Sebuah Pesan!

742 84 5
                                    

Keesokan harinya Kiena memutuskan untuk memberitahu tentang apa yang dilihatnya saat itu pada Tsunade.

Ketika sudah sampai di kantor Hokage, Kiena melihat Kakashi, Sai dan Sakura juga tetua katak yang selalu bersama Jiraiya berada dalam ruangan itu.

Kiena mengepalkan tangan nya dan menunduk dalam menahan air matanya "Tsunade-sama... Jiraiya-ojiisan... Tewas dalam pertempuran." Ucap Kiena yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.

Semua yang mendengar itu nampak terkejut. Dan sesaat kemudian, suasana cerah pada siang hari itu seketika digantikan dengan awan mendung dan rintik hujan yang mulai turun membasahi Konoha.

"Maafkan saya Tsunade-sama. Saya.. Saya... Saya tidak bisa mencegahnya." Lanjut Kiena dengan suara yang lirih dan tersirat penyesalan yang mendalam.

"Kiena-chan..." lirih Sakura menatap Kiena.

"Bagaimana...??" Gumam tetua katak itu terkejut karena Kiena mengetahui nya.

Tsunade dan Kakashi menatap langit 'Hujan? Bukankah tadi sangat cerah?' batin keduanya lalu kembali menatap Kiena.

Kakashi mendekati Kiena dan menyandarkan kepala Kiena pada dadanya "Tidak apa. Itu bukan salahmu." Ucap Kakashi menenangkan. Perlahan Kiena berhenti menangis. Dan seketika itu juga hujan pun berhenti, meski awan mendung masih setia menyelimuti Konoha.

Tsunade dan Kakashi lagi-lagi menatap langit lalu kembali menatap Kiena 'Tidak mungkin?!' batin keduanya tidak menyangka.

"Ya. Benar. Jiraiya tewas dalam pertarungan." Ucap tetua kodok itu.

Tsunade menghela nafas "Hah~ Bagaimana aku menjelaskan nya pada Naruto?" Kemudian Tsunade memerintahkan Kakashi untuk memanggil Naruto.

Tak lama kemudian Naruto datang.

"Mengapa tiba-tiba cuaca nya menjadi mendung ttebayo? Bukankah tadi sangat cerah?" Celetuk Naruto ketika baru saja masuk kedalam ruangan Hokage.

Namun tidak ada yang menjawab Naruto.

"Jadi, dia adalah murid Jiraiya-chan?" Tanya tetua kodok itu.

"Ha'i. Dia Uzumaki Naruto. 'Anak dalam ramalan" yang kau sebutkan." Jawab Tsunade.

"Katak tua? Apa-apaan ini?" Celetuk Naruto yang tidak bisa menahan mulutnya.

"Hora! Jaga mulutmu! Naruto!" Tegur Tsunade.

"Ini Fukasaku-sama. Satu dari Dua Petapa Besar Gunung Myouboku. Dia datang dari jauh untuk bicara padamu." Jelas Tsunade.

"Yah, lebih tepatnya aku adalah Petapa Agung Katak. Tapi lupakan itu. Kau, tidak diragukan lagi adalah murid Jiraiya-chan." Ucap Fukasaku.

"Jiraiya-chan? Chan?! Kau bicara seolah Ero-sennin masih anak-anak! Siapa katak tua ini sebenarnya?!" Seru Naruto seraya menunjuk Fukasaku.

"Hei! Sudah kubilang jaga mulutmu!" Bentak Tsunade.

"Beliau adalah satu-satunya yang mengajarkan Jiraiya-sama jutsu Sage, yang artinya beliau adalah guru Jiraya-sama." Jelas Shizune.

"Ahahaha! Ero-sennin, ya? Nama yang cocok untuk Jiraiya-chan." Timpal Fukasaku.

"Jadi, apa yang diinginkan petapa tua ini dariku?" Tanya Naruto.

"Aku tidak yakin harus mulai dari mana. Tapi, mari kita lihat. Hal yang terpenting sekarang adalah... Jiraiya-chan sudah meninggal dalam pertempuran." Ucap Fukasaku.

"Ha?" Naruto nampak masih belum mencerna apa yang didengarnya.

Kemudian Fukasaku menjelaskan tentang kematian Jiraiya. Dimana mantan muridnya sendiri yang membunuh nya, merupakan ketua Akatsuki yang dipanggil Pain/Nagato. Dan Jiraiya meninggalkan pesan berupa sandi pada punggung Fukasaku.

Second Change. [PART 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang