Balas Dendam

918 96 50
                                    

Akhirnya mereka membawa tubuh Asuma kembali ke desa dan melapor kepada Hokage tentang misi mereka. Berita duka kemudian disebarkan. Banyak orang-orang yang terkejut mendengar kabar kematian Asuma yang mendadak.

Di pemakaman itu semua menunduk sedih. Konohamaru menangis sejadi-jadinya. Setelah ditinggal kakeknya, kini paman nya juga meninggalkan nya.

Shikamaru tidak menghadiri pemakaman itu. Mungkin karena tak sanggup melihatnya. Melihat nama Gurunya di atas batu Nisan dengan bunga-bunga bertebaran.

Dan Kiena yang kini hanya menatap kosong seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di matanya. Kiena hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan namun jiwa nya seakan terpisah dari raganya dan pergi entah kemana.

Setelah upacara pemakaman dilakukan, mereka pun kembali ke rumah masing-masing, kecuali Kiena yang harusnya kembali ke rumah sakit.

Namun Kiena tidak kembali.

Saat ini Kiena benar-benar seperti mayat hidup. Berjalan dengan tatapan kosong dan hanya mengikuti langkah kakinya yang membawa pergi entah kemana.

"Kiena."

Seseorang memanggil nya namun Kiena tidak berhenti ataupun menoleh, seolah telinganya sudah tertutup rapat dan tidak mendengar apapun.

"Kiena." Panggil seseorang itu lagi.

"Kiena!"

Suara seseorang itu meninggi namun percuma saja, karena Kiena hanya terus berjalan.

Hingga pada akhirnya, tubuh Kiena menabrak sesuatu dan barulah Kiena berhenti. Namun Kiena hanya terdiam.

Ternyata yang Kiena tabrak adalah tubuh seseorang.

Orang itu merengkuh tubuh mungil Kiena dalam pelukan nya "Luapkanlah semuanya." Ucap orang itu.

Kiena yang sedari tadi hanya diam kini mulai menangis. Terdengar isakan pelan sebelum akhirnya Kiena berteriak pilu. Dan terus bergumam "Maafkan aku." Berulang kali.

Sedangkan orang yang kini merengkuh Kiena memejamkan matanya. Hatinya sangat amat sakit melihat Kiena yang seperti ini.

Setelah cukup lama menangis, Kiena pun perlahan menjadi tenang.

"Sudah tenang hm?" Tanya orang itu namun belum melepaskan pelukan nya.

Kiena mengangguk dan kemudian mendongak, melihat siapa gerangan yang menemaninya.

"Kakashi.. Sensei..." lirih Kiena.

Yap. Benar. Kakashi menyadari Kiena yang tidak seperti biasanya saat pemakaman tadi. Dan benar saja, saat Kakashi mengikutinya, Kiena hanya terus berjalan tanpa memperhatikan sekeliling nya.

Namun saat kaki Kiena ternyata membawanya masuk ke dalam hutan, Kakashi dengan segera memanggil Kiena berusaha menghentikan namun diabaikan nya. Hingga akhirnya Kakashi berdiri dihadapan Kiena dan melihat tatapan kosong yang tidak memiliki kehidupan didalamnya itu.

Sesaat itu pula Kakashi mengerti apa yang terjadi pada Kiena.

Kakashi mengelus pipi Kiena dan tersenyum dari balik masker nya "Jangan memendam nya sendiri. Ceritakan padaku."

Mata Kiena berkaca-kaca lagi sebelum akhirnya Kiena memeluk Kakashi. Hanya Kakashi yang tau hal ini. Namun Kiena tidak ingin menambah beban masalahnya pada Kakashi.

Kakashi menghela nafas seakan mengerti apa yang Kiena pikirkan, kemudian sebelah tangan nya yang tidak memeluk pinggang Kiena pun mengelus kepala Kiena "Kiena." Panggil nya.

Tinggi Kiena yang hanya sebatas dada Kakashi itu pun membuat nya harus mendongak jika ingin bertatapan dengan Kakashi.

"Tak apa. Ceritakanlah padaku."

Second Change. [PART 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang