Kaisar Han menatap putranya nyalang.
"Siapa yang mengizinkanmu menolak?! Buktikan pada Ayah jika kau bersungguh-sungguh ingin menjadi seorang kaisar." Suaranya terdengar tegas dan keras.
"Jika kau masih menunjukkan dirimu dalam keadaan yang sama. Jangan salahkan jika Ayah mencoret namamu dari daftar jajaran pewaris tahta!"
Mendengar ancaman yang terdengar semakin tidak masuk akal. Bukannya takut, Han Xiao Yan malah semakin marah. Ia berdiri dan menatap tajam sang ayah.
"Ayah tidak bisa melakukannya semudah itu! Aku sudah berusaha menjadi yang terbaik selama