🦋🦋🦋
Akhir-akhir ini Kai lebih banyak bermain dengan Oren daripada dengan orang rumah. Alasannya satu, Kai terlalu kesal dengan peraturan mereka. Tapi, bukannya menyadari penyebab Kai ngambek, para pria Benedict makin menjadi posesifnya pada Kai.
"Adek potong rambut ya, poninya mulai panjang." Ela duduk mengusap lembut rambut Kai yang sudah memanjang.
Kai mengangguk kecil, "Sama Mami aja pelgi na, adek malah sama Papi." Zeus yang baru saja hendak masuk kamar Kai langsung berdiri dengan wajah nelangsa.
"Baby kok gitu? Papi salah apa?" Zeus masuk dengan wajah cemberut kemudian duduk di depan Kai yang memalingkan wajahnya ke samping.
"Adek? Papi nanya loh," Zeus menatap melas putra kecilnya yang tetap diam tak menoleh sedikitpun."Papi telalu lalang-lalang adek. Adek nda nakal, adek selalu mimik obat na tepat waktu. Adek cuma main sama Olen, tapi Papi lalang, hiks... adek kalau diam takut pikun na kumat, Papi." Isakan Kai membuat Zeus terdiam. Pria itu merasa bersalah sudah membuat Kai merasa tidak nyaman.
"Maafin Papi ya dek, Papi hanya takut adek kenapa-kenapa." Kai mengangguk kecil dalam pelukan hangat Papinya. Ela tersenyum tipis melihat sosok Zeus, suami yang biasanya keras kepala tak suka dibantah malah bertekuk lutut di hadapan putra kecil mereka.
"Papi adek memang sakit, tapi adek pelu hibulan kan bial nda belalut sama pikilan buluk na, adek belmain juga nda jauh-jauh dali taman."
"Adek hanya mau lihat kupu-kupu."
Ela ikut bergabung dalam pelukan putra dan suaminya. Wanita itu merasa putranya Kai benar-benar di dewasakan oleh keadaan. "Kai jangan pikirkan apapun, Mami dan Papi janji, kamu akan sembuh secepatnya."
"Kai ingin dengar cerita? Saat Mami hamil kamu, Mami benar-benar merasa sangat bahagia. Mami menjaga kandungan Mami dengan harapan sosok malaikat kecil yang meringkuk nyaman di perut Mami akan merasa aman."
"Saat kamu lahir rasanya Mami ikut seperti dilahirkan kembali. Mami sangat menyayangi kamu, Kai."
"Mami dan Papi sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menitipkan malaikat kecil yang Mami beri nama Kai Maurice Benedict, kesayangan semua orang." Kai begitu terharu mendengar ucapan Maminya yang penuh kelembutan. Si kecil makin merengsek maju memeluk erat leher Maminya dengan satu tangan memegang erat jemari Papinya.
"Halus na adek yang bilang begitu, telima kasih sama Tuhan kalena membeli kesempatan lahil dali pelut na Mami."
"Manisnya. Kai berjanjilah, sampai kehidupan ke berapapun, tetaplah lahir menjadi anak Mami dan Papi." Ucapan terakhir Ela membuat anak itu langsung mengangguk sambil menangis tergugu di pelukan Maminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAI [TERBIT]
Fanfiction[PART MASIH LENGKAP] PESAN sekarang juga ya di : @salenovel14 👉dianacheapy @chocovan95 @bukubeken @cintabukubookshop @wasurjaya.vicyshoop @rumahbukubundarasya "Kai nda punya lumah, tapi Kai anak baik nda pelnah nakal," "Tenapa meleka nda suka Kai...