42. Long Day With You

16.7K 2K 419
                                        

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Sudah bisa di pastikan, jika para sahabatnya datang maka para abang-abang Kai tidak akan bisa mendekati adiknya. Dari awal kedatangan lima bocah itu Justin sudah uring-uringan sendiri berharap mereka segera pulang ke rumah masing-masing. Namun sialnya, sampai malam menjelang, para bocah sinting itu tidak ada yang berniat pulang. Saat di tanya, dengan senyum penuh kemenangan mereka kompak menjawab akan menginap menemani Kai.

Oh shit! Kapan sih Justin bisa dengan tenang mendekati adiknya?

Acara makan malam di kediaman Benedict untuk pertama kalinya terasa sangat ramai. Bahkan mereka memakai ballroom hanya untuk makan malam saking ramainya tamu yang datang.

Bayangkan saja lima keluarga tersohor datang mengunjungi kediaman Benedict sebagai bentuk tanda persahabatan dari anak-anak mereka yang sangat erat. Masing-masing keluarga itu datang dengan seluruh anggota keluarga mereka tanpa terkecuali. Bisa di pastikan bagaimana pusing nya Justin yang kesulitan menemui adiknya.

"Bukan cuma lu aja yang pusing, gue juga sat!" Sadaaru memukul pundak Justin yang melemah tak bertenaga.

Tawa mengejek Semesta membuat Justin melotot, "Santai keles, gue aja legowo adek di sini." Ujarnya tanpa malu menyuap besar kacang almond.

"Padahal pengen bobok bareng adek gue," ujar Justin pelan.

"Yaudah sih kita nginep juga gimana?" Hanif dengan polosnya menyuarakan idenya yang sangat cemerlang.

"Bagus tuh,"

"Boleh juga tu,"

"Oke,"

"NGGAK!"

"Enak aja! Yang ada gue kagak bisa tidur!" sanggah Justin cepat. Membayangkan kamarnya yang menjadi tempat ternyamannya harus di isi manusia-manusia menyebalkan di depannya sudah membuat Justin darah tinggi.

"Pelit amat lu setan!" cibir Chander.

"Iya nih, beda banget sama Kai yang baik hati ngijinin adek-adek kita nginep bahkan satu kamar sama dia," sambung Gama.

Justin menggaruk tengkuknya pertanda gelisah, ia bukannya pelit. Hanya saja terlalu malu jika sampai mereka mengetahui isi kamarnya. Bisa-bisa rusak reputasi Justin yang terkenal cool boy.

"Halah sok iye lu Jas, jangan bilang lu nyimpan anu di kamar," ejek Esta memandang wajah panik Justin.

"Kagak ya sat! Gue masih polos," jawaban tergesa Justin membuat mereka tertawa geli.

Sekitar pukul setengah tujuh malam, ballroom mansion Benedict sudah ramai oleh tamu-tamu kebesaran. Ada keluarga Vincenzo, keluarga Bagaskara, keluarga Orlando, keluarga Becker dan juga keluarga Cozta.

"Dimana anak-anak? Kenapa belum turun?" Martin menoleh ke arah sang istri bertanya dimana gerangan cucu bungsu dan para sahabatnya berada.

"Sebentar lagi mereka ke sini, mereka baru selesai mandi," bukan Hera yang menjawab melainkan Reana.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang