3. Pseudo Space

29.7K 2.4K 216
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋


"Lo tuh ya, udah gue kasi tempat tinggal, masak beli beras aja ga bisa?!"

"Tolol banget lu!"

Kepala Kai terus menunduk sejak lima belas menit yang lalu. Saat pulang Kai kira dirinya akan di berikan waktu istirahat, tapi dia salah. Tori justru memaki Kai dan terus menuding anak itu. Pasalnya Kai hanya bisa membeli satu kilo beras seharga sebelas ribu, sisa uangnya hanya tiga ribu rupiah dia sisihkan di saku.

"Lo kira sekilo bisa buat makan keluarga gue?! Pikir tu pake otak!"

"Oh iya gue lupa, lu ga punya otak makanya orang tua lu ngebuang anak kayak lu!" Hinaan itu terus menjadi-jadi membuat dada Kai berdenyut nyeri. Pikiran Kai melayang, berpikir alasan orangtuanya sampai membuang dirinya. Apa benar karena Kai bodoh? Tapi kan..

"Cepetan pergi! Mulung gitu sampe duid nya banyak!"

"Udah enak-enakan tinggal dimari, minimal ada imbalannya!" Dengus Tori meninggalkan Kai di depan pintu masuk rumah.

Baru saja hendak berjalan keluar, Kai dikejutkan dengan kedatangan Bram yang baru pulang bekerja. "Loh Kai? Mau kemana udah mau magrib ini." Tanya Bram.

"Umm, Kai ma--

"Eh mas udah pulang? Ini aku minta tolong sama Kai liatin pintu depan. Takutnya mas datang malah ke kunci dari dalam." Belum selesai Kai menjawab tiba-tiba suara Tori menyela ucapannya. Wanita itu melirik tajam Kai seolah memperingati anak itu agar tidak mengadu pada suaminya.

"Benar begitu Kai?" Bram sedikit ragu percaya pada istrinya.

"Um benal Om." Lirih Kai.

Tori mengeluarkan mimik sedihnya. "Segitunya kamu ga percaya aku mas? Aku udah berusaha nerima Kai disini."

Bram tersenyum lega mendengarnya. "Bagus kalau kamu udah nerima Kai disini dek. Ayo masuk Kai, Om dapat rejeki lebih hari ini ga sengaja bantuin Ibu-ibu ban mobilnya pecah." Pria itu menuntun Kai masuk diikuti Tori yang masih melirik anak itu tajam.

"Nah anak-anak mana dek?" Bram menatap sekeliling mencari keberadaan anak-anaknya.

"Gio lagi main game di kamar, kalau Bita lagi mandi mas." Sahut Tori.

"Kamu siapin gih dek, mas beli ayam goreng tadi di jalan."

"Mas mau mandi dulu, lengket." Pria itu mengelus kepala Kai lembut setelah menyerahkan sebungkus plastik berisi ayam goreng lada istrinya.

"Iya mas." Sepeninggal Bram, Tori beralih pada Kai yang menatapnya lugu. Sejujurnya Kai sangat lapar, dari pagi dia hanya memakan es lilin saja.

"Apa liat-liat?! Sana lu masuk kamar! Bilang lu udah makan sama Bram! Jangan minta bagian ayam, ini buat anak gue, ngerti?!"

Kai mengulas senyum getir, anak itu mengangguk setelahnya pergi menuju kamar dengan raut wajah sedih menahan lapar. Kai merebahkan diri di atas ranjang dengan perlahan. Perutnya terasa perih dan kakinya mulai kebas.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang