-𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑇𝑢ℎ𝑎𝑛-

2.2K 428 58
                                    


-happy reading 🌼 
-sorry for typo(s)

🍑

Pada awalnya, si kembar itu hanya berniat bermain sebentar, dan akan kembali ke rumah sebelum Papa pulang. Tapi ternyata, bermain bersama teman-teman itu terlalu asik, sampai-sampai mereka lupa waktu.

"Papa bilang mau pulang jam berapa ya?" tanya Agam.

Si kembar sekarang sedang mengantri es. Lagi beli es cekek mereka.

Udah telat bukannya buru-buru pulang malah tergiur beli es dulu di warung, dasar kembar.

"Nggak bilang. Papa bilangnya sore aja" balas si bungsu.

Agam melirik si bungsu yang menjawab, kemudian mengangguk. Tapi kemudian Agam terlihat mengerucutkan bibirnya mendengus.

"Itu dagunya udah mulai memar, Sa" ujarnya, menunjuk dagu si bungsu yang beberapa menit lalu baru saja mencium stang sepeda milik si empu.

"Iya kah? Nggak berasa apa-apa tapi" balas Asaa, sembari mengusap dagunya.

"Tck, mana ada nggak berasa, emang Asaa orang mati apa. Gaya sih, pake segala lepas tangan segala, nabrak kan jadinya" sewot Aidan.

"Ya maaf, namanya nyoba"

"Ceroboh" dengus Aidan lagi.

Asaa hanya mengendikan bahunya, seraya menerima sodoran es dari Aileen.

"Udah semua kan?" tanya Aileen.

"Udah"

"Oke. Sekarang, siapa yang bayar?"

"Abang lah" kompak tiga adiknya.

Aileen mendengus, "Kaya gini aja ngakuin Abang" gerutunya, walaupun tetap merogoh saku celananya untuk mengambil uang guna membayar empat es yang mereka beli.















Si kembar sudah sampai di depan rumah. Aidan menoleh ke belakang dengan senyum meremehkan.

"Wuuu lelet, I'm win!!" katanya.

Sementara tiga kembarannya yang baru saja sampai mendengus lirih melihat raut sombong Aidan.

"Lagi hoki aja sih itu. Harusnya Ileen yang menang" cicit si sulung.

"Hahaha mana ada menang hoki, ini tuh karena kemampuan. Idan kan super hebat makanya bisa kalahin kalian" ujarnya, seraya menyedot teh jus di tangannya.

"SOMBONG" kompak tiga kembar.

"HAHAHA" tawa Aidan.

Tiga kembar melengos, dan hendak kembali mengayuh sepedanya untuk memasuki pekarangan rumah, tapi melihat keberadaan Papa yang terlihat belum lama keluar dari mobil membuat mereka, termasuk Aidan, menelan ludahnya gugup.

"Papa udah pulang ternyata" gumam Agam.

"Iya, kita telat" balas Aileen.

"Beli es lagi" timpal Aidan.

"Aduh iya lagi, gimana dong" cicit si bungsu juga.

Si kembar saling pandang dengan wajah tegangnya, tidak ada yang berani menatap Papa di depan sana.

"Astagfirullah haladzim Rafan"

Suara Papa yang terdengar lelah itu membuat si kembar langsung menunduk.

[9] Rafan's Daily || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang