-𝑃𝑎𝑝𝑎 𝑠𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑢𝑛𝑖𝑎-

1.9K 397 120
                                    


-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)


🍑

Adrian tidak tau kenapa tiba-tiba banyak kabar buruk datang dalam waktu tidak sampai sehari. Ia baru sampai di Jakarta sekitar setengah jam lalu, niatnya akan langsung pulang ke rumah untuk menemui si bungsu, tapi kabar dari sekolah si kembar membuatnya urung pulang dan langsung membanting stir menuju sekolah si kembar.

Dan sekarang ia ada di IGD, menemani si kecil Aidan yang tangannya kini harus di gips dan harus menggunakan penyangga tangan. Anak itu terjatuh saat bermain, entah bagaimana jatuhnya sampai tangannya patah.

Adrian mengusap surai si kecil, mengusap pipinya yang masih basah air mata. Adrian bersyukur karena patah tulang Aidan tidak terlalu parah, walau ya tetap saja sakit sampai membuat si anak menangis.

"Papa, Ai cape."

Adrian memeluk si kecil pun mencium surainya. Dua hari tidak bertemu, Adrian juga rindu si kecil gembulnya.

"Iya, kita jemput Abang baru kita pulang istirahat ya, sayang."

Aidan mengangguk, mengusakkan wajahnya pada lengan Papa, sebelum meminta Papa untuk menggendongnya ke mobil.

Aidan duduk di depan, di samping Papa. Beberapa cemilan sudah Papa belikan untuk teman perjalanan menjemput dua sulung. Beruntungnya, tangan yang cedera adalah tangan kiri, jadi Aidan masih sedikit leluasa untuk melakukan beberapa aktivitas karena tangan dominannya masih baik-baik saja.

"Papa kok udah pulang aja? Tadi Ai kaget tiba-tiba Papa yang dateng ke sekolah," cicitnya, sembari mengunyah kentang goreng yang ia apit di tengah kedua pahanya.

"Iya dong, kebetulan kerja Papa emang udah nggak terlalu banyak, terus si Adek kan lagi sakit jadi ya sekalian aja Papa pulang. Waktu Papa baru sampe Jakarta, langsung dapet kabar dari sekolah kalo Ai jatuh, nggak pikir panjang Papa langsung samperin ke sekolah."

Aidan mengangguk-anggukan kepalanya masih sembari mengunyah kentang gorengnya.

"Berarti Papa belum ketemu Adek?"

"Ya belum, ini mau jemput Abang dulu baru pulang liat adek."

Si kecil itu memiringkan kepalanya menatap Papa, membuat Adrian mengernyit heran.

"Kenapa liat Papa begitu?"

"Papa sayang Ai?"

Adrian hampir tersedak hanya karena pertanyaan tiba-tiba si kecil. Adrian tidak mengira ia akan mendapat pertanyaan perihal sayang lagi.

"Sebesar dunia Papa sayang Ai. Kenapa tiba-tiba tanya begitu hmm?"

Si kecil terlihat menggelengkan kepalanya, memasukkan satu potong kentang goreng ke mulutnya yang sudah kosong.

"Ai takut Papa udah nggak sayang Ai."

"Coba bilang Papa, kenapa Ai ngerasa begitu? Kasih tau Papa."

Kelopak matanya berkedip beberapa kali, bibirnya pun mencebik kecil. Si kecil itu sedang menahan sendunya. Mungkin Adrian sudah merasa ia memberi semua sayang untuk si kecil, tapi mungkin saja si kecil itu menerima lain sayang yang Papanya berikan.

"Ai ngerasa Papa lebih sayang Asaa. Oke sekarang Ai udah fine kalo Papa sayang Asaa banyak banyak. Tapi kadang Ai juga mau disayang Papa sebanyak Asaa."

"Papa selalu gendong Asaa padahal Ai juga mau. Papa selalu bolehin Asaa apapun, Asaa mau berangkat pake sepeda Papa bolehin, Asaa enggak masuk sekolah Papa bolehin. Ai juga mau di bolehin apapun. Tapi Papa selalu kasih Asaa first."

[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang