-happy reading 🌼
-sorry for typo(s)
🍑
Hari ini, niatnya Arianka cuman mau leha-leha di rumah Abangnya itu, menghabiskan stok camilan dan bermain game seharian. Tapi apalah daya kalo yang punya rumah tiba-tiba telfon dan minta tolong jemput si boss kecil. Arianka bisa apa selain iyain sambil minta uang jajan.
Kan sekalian jajan di depan sekolah nanti. Jadi butuh uang.
Sekarang, si kembar Arianka udah ada di depan sekolah si kembar. Lebih tepatnya di atas motor di dekat penjual cimol.
Si Om kecil teh jemput pake motor, mana pake dua motor, padahal yang harus di jemput empat.
"Adeknya sekolah di sini?"
Mark mengangguk kala si Abang penjual bertanya.
"Bukan adek sih Bang, keponakan, anaknya Abang saya," ujarnya.
Si Abang penjual mengangguk. Sudah sekitar lima belas menit empat manusia ganteng itu nongkrong bareng dia. Dan selama itu juga, banyak cewe-cewe yang datang beli cimolnya juga, yang si Abang tau, si cewe-cewe teh cuman modus biar bisa liat cowo-cowo ganteng, yang stylenya bisa bikin gosong badan. Ya gimana enggak, empat kembar itu cuman pake kaos pendek aja, kaosnya kembar pula, cuman beda warna, terus celananya juga celana pendek di atas lutut. Gosong gosong dah mereka abis ini.
"Mana ini teh si kembar, meuni lama pisan, cimol aing udah mau abis lagi ini teh." Sembari memasukkan cimol yang entah sudah bungkus yang keberapa, Dery melongok ke dalam sekolah si kembar.
Dejun juga ikut melongok ke dalam sekolah saat Dery menoleh ke belakang. Dejun duduk di boncengan motor Dery, makanya waktu Dery noleh, Dejun juga ikut noleh.
"Di makan kucing mereun," celetuknya asal.
"Bodor sia, kucing makannya teh bubur, lain manusia," timpal Dery, setelah menempeleng kepala abang kembarnya itu.
"Liat Mark, anak bego lagi berbincang," ujar Lucas, sembari memasukkan cimol ke mulutnya.
Mark tertawa, tapi sambil nepuk bahu Lucas di depannya, "Adek lu," tawanya.
•
Sementara itu, si kembar lagi debat di perjalanan menuju gerbang sekolah. Mendebatkan mereka harus pulang sekarang atau ikut main dulu bareng temen-temennya.
"Main dulu ih hayuk, kita kan udah lama nggak main bareng temen-temen. Ya Asaa ya? Asaa mau main juga kan?" Aidan menatap Asaa, berharap si adik itu satu suara dengannya, pasalnya sedari tadi adiknya itu hanya diam mendengarkan debat tiga Abangnya.
"Nggak bisa, kita harus izin Papa dulu kalo mainnya ke luar area perumahan, Idan," timpal Aileen.
"Tapi Asaa mau main, yakan Asaa?" Aidan masih keukeuh, sembari kembali menatap adiknya, "Ihh jawab dong Asaa, kita harus kompak loh ini," gregetnya pada akhirnya.
"Ihh orang Asaa bingung, kalo Asaa jawab iya, tuh Ileen sama Agam liatin Asaa galak, kalo Asaa jawab enggak, nanti Idan ngambek."
Aidan mengerucutkan bibirnya, lain dengan dua Abang yang tersenyum, mana senyum miring, ini si Abang kalo begitu aura Abangnya awurawuran.
"Adek tuh harus dengerin Abangnya," cicit Agam, yang mana membuat Aidan semakin merengut.
"Yaudah iya," pasrah Aidan, tapi jalannya langsung menjauh dari dua Abang dan lebih milih jalan sambil peluk lengannya Asaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰
Humor- apakah semakin bertambah umur, akhlak Rafan akan semakin bertambah baik atau malah semakin menipis saja? saksikan kesengsaraan bapak Rafansyah Ali Adrian Nakhala hanya di channel kesayangan anda °°°° [ 8 Juni 2021 ]