43. Therapy 1

15.3K 1.8K 420
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Pukul 06.00 pagi aktivitas di kediaman Benedict telah di mulai. Matahari belum bersinar sepenuhnya namun tidak menjadi sebuah alasan untuk para wanita-wanita paruh baya beserta para ibu mertua mulai sibuk membantu Ela di dapur bersama Hera dan Reana.

"Aduh kalian tidak usah repot-repot membantu, tunggu saja di ruang tengah," Ela berujar tak enak hati pada ibu dari teman anaknya.

Kekehan merdu Aiko—Buna Izza terdengar, "Mana bisa begitu, kami senang membantu," ujarnya di angguki yang lain.

"Bahkan aku sudah menganggap ini rumahku sendiri," wanita dengan roll rambut menjepit poninya—Nagita Mama Semiya berujar tenang.

"Betul, aku sangat suka memasak, jadi izinkan aku membantu," Hana—Bubu dari Timo langsung sigap mengambil alih pisau yang di pegang Reana. "Biar aku bantu mbak,"

Mereka saling bahu membahu memasak untuk sarapan. Para maid dan chef keluarga Benedict bahkan di larang mendekati dapur.

Jika para ibu-ibu sibuk di dapur, maka berbeda dengan para pria dewasa yang tengah asyik meminum kopi bersama di halaman belakang mansion sembari membaca koran. Di seberang, lebih tepatnya di atas balkon sebuah kamar tampak gerombolan geng Barbados di tambah Sadaaru dan Justin yang baru saja bangun tidur. Mereka menginap di kamar Justin setelah memaksa pemuda itu dengan dalih Cooper. Mau tak mau Justin mengijinkan mereka memasuki wilayah teritorialnya.

"DAH PAGIIIIIIII!!!!" di atas kasur Miya berteriak nyaring di tengah keheningan kamar. Gadis kecil itu menjadi alarm hidup untuk kelima temannya. Bisa di pastikan suara menggelegar Miya terdengar sampai di luar karena kamar Kai tidak kedap suara.

Sosok anak kecil dengan wajah datarnya melirik Miya, menurunkan kedua tungkainya dari kasur kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajah. Sebelum itu anak itu mengusap kening berkerut temannya membangunkannya, "Pagi Kai, Ica, ayo bangun,"

Griffin Cozta, sebagai anak paling bisa di andalkan yang selalu sigap di saat-saat begini.

"Nah akhil na ada nang bangun," Miya melompat turun dari kasur kemudian duduk di sofa dengan wajah tertekuk.

"Kenapa?" Griffin yang hendak ke kamar mandi melirik wajah masam Miya.

"Lupa bawa Kinkel," cicitnya pelan.

"Hoammm.... Celamat pagi teman-teman," Kai bangun dengan wajah sumringah melihat wajah teman-temannya saat ia bangun tidur.

"Pagi Kakai, Ica, Imo"

Cup

Kecupan singkat nan manis di labuhkan oleh Kana di kening ketiga sahabatnya yang baru saja membuka mata.

"Kai senang kalian nginap di sini," Kai enggan bangun dari posisinya yang di peluk oleh Izza dengan erat. Namun karena hari semakin siang, dan mereka juga harus mandi dan sarapan, mau tak mau Kai bangkit dari kasur.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang