15. Halo Doktel

27.7K 2.5K 133
                                    

🦋🦋🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦋🦋🦋

Sesuai rencana janji kemarin, hari ini Kai akan diperiksa langsung oleh dokter spesialis saraf. Sejak tadi anak itu tidak bisa diam karena penasaran dengan barang-barang yang ada di dekatnya. Zeus dan Ela hanya membiarkan Kai yang nampak antusias bertemu dokternya.

"Papi om Doktel na masih lama? Ade nda sabal." Kai sudah mengucapkan itu lebih dari lima kali sejak mereka sampai.

Ela tersenyum menenangkan. "Sebentar ya nak, gilirannya adek sebentar lagi." Ucap Ela diangguki Zeus.

Tak berselang lama, nama Kai dipanggil untuk pemeriksaan. Zeus langsung masuk menggendong Kai diikuti Ela dari belakang.

"Selamat pagi adik manis," sapaan hangat seorang dokter pria yang melambaikan tangannya pada Kai.

Anak itu tersenyum manis membalas lambaian tangan dokter itu. "Halo om doktel,"

"Jadi seperti yang Liam katakan, dia mendiagnosa putraku mengalami gejala demensia. Aku ingin memastikan semuanya agar lebih jelas." Ucap Zeus tanpa basa-basi.

Dokter pria yang bernama Felix itu mengangguk sekilas mempersilahkan mereka duduk. "Bisakah pasien dibiarkan duduk disana?" Dokter itu menunjuk sebuah sofa yang biasanya dia pakai saat mengecek kondisi pasiennya.

"Halo adik kecil, ayo berkenalan, siapa namamu?" Felix mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Kai, nama na Kai, Kai." Sahut anak itu ceria.

"Nama Om Dekter Felix, salam kenal Kai, kamu sangat manis." Puji Felix.

Pria itu mengambil sebuah kotak kecil dan meletakkannya di depan Kai. "Kamu pernah bermain ini?" Felix mengeluarkan sebuah kotak puzzle berbentuk bunga matahari.

Kai mengangguk. "Pelnah, kemalin Kakak Pil ajalin adek nyusun na."

Felix mengangguk paham. "Bisakah Kai menyusunnya untuk Om Dokter?" Kai menerima puzzle itu dan mengerjakannya sesuai permintaan Felix.

Dengan mudah Kai menemukan potongan-potongan yang seharusnya dipasang berdasarkan angka dan posisi bentuknya. Felix tersenyum menatap bagaimana seriusnya Kai menyusun puzzle itu. Namun sayangnya di pertengahan Kai sudah kebingungan, anak itu berkali-kali mengulang menyusun puzzle itu dengan wajah cemas. Hampir lima menit tangan Kai mengambang tanpa pergerakan membuat Zeus dan Ela khawatir di belakang sana.

"Om Doktel, adek lama ya?" Tanya Kai sedih. Kai merasa tak enak hati pada dokter baik itu, padahal kemarin Kai sangat jago merangkai puzzle saat Safir mengajarinya.

"Tidak apa-apa Kai, apa kamu kesulitan? Mau Om dokter bantu?" Kai mengangguk kecil, Felix langsung mendekati Kai dan membantu menyusu puzzle itu.

"Nah selesai, Kai sangat hebat." Puji Felix mengeluarkan sebuah permen buah dari saku jasnya. "Sebagai hadiah karena Kai sangat pintar." Ucapnya.

KAI [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang