"Ambil pewangi dan surat ini. Sebisa mungkin kau harus membangkitkan kembali cintanya pada ibumu, cinta pertamanya. Ini langkah awal kita, jangan ceroboh." Jang Anmi menyerahkan dua benda tersebut kepada keponakannya.
Mendengar perkataan sang bibi, Han Feng Juan memutar bola matanya malas. Apa katanya tadi? Ceroboh? Hei! Dirinya ini adalah murid terbaik di perguruan Master Ling, dan murid paling hebat Master Guo. Berani sekali dia mengatakan hal itu padanya.
Ia merampas dua benda itu dengan mood yang sudah rusak. Kemudian menaruhnya pada tas kecil di pinggangnya.
"Jangan meremehkan ku," ucap Han Feng Juan ketus, lalu melesat pergi dan menghilang di tengah gelapnya malam.
Jang Anmi mengangkat sudut bibir kirinya sinis ketika melihat tingkah sok iye dari keponakannya.
"Anak sombong, sama seperti ayahnya," ujarnya jengkel.
Beberapa menit kemudian, wanita itu masih saja berdiri di hadapan jendela, melihat bulan yang tampak lebih terang daripada biasanya. Namun, ia tiba-tiba teringat pada kekasihnya yang telah lama tidak pernah berkunjung.
"Luo Ming, aku merindukanmu," gumamnya.
"Maaf, aku datang terlambat,"
Suara serak berat secara tiba-tiba terdengar di telinga Jang Anmi, disertai cumbuan hangat yang menghampiri lehernya. Membuat tubuhnya meremang kegelian. Ia berbalik untuk melihat seseorang yang sudah ia ketahui itu.
"Sayang, kau sangat lama," ucap Jang Anmi manja. Membuat ekspresi menggemaskan di wajahnya yang masih terlihat cantik.
Luo Ming tersenyum senang. Lihatlah, betapa manisnya wanita ini. Salah satu hal yang membuat dirinya sangat menyukai keindahan yang terpatri di dalam senyuman Jang Anmi.
Kaisar bodoh itu telah merawat wanitanya dengan benar. Wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya. Nona Bangsawan Kelas Tinggi bermarga Jang, putri ke-3 dari Menteri Keuangan Jang Lei.
Namun sayang, saat dia dinikahkan paksa untuk menjadi selir ke-20, dirinya masih tak mampu menunjukkan diri dan datang ke rumahnya untuk sekedar berusaha menggagalkan pernikahan. Apalagi ia yang hanya seorang pembunuh bayaran, jelas tak akan mendapatkan restu jika lawannya adalah seorang kaisar di negeri besar ini.
Tapi siapa sangka, Jang Anmi masih begitu mencintainya, dan menyerahkan tubuhnya pada dirinya untuk dinikmati. Pria mana yang bisa menolaknya? Sangat menyenangkan, daripada menyewa jalang di rumah bordil, harus mengeluarkan uang. Sedangkan ada Jang Anmi yang bersedia menyerahkan tubuhnya secara cuma-cuma untuk pengabdian cinta.
Ya, Jang Anmi telah berani berselingkuh di belakang kaisar. Tanpa memperdulikan resiko jika ketahuan, apalagi statusnya yang hanya seorang selir, tak menutup hukuman mati. Meskipun latar belakangnya berasal dari keluarga Bangsawan Kelas Tinggi, kaisar tidak sebaik itu untuk mengampuni seorang penghianat.
Wanita itu mendesah halus saat tangan kekar Luo Ming mulai menggerayangi dadanya dari belakang.
"Eegghh... aku merindukan sentuhan mu,"
"Kau akan mendapatkannya," balasnya sensual.
Jang Anmi menatap mata pria berwajah maskulin yang lebih tinggi darinya dengan tatapan lembut. Tanpa aba-aba, ia langsung menyambar bibir Luo Ming dan bermain lidah dengannya, tentu pria itu akan menyambutnya dengan senang hati. Langkah mereka mundur ke belakang dan berbaring di atas ranjang.
