileen membiarkan Asaa naik ke ranjangnya lebih dulu, baru setelahnya ia menyusul tidur di sebelahnya. Seperti yang biasa Papa lakukan jika menemaninya tidur, Aileen membawa Asaa dalam pelukannya, membiarkan suhu panas dari kulit adiknya ikut ia rasakan.
"Asaa mau Abang peluk aja, atau Abang panggilan Abang kembar?"
"Abang aja."
Kembali, Aileen mengangguk mengiyakan. Memeluk Asaa lebih erat. Selain dirinya yang memang rentan sakit, Asaa jauh lebih rentan lagi. Diantara adik-adiknya, hanya Agam yang imunnya lumayan kuat. Walau Agam kalo sakit bisa lama sembuhnya, karenanya Papa menjaga sekali agar Agam selalu dalam kondisi baik. Agam juga anaknya penurut, jadi usaha Papa tidak sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Humor- apakah semakin bertambah umur, akhlak Rafan akan semakin bertambah baik atau malah semakin menipis saja? saksikan kesengsaraan bapak Rafansyah Ali Adrian Nakhala hanya di channel kesayangan anda °°°° [ 8 Juni 2021 ]