14. So Hurt

29K 2.4K 169
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

"Dugaan sementara putra anda menunjukkan gejala awal penderita demensia."

"Tapi bukannya itu menyerang usia lanjut saja? Kenapa putraku bisa sampai terkena penyakit itu?" Zeus menggenggam tangan Ela berusaha saling menguatkan.

"Tuan, Nyonya, demensia bukan hanya menyerang orang dewasa saja. Gejala-gejala demensia tiap anak itu berbeda-beda, seperti yang anda jelaskan tadi, putra anda kerap kali menanyakan hal yang sama berulang kali, sering melupakan hal-hal penting. Itu sudah masuk tanda-tanda awal demensia."

"Aku sering melupakan banyak hal, apa aku juga menderita itu?" Justin angkat bicara.

Dokter keluarga Benedict yang bernama Liam itu tersenyum tipis. "Sebenarnya demensia bukan satu-satunya penyebab hilang ingatan. Memang kebanyakan orang yang mengalami masalah pada penyimpanan ingatan tidak menderita demensia."

"Ini merupakan hal yang normal bila ingatan kita sedikit memburuk seiring bertambahnya usia, dan ini bukan berarti kita menderita demensia. Masalah anda bisa terjadi karena saat kita tidak berkonsentrasi dengan baik."

"Apa itu penyakit itu sangat serius?" Tanya Safir menyuarakan pikirannya. Pria itu sangat ketakutan mendengar diagnosa adiknya.

Liam menghela napas panjang. "Dalam dunia medis, umumnya demensia dapat merusak otak dan tubuh, sehingga seringkali berujung pada kematian."

"Dan perlu kalian ketahui, demensia bukanlah sebuah penyakit melainkan rangkaian gejala penurunan kognitif dan itulah masalahnya sekarang, demensia belum bisa disembuhkan secara medis."

Deg

Jantung Zeus serasa di remas sesuatu yang tak kasat mata mendengar ucapan Liam. "Tapi saya bukanlah Tuhan yang maha mengetahui segalanya. Percayalah segala penyakit akan ada penawarnya." Ucap Liam.

"Pi, adek Pi." Ela memeluk lengan Zeus yang terasa limbung mendengar ucapan yang membuat hatinya sakit.

"Untuk lebih lanjutnya saya menyarankan agar putra anda dirujuk ke rumah sakit setempat agar bisa berkonsultasi langsung dengan dokter yang paham dengan kondisi demensia. Saya akan membuatkan jadwal konsultasi putra anda bersama dengan rekan dokter spesialis saraf untuk melakukan deteksi dini dari demensia." Liam menuliskan nama pada sebuah kertas kosong untuk jadwal pemeriksaan Kai besok.

"Saya harap perkiraan saya salah, putra anda terlalu dini untuk merasakan semua itu." Liam yang juga merangkap sebagai sahabat Zeus mencoba menguatkan temannya.

"Terima kasih Uncle Liam," Taylor menghantarkan Liam menuju pintu keluar.

Tubuh Ela jatuh ke sofa dengan lemas. Wajahnya memerah menahan perasaan sesak di hatinya. "Bagiamana mungkin putraku harus merasakan semua itu." Lirihnya pedih.

"Jadi ini turunan dari eyang?" Lirih Safir pedih. Pria itu ingat penyebab kematian eyang dari pihak Maminya yang sama-sama penderitaan demensia.

Zeus kembali menghela napas, kali ini terasa berat dan panjang. "Sebaiknya kalian masuk kamar, Papi akan membawa Mami untuk istirahat." Ucap Zeus tanpa menunggu jawaban langsung bangun membantu Ela menuju kamar.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang