🦋🦋🦋
Suara tangisan anak kecil yang terus menggali-gali tanah basah itu membuat beberapa warga nampak iba. Suaranya bahkan sudah serak hingga membuat tenggorokan nya sakit. Pakaiannya kotor dengan tanah, wajahnya sembab dengan mata bengkak. Bahkan, tangannya sudah memerah dengan kuku yang kotor dan lecet-lecet.
"Kai cendili?" bisik nya pada angin yang menerpa wajahnya yang pucat kuyu.
Anak itu masih syok dan ketakutan begitu pagi-pagi hendak berangkat memulung justru menemukan kakeknya sudah kaku dan semut mengerubungi wajahnya.
Kai yang kebingungan berusaha membangunkan kakek Tono dan menyingkirkan semut-semut itu, saat sedang kalutnya tiba-tiba seorang pria yang merupakan tetangga baiknya datang hendak membawakan sayur lodeh untuk keduanya malah menemukan Kai yang tengah menangis tergugu berusaha membangunkan kakeknya.
Begitu mendekati keduanya, pria itu sadar kakek Tono sudah meninggal sedangkan Kai mengira kakek nya hanya tidur.
Pria itu jelas tau siapa Kai di kehidupan kakek Tono beberapa waktu terakhir. Pria tua sangat baik dan tekun dalam mencari rongsokan yang tiap sorenya selalu dia bawa ketempat nya untuk menagih upah.
"Kai, kita pulang ya? Nanti kamu tinggal sama Om Bram saja," ujar pria itu berusaha menenangkan Kai yang masih menangis terisak-isak.
Kai diam layaknya orang linglung. Entah bagaimana caranya agar tidak menangis jika orang yang selama ini merawatnya dan menemaninya kini sudah berpulang. Sekali lagi Kai menunduk membiarkan lelehan air matanya jatuh mengenai gundukan tanah basah dengan nisan yang masih baru itu. "Hiks.. kakek tenapa pelgi nda ajak Kai?" Bisiknya lirih sebelum jatuh pingsan.
"Kai!" Bram yang setia menunggu dibelakang anak itu langsung berseru saat tubuh ringkih itu menghantam tanah. Dengan segera Bram mengangkat tubuh lemah Kai dan membawanya ke mobil.
Bram berencana akan membawa Kai tinggal bersamanya. Dia benar-benar tak tega jika membiarkan si kecil tinggal sendirian di gubuk kecil tak layak huni itu lagi. Ah, semoga saja istrinya mengerti.
Sesampainya di rumah sederhana miliknya, pria itu segera membawa Kai masuk ke salah satu bilik kamar yang kosong menghiraukan tatapan bertanya sang istri.
"Istirahatlah, om tau kamu lelah." Lirih Bram dengan hati-hati menyelimuti tubuh Kai.
Pria itu berjalan keluar menemui sang istri yang sudah menunggu dengan wajah tak sabaran dan ingin tahu.
"Siapa dia mas?"
"Jangan bilang itu anak pemulung yang tinggal di gubuk bawah jembatan?" Lontaran kata sinis dari istrinya membuat Bram terperanjat.
"Dek, kasian jangan gitu. Dia mulung demi bisa makan!" Tegur Bram tak suka mendengar perkataan kasar istrinya.
"Cih, bela terus! Terus maksud mas bawa anak itu kerumah apa? Jangan-jangan mau tinggal disini?!" Hardik sang istri mempertahankan wajah tak sukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAI [TERBIT]
Fanfiction[PART MASIH LENGKAP] PESAN sekarang juga ya di : @salenovel14 👉dianacheapy @chocovan95 @bukubeken @cintabukubookshop @wasurjaya.vicyshoop @rumahbukubundarasya "Kai nda punya lumah, tapi Kai anak baik nda pelnah nakal," "Tenapa meleka nda suka Kai...