[PART MASIH LENGKAP]
PESAN sekarang juga ya di :
@salenovel14 👉dianacheapy
@chocovan95
@bukubeken
@cintabukubookshop
@wasurjaya.vicyshoop
@rumahbukubundarasya
"Kai nda punya lumah, tapi Kai anak baik nda pelnah nakal,"
"Tenapa meleka nda suka Kai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🦋🦋🦋
Kai memakan sarapannya dalam diam. Anak itu menatap rumit lauk di atas piringnya yang masih tersisa setengah. Sejak tadi Kai terus memaksakan otaknya untuk berpikir. Kai lagi-lagi merasa hilang arah, kenapa dirinya malah lupa dengan nama sayur yang kini dia suap dengan lahap itu. Ingin sekali Kai bertanya pada Papinya, namun dia malu.
"Ada apa sayang, makanannya tidak enak?" Ela menyentuh pundak kecil Kai. Pandangan wanita itu sangat khawatir pada si kecil.
Kai menggeleng kecil saat pandangan semua orang mengarah padanya. "Tapa Mami, adek suka lasana selalu enak." Ucapnya tersenyum kecil.
Ela menghela nafas lega. Wanita itu jelas takut jika Kai tidak menyukai menu sarapannya yang berbeda dengan yang lain.
"Kai suka blokoli ya, Ifin juga." Seolah memahami kode dari Kana, Griffin tersenyum menunjukkan brokoli yang dia ambil menggunakan garpu.
"Lacana enyakk.." sambung Kana ikut memperlihatkan brokoli di piringnya.
"Huum, buatan Mami na Kai selalu enak." Kai tersenyum pada Ela yang menatapnya haru. "Telima kasih makanan na enak, Mami."
"Sama-sama sayang, adek maem banyak-banyak ya biar cepat besar."
"Dan sembuh tan?" Kai bertanya dengan wajah lugu.
Tubuh Zeus menegang begitu dengan yang lain yang nampak kaget dengan ucapan Kai. "Sayang..." mata pria itu berkaca-kaca menatap sendu putra kecilnya.
"Papi adek ngelti kok." Anak itu kembali menyuap makanannya dengan lahap seolah tak terjadi apa-apa. Itu semakin membuat hati Zeus dan Ela terluka.
Teman-teman Kai nampak diam tak paham kecuali Griffin dan Kana yang diam-diam juga menahan tangisannya. Mereka menggenggam sendok dengan erat. Tanpa banyak kata mereka menyelesaikan sarapan itu dalam hening. Satu persatu mereka turun dari kursi makan mengikuti para bodyguard yang menunggu mereka di ruang keluarga Benedict. Mereka ingin memberi ruang keluarga Kai saling berbicara tanpa ada orang luar yang mendengarnya.
"Papi..."
"Iya sayang?" Mata Zeus mengembun, pria itu menggenggam tangan si kecil dengan erat. Anaknya tampak menahan diri agar tidak berbicara keras pada Papinya.
"Adek sakit apa? Kemalin Papi bohong tan pas peliksa sama Om Doktel na. Kai nda jadi supelhelo, tapi Kai sakit tan?"
"Kai sakit apa?" Air mata mengalir deras dari kedua mata belonya membuat Ela langsung memeluknya erat.
"Oh putraku, maafin Mami nak."
Pemandangan menyedihkan itu membuat Safir, Justin dan Taylor menunduk mengusap air mata mereka dalam diam. Kenapa harus adiknya yang menerima sakit itu? Kenapa harus adiknya, Tuhan?
"Adek pasti sembuh, Papi janji. Kita lawan sama-sama ya, nak." Zeus terus menyakinkan Kai dengan kata-kata penenang.
Kai hanya bisa mengangguk kecil, dirinya masih tak memahami penyakit apa yang ada di tubuhnya. Apa itu yang membuatnya sering lupa?