-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)
🍑
Pagi ini, sejujurnya tiga dari kembar empat tidak ingin pergi sekolah. Mereka ingin tetap di rumah sakit menemani si adik bungsu yang sedang kalah dengan sakit. Tapi tentu Papa tidak menuruti inginnya. Adiknya sudah ada Papa yang menjaga, maka tidak ada alasan untuk tiga kembar ingin membolos, oh kecuali Aidan tentunya. Adrian masih takut membiarkan si ketiga itu pergi sekolah, takut-takut sakit tangannya akan lebih parah, pasalnya si kecil gembulnya itu anaknya sangat tidak bisa diam, maka dari itu Adrian biarkan si kecil itu untuk tidak masuk sekolah dan melanjutkan tidurnya saja.
"Papa mah, masa Ai doang yang boleh bolos. Agam mau juga," protes Agam.
"Agam kan nggak sakit masa mau bolos. Nanti Abangnya juga sendiri kalo Agam ikut bolos, kasian atuh."
"Abang bisa ikut bolos kok," sahut Aileen cepat.
Adrian memutar bola matanya, menggeleng untuk kesekian kalinya.
"Enggak Abang. Nanti juga ketemu lagi sama Adek, nggak kemana-mana enggak adeknya Abang. Abang sekolah aja dulu, oke?"
"Ah Papa mah nggak seru," kompak Aileen dan Agam, sampai gerakan melengosnya pun sama.
"Aduh si anak kembar ini. Ayo ayo, nanti telat lagi."
Dengan bibir yang masih mengerucut kesal, Aileen dan Agam menghampiri ranjang Asaa, memeluk si adik dan mencium pipinya, anaknya masih tidur jadi oke-oke saja. Kemudian keduanya pergi ke kamar, menemui Aidan yang juga masih Papa biarkan tidur. Aileen dan Agam hanya mencium pipi si adik di kanan kiri, karena adiknya itu nggak bisa di peluk, lebih tepatnya takut bangun kalo di peluk.
"Udah? Ayo berangkat, mumpung masih bobo adeknya."
Aileen Agam mengangguk, berjalan bersamaan mengikuti langkah Papa. Tas sekolah keduanya ada di bahu Papa, Papa yang inisiatif membawakannya.
"Mau bubur ayam nggak? Buat sarapan, atau Abang sama Adek mau apa?"
"Ish jangan panggil Adek, Agam ini Abang," protes si kecil, saat Papa dengan entengnya memanggilnya Adek.
"Kamu emang Adek, Bang. Liat, kan cuman ada kamu sama bang Leen."
"Tetep aja Agam ini Abang," dengusnya, "Agam mau nasi uduk," katanya, aksi protesnya hanya sebentar, selebihnya ia request menu sarapan.
Adrian terkekeh, langkahnya ia ambil sejajar dengan dua jagoannya itu, kemudian Adrian acak gemas rambut si adek yang nggak mau di panggil adek.
"Abang mau nasi uduk juga deh, pake telor balado tapi," cicit Aileen.
"Oke sip. Nanti kita berhenti kalo ada tukang nasi uduk."
"Ileen nggak bosen apa telor lagi telor lagi, nggak makan di rumah nggak makan di luar, menunya telor juga."
"Bosen sih, cuman kalo nggak telor nggak Ileen."
"Dih apaan begitu, nggak nyambung, Bang," kekeh Adrian.
"Sambungin aja sih Pak. Ribet deh."
"Yee si anak malah sensi."
Agam terkekeh geli, ia raih tangan Papa untuk ia peluk.
"Si anak," kekehnya.
"Emang lucu Dek?"
"Lucu, masa si anak hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Humor- apakah semakin bertambah umur, akhlak Rafan akan semakin bertambah baik atau malah semakin menipis saja? saksikan kesengsaraan bapak Rafansyah Ali Adrian Nakhala hanya di channel kesayangan anda °°°° [ 8 Juni 2021 ]