21. Favorite youngest

25.1K 2.4K 449
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut Kai yang kini tampak berantakan. Kakinya berayun dengan tangan yang memegang botol susu yang kini hanya tersisa setengah. Kai duduk nyaman di pangkuan kakeknya yang sejak awal terus menempelinya.

Martin masih tidak percaya dengan keberadaan cucu bungsunya. Terlebih setelah mendengar cerita Zeus mengenai keberadaan Kai dulu. "Bedebah sialan!" Geramnya.

Apa yang tidak bisa keluarga Benedict lakukan untuk Kai, membasmi hama seperti Tori itu hal yang mudah. Hanya saja mengingat sosok Bram, suami wanita itu yang sangat baik pada Kai membuat Zeus mempertimbangkannya matang-matang. Pria itu diam-diam membantu memberikan pekerjaan baru untuk Bram di bantu oleh temannya. Untuk kakek Tono, Zeus berencana akan memperbaiki dan menugaskan orang untuk merawat makam pria tua yang sangat berjasa di hidup putranya.

"Woahhh kelen na..." Kai sangat bahagia menerima sebuah jam tangan dari kakeknya. Anak itu terus mengusap-usap jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.

"Adek suka? Nanti kakek belikan yang banyak." Martin menatap binar cucunya yang sangat menyukai hadiah yang baru saja di pesan dan langsung datang sepuluh menit yang lalu.

"Suka sekali. Telima kasih kakek, adek sayang kakek." Kai memeluk leher Martin dengan sumringah.

"Kai sayang, nenek bawa apa coba lihat.."  Hera tentu saja tak mau kalah dari suaminya. Wanita yang bekerja di kedutaan besar Amerika itu memberikan Kai sebuah kalung mewah dengan ukiran nama keluarga Benedict pada bandulnya.

"Kalung?" Kai memiringkan kepalanya penasaran dengan rupa kalung yang berkilau di tangan neneknya.

"Nenek pasang ya dek." Hera memasangkan kalung itu pada leher Kai dengan hati bahagia. Sejak lama wanita itu ingin memberikan cucunya kalung ini dan akhirnya tersampaikan.

"Kalung na bagus, Kai suka. Telima kasih nenek." Kai mencium pipi Hera dengan lembut.

"Manisnya cucuku." Girang Hera duduk di sebelah suaminya yang tersenyum menatapnya.

"Cucu kita, dear." Koreksi Martin.

Pasangan berusia senja itu sangat menikmati waktu sorenya memangku cucu tersayang ditemani secangkir teh dan cemilan. Kai asyik bercerita tentang mimpinya yang sangat ingin menjadi seorang astronot pada kakek dan neneknya. Martin dan Hera terus tersenyum memandangi si kecil yang asyik berceloteh riang menunjukkan gelang yang memiliki gantungan astronot pada mereka.

"Wah.. jadi Kai ingin pergi ke bulan?" Nada antusias Hera semakin membuat Kai semangat untuk bercerita.

Anak itu mengangguk keras. "Umm... Kai ingin kesana, kata Papi nanti Kai bisa ke bulan kalau sekolahnya rajin."

Martin mengelus rambut Kai dengan lembut. "Tentu saja, Kai bisa jadi angkasawan jika rajin sekolah. Nanti kakek daftarkan sekolah khusus antariksa saat besar nanti."

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang