Harapan

60 8 0
                                    

Xiao Ran menunggu Han Xi Fang sepanjang malam. Ia duduk di tepi ranjang pria itu hingga tertidur.

Sepanjang hari hingga berganti malam, gadis itu selalu rutin mengganti perban Han Xi Fang dan membasuh wajah serta tangannya, agar setidaknya dia merasa lebih segar.

Xiao Ran tidak bisa menyembunyikan rasa sakitnya saat melihat luka parah di kepala pria itu. Ia kembali menangis seraya mengoleskan obat di luka tersebut.

"Yang Mulia adalah orang yang baik, tapi mengapa mereka begitu jahat?" Gumamnya terdengar sendu.

"Cepatlah bangun, Yang Mulia. Besok malam adalah hari kedua, hamba akan selalu menunggu Yang Mulia di sini," ucapnya penuh harap. Ia menggenggam tangan Han Xi Fang dengan erat.

Satu jari Han Xi Fang terlihat sedikit bergerak. Membuat gadis itu terkejut sekaligus bahagia.

"Y-yang Mulia? Anda bisa mendengar suara hamba? Ayo gerakan sekali lagi Yang Mulia!" Xiao Ran menjadi sangat bersemangat. Ia terus berbicara, berharap junjungannya akan segera sadar.

Suara Xiao Ran terdengar sampai ke luar kediaman. Membuat Jendral Tang Zhou yang akan memasuki kediaman Han Xi Fang menjadi bingung. Ia melanjutkan langkahnya sampai tepat di depan pintu kamar Han Xi Fang dan berdiri di sana.

Matanya melihat seorang gadis yang sedang berbicara pada junjungannya yang masih menutup mata dengan damai. Dia terlihat terus berbicara dengan semangat, meminta pada Han Xi Fang untuk membuka matanya.

Jendral Tang Zhou menghela nafas berat. Xiao Ran adalah pelayan yang sangat setia pada Han Xi Fang. Dia menunggu dan menjaganya sepanjang waktu. Ia melangkah dan berdiri di belakang Xiao Ran, lalu menepuk pundaknya. Membuat gadis itu sontak menoleh ke arah belakang.

Melihat Jendral Tang Zhou, Xiao Ran tersenyum lebar. Ia berdiri menghadap pria paruh baya itu.

"Jendral! Yang Mulia menggerakkan jarinya! Dia akan segera bangun!" Ucapnya senang bukan main. Bahkan masih ada sisa air mata yang tersisa di pipinya.

Jendral Tang Zhou menatap Han Xi Fang. Namun, ia tidak melihat pergerakan apapun dari pria itu.

"Xiao Ran, istirahatlah sebentar, kau pasti lelah sehingga berhalusinasi," tuturnya lembut.

Xiao Ran mengerutkan keningnya heran, ia menggeleng. Mengapa jendral mengatakan dirinya telah berhalusinasi? Junjungannya benar-benar telah menggerakkan jarinya! Apa dia tidak percaya?

"Tidak, jendral. Yang Mulia benar-benar menggerakkan jarinya! Hamba tidak berhalusinasi," sanggah Xiao Ran.

"Tidak, bukan seperti itu. Istirahatlah sejenak, Yang Mulia akan sadar besok. Dia pasti tidak suka jika melihatmu kelelahan," ujarnya meyakinkan.

Gadis itu nampak berfikir. Ia melirik Han Xi Fang dengan pandangan ragu. Lalu menatap Jendral Tang Zhou.

"Tapi.. Yang Mulia pasti membutuhkan hamba, hamba tidak bisa meninggalkannya,"

Pria paruh baya itu menggeleng pelan. Gadis ini sangat keras kepala.

"Tidak, dia akan baik-baik saja. Biar jendral ini yang akan menjaganya." Melihat gadis itu masih saja ragu, menepuk kedua bahu Xiao Ran.

"Pergilah dan kembali lagi esok pagi," kata Jendral Tang Zhou.

Setelah berfikir sejenak, akhirnya gadis itu mengangguk.

"Baiklah, jendral. Hamba undur diri, berjanjilah untuk menjaga Yang Mulia," pinta Xiao Ran. Pria paruh baya itu mengangguk mengiyakan. Setelah itu ia pergi dari kediaman Han Xi Fang. Namun, sebelum ia benar-benar keluar dari kamar junjungannya. Xiao Ran berhenti sejenak melihat pria itu, kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya.