"Aku menginginkanmu," bisik Luo Ming di telinga wanita itu.
"Aku hanya milikmu, sayang,"
Pria itu tersenyum miring, kemudian melanjutkan permainan mereka.
Tengah malam yang gelap dan sunyi, para pengawal berdiri tegak di setiap kediaman, melebarkan mata agar tidak mengantuk sepanjang malam. Namun, berbeda dengan Han Feng Juan, dia tidak berada di tempat yang seharusnya dijaganya.
Seorang pria berpakaian hitam nampak mengendap-endap, bersembunyi dari mata tajam penjagaan ketat di sekitar kediaman kaisar mereka. Ya, dia Han Feng Juan, dan malam ini dirinya akan meluncurkan satu dari banyak rencananya.
Langkahnya sangat hati-hati dan terampil, sehingga tak menimbulkan suara sedikitpun. Ia bersembunyi di balik pohon besar untuk memantau keadaan. Benar saja, ada sekitar sepuluh pengawal yang berjalan mengelilingi kediaman, sedangkan sisanya tetap diam di satu tempat.
Tangannya mengambil dua batu dan melemparkannya ke dua arah di semak-semak. Sontak membuat beberapa pengawal langsung bergerak untuk memeriksa keadaan.
Mendapatkan kesempatan, ia langsung berlari secepat kilat dan menyelinap memasuki halaman belakang, mencari jendela atau lubang udara apapun sambil bersembunyi di bawah meja yang dikelilingi empat kursi, cukup untuk menutupi tubuhnya.
Ia membuka tutup botol berisi pewangi, lalu menuangkannya di atas selembar kain, kemudian mengusapkannya pada seluruh bagian surat, tak lupa menambahkan pemberat berupa batu agar menimbulkan suara. Wewangian yang selalu ibunya gunakan dahulu, dibuat khusus hanya untuknya dari bunga langka yang memiliki aroma sangat harum.
Memang, semua barang-barang ibunya dibuat khusus hanya untuknya, sehingga sangat mudah mengenali setiap benda miliknya.
Setelah selesai, ia berdiri dan melihat ke dalam, yang di mana langsung menghadap ke dalam kamar ayahnya. Di sana ia melihat jelas seorang pria bertubuh tegap, dengan kumis dan jenggot tipis yang sebagiannya sudah berwarna putih, mengenakan jubah hangat berbulu, menyesuaikan dengan cuaca yang sudah memasuki musim dingin yang mungkin akan turun salju beberapa hari lagi. Ia nampak sedang duduk seraya memperhatikan sebuah belati di tangannya.
Han Feng Juan tahu belati itu, belati yang ia pesan di toko senjata beberapa hari yang lalu. Nampaknya ayahnya sadar dengan kejanggalannya, kaisar yang sangat teliti.
Tak ingin membuang waktu, ia segera meleparkan surat di tangannya melewati jendela, dan bergegas pergi dari sana.
Bruk!
Suara hantaman dua benda berhasil mengalihkan perhatian Kaisar Han, ia meletakkan belati di tangannya dan menghampiri asal suara.
Pria paruh baya itu mengerutkan keningnya terkejut sekaligus heran kala melihat gulungan kertas yang terikat pada sebuah batu, ia mengambilnya. Semerbak wangi harum menyeruak di indra penciuman Kaisar Han, membuatnya seketika teringat akan seorang wanita yang pernah bergelar permaisuri sewaktu masa awal jabatannya sebagai kaisar di negeri ini.
"Ning'er," ujarnya spontan.
Dengan rasa penasaran dan genderang jantung yang berdetak kencang, ia buru-buru melepaskan seutas tali yang mengikat gulungan kertas tersebut, lalu membukanya lebar.
Mata Kaisar Han melebar saat membaca tulisan dari kertas itu. Tulisan tangan mendiang istrinya, sama persis. Tapi.. bagaimana mungkin? Istrinya telah lama tiada akibat insiden pembunuhan.
Isi surat...
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...