Pagi hari pun tiba. Kiena sedang berjalan disekitar penginapan ketika dilihatnya Sai yang sedang duduk sambil melakukan sesuatu.
Kiena pun mendekatinya.
"Wah, ternyata Sai sedang melukis." Ucap Kiena saat berada di samping Sai.
Sai menoleh "Apa yang kau inginkan?"
Kiena duduk disamping Sai "Tidak ada. Aku hanya penasaran apa yang sedang kau lakukan pagi-pagi seperti ini."
Kemudian Kiena melihat lukisan Sai "Hm? Kupikir Sai akan menggambar pemandangan tapi ternyata menggambar abstrak ya." Ucapnya seraya tersenyum.
"Apa itu senyum palsu? Apa kau juga mau memukul ku?" Tanya Sai.
Kiena memiringkan kepalanya "Tidak. Aku tersenyum tulus. Tapi jika Sai mengatakan senyum tulusku ini senyum palsu, mungkin aku juga akan memukulmu." Lalu tertawa kecil.
"Baiklah aku mengerti." Ucap Sai.
Hening sesaat sebelum suara Kiena mengalun lembut "Sai."
"Ada apa?"
"Darimana kau tau senyum bisa menyelesaikan masalah apapun?" Tanya Kiena.
"Aku membaca nya di buku." Jawab Sai.
Kiena tertawa kecil "Sai ini polos atau bodoh sih? Senyum adalah gambaran bahwa Sai sedang bahagia, atau ingin membuat orang lain bahagia. Tapi aku tak merasakan emosi pada senyuman mu."
"Mau kuajari cara mengatasi masalah sulit?" Tanya Kiena.
"Memang benar jika senyum bisa mengatasi keadaan sulit, tapi jika itu senyum palsu, maka akan menambah masalahmu saja. Seperti Naruto dan Sakura-chan yang jengkel karena sikapmu."
Kiena menatap Sai "Lagipula senyuman akan nampak indah bila itu adalah senyuman tulus."
Sai nampak heran "Oh begitukah? Aku akan mencobanya."
Kiena mengerjapkan mata "Omong-omong, nama gambarmu apa?" Tanya Kiena namun Sai hanya diam.
"Tidak tau." Jawabnya kemudian.
"Eh? Apa maksudmu? Bukankah gambar selalu memiliki nama? Aku tau Sai pasti sudah memikirkan nya tapi malu untuk mengatakan nya bukan? Tidak apa, katakan saja, aku tidak akan tertawa." Ucap Kiena yang membuat Sai menatapnya sesaat sebelum kembali menatap lukisan nya.
"Aku tidak memiliki nama." Ucapnya tersenyum menatap lukisan nya.
"Sudah puluhan ribu gambar yang kulukis tapi tidak ada satupun yang kuberi nama. Begitupun dengan lukisan ini." Lanjut Sai lalu kembali melukis.
"Tapi orang memberikan nama pada lukisan nya bukan? Misalnya jika menggambar orang, maka kau akan menamainya dengan nama orang itu. Atau menggambar yang lain, biasanya pelukis memberikan nama dengan keadaan pikiran atau perasaan pelukis." Jelas Kiena.
"Yah. Tapi lebih tepatnya aku tak bisa memikirkan nama yang cocok meski sudah mencobanya." Ucap Sai.
Kiena terlihat berpikir sejenak. "Kalau begitu, bolehkah aku minta satu kertas, dan juga pinjam pena dan pewarnamu?"
Sai nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memberikan yang Kiena katakan.
Dan Kiena pun mulai melukis. Berkat kemampuan di kehidupan sebelumnya, seni adalah hal yang disukai Kiena. Dan karena kemampuan itu tidak hilang walau ia sudah bereinkarnasi sekarang, jadi hal-hal seperti melukis pun sudah pasti sangat dikuasai nya.
Kiena dengan penuh perasaan melukis seorang bocah laki-laki yang tersenyum tulus sedang duduk diatas batu taman kecil nya dengan memeluk anjing kesayangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Change. [PART 2]
FantasyKiena beranjak dewasa menjadi Kunoichi yang sangat cantik dan juga sangat kuat. Seluruh warga Desa Konoha mengenali Kiena bahkan Kiena memiliki penggemar. Namun semakin berjalan nya waktu, semakin dekat pula batas waktu yang telah disepakati oleh De...