Setelah Xiao Ran keluar. Jendral Tang Zhou menutup pintu kamar usai mengecek kalau gadis itu benar-benar pergi. Lalu kembali mendatangi ranjang tempat Han Xi Fang berbaring.

Jendral Tang Zhou menatap lekat Han Xi Fang, lalu ia mengeluarkan botol kaca kecil dari sakunya. Ia menatap botol sedang berisi cairan hitam itu dengan intens.

"Terimalah hadiah dari jendral ini, Yang Mulia," gumamnya dengan nada rendah.

Jendral Tang Zhou melepaskan tutup dari botol sedang itu, kemudian ia membuka mulut Han Xi Fang. Perlahan ia menuangkan cairan hitam dari botol itu ke dalam mulut Han Xi Fang sebanyak dua tetes. Setelahnya, ia mengusap sisa cairan hitam yang terdapat di bibir pria tersebut hingga bersih menggunakan sapu tangan. Dan meletakkan botol itu di laci.

Beberapa menit berlalu, tubuh Han Xi Fang mengeluarkan banyak keringat. Nafasnya terdengar berat dan sesak. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, serta mulutnya terbuka lebar, menerima reaksi dari cairan hitam itu.

Sedangkan Jendral Tang Zhou tampak diam berdiri. Menatap reaksi Han Xi Fang terhadap cairan hitam yang ia masukan ke dalam mulutnya barusan.

"Tahan, Yang Mulia. Sebentar lagi semua ini akan berakhir,"

Setelah menerima reaksi, tubuh Han Xi Fang tampak kembali normal. Menyadari itu semua, membuat Jendral Tang Zhou tersenyum. Lalu ia keluar dari kediaman, meninggalkan Han Xi Fang seorang diri.

"Sssh.... Akh..." Rintih Han Xi Fang. Akan tetapi, matanya masih tertutup.

~~~~~~~~

Keesokan harinya, Han Xi Fang tampak membuka kedua matanya.

Gelap.

Itulah yang selalu pria itu lihat. Bersamaan dengan itu, Xiao Ran datang pagi-pagi sekali untuk memeriksa junjungannya. Namun, ia tidak melihat Jendral Tang Zhou di dalam kamar. Ia berfikir mungkin dia sudah pergi lebih awal.

Saat masuk, langkah Xiao Ran berhenti. Ia menutup mulutnya yang terbuka lebar menggunakan tangannya.

"Xiao Ran?" Kata Han Xi Fang dengan suara serak yang terdengar lemah.

Gadis itu tak kuasa menahan air matanya untuk jatuh. Ia berlari dan memeluk Han Xi Fang dengan erat, ia menangis penuh kebahagiaan.

Han Xi Fang terkejut saat merasakan Xiao Ran memeluknya seraya menangis. Perlahan tangannya terangkat dan membelai rambut halus gadis itu.

"Syukurlah Yang Mulia sudah sadar, hamba sangat takut kehilangan Ya-ng Mulia..." Xiao Ran menangis tersedu-sedu.

"Air..."

Xiao Ran sontak bangun dan menuangkan air untuk Han Xi Fang, lalu membantunya untuk minum.

Setelah minum, Han Xi Fang kembali berbaring. Ia sudah merasa lebih baik, hanya saja, kepalanya terasa berat dan sakit. Tangannya meraba bagian kepalanya dan menemukan sebuah benda yang terikat di sana.

Xiao Ran memegang tangan Han Xi Fang yang sedang memegang kepalanya yang terluka.

"Sebaiknya Yang Mulia jangan terlalu banyak bergerak, itu sangat tidak baik untuk kesehatanmu, Yang Mulia," kata Xiao Ran menasehati.

"Aku bukan orang yang lemah," sahut Han Xi Fang. Ia mencoba untuk bangkit dari ranjangnya.

"Sshh..!" Han Xi Fang memegangi kepalanya yang terasa sakit. Melihat hel itu, membuat Xiao Ran kembali membaringkan tubuh junjungannya yang sangat keras kepala itu.

"Hamba tahu Anda bukan orang yang lemah, istirahatlah sebentar," ucapnya memberi nasihat sekali ini.

Han Xi Fang meraba matanya. Ia terkejut saat menyadari bahwa penutup matanya terlepas. Ia mengerutkan alisnya marah. Siapa yang telah lancang membuka penutup matanya?!

"Di mana penutup mata itu?!" Tanya Han Xi Fang dengan nada tidak bersahabat.

Xiao Ran menunduk takut. Ini semua adalah perintah jendral, meskipun ia tahu jika junjungannya akan marah padanya.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang