34. A noble-hearted child

15.3K 2K 633
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Kai duduk menunggangi Cooper sembari memeluk Oren menyusuri lorong mansion sendirian tanpa di temani oleh siapapun. Setiap kali berbelok di lorong, ada saja maid atau bodyguard yang terkejut melihat pemandangan tuan muda mereka itu.

Pagi ini suasana mansion tampak sepi karena semua orang sudah kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing, termasuk Mami Ela yang tiba-tiba harus pergi ke tempat club Wushu miliknya.

Sebenarnya Kai bisa saja ikut pergi bersama Maminya atau ikut ke kantor bersama Papinya, hanya saja Kai merasa enggan keluar rumah untuk sekarang. Lagipula di rumah masih ada Nenek dan Kakek usai menyelesaikan sarapannya mereka duduk santai di halaman belakang membiarkan Kai melakukan hal-hal sesukanya tapi tetap dalam pengawasan CCTV.

"Coopel, Kai puna klayon adiah dali Ifin, anti kita gambal-gambal na."

Langkah kaki Cooper berhenti di halaman depan mansion yang luas, pelataran mansion Benedict begitu hijau dengan bunga-bunga dan air mancur di tengah-tengahnya. Kai ingat dengan ikan mas miliknya yang kini berada di akuarium meja nakas kamarnya. "Woah, ail na mancul, akang mas na taluh sini na," anak itu berceloteh seolah-olah Cooper dan Oren memahami ucapannya.

"Kai,"

Anak itu menoleh dengan wajah kaget, "Kakek, tenapa?"

Martin menatap tajam macan kumbang yang menatapnya tak suka, dalam benak pria itu ingin rasanya menyembelih macan kumbang itu yang bisa-bisanya memonopoli cucu tersayangnya.

"Ikut Kakek keluar yuk," Martin berencana mengajak Kai keluar, itung-itung agar Kai lebih lengket dengannya mumpung Zeus tak ada di rumah.

"Temana? Beli keltas gambal boleh?" Tanya Kai penuh harap.

Martin menarik Kai ke dalam gendongannya dengan lembut, "Boleh dong, adek mau apa saja boleh. Habis kan uang Kakek sesuka adek,"

Kai bersorak girang, anak itu terus berceloteh tak sabar. Hera yang sudah menunggu mereka sejak tadi mengambil alih Kai dan memakaikannya jaket serta topi rajut agar si kecil tetap hangat.

"Siap pergi baby?"

"Siap!!!" Seru Kai di gendongan Hera.

Ketiganya bergegas ke luar menuju mobil yang sudah terparkir apik di halaman depan mansion. Untuk kali ini, Martin akan turun langsung menyetir tanpa di dampingi sopir. Ini pure keinginan pria tua itu agar bisa merasakan kenikmatan berkendara bersama dua orang terkasihnya.

Sepanjang perjalanan Kai terus berseru riang saat merasakan pohon dan gedung-gedung itu berlari mengejarnya. Suara tawa Kai begitu candu di telinga Martin dan Hera.

Lampu merah menyala, Martin mengerem mobilnya dengan halus. Pria itu menoleh ke arah kursi samping dimana Kai masih asyik berbicara dengan Hera.

"Ada badut, Kakek, Nenek lihat ada badut." Kai menunjuk-nunjuk keluar kaca mobil dimana sosok badut jalanan tengah beraksi menghibur pengguna jalan.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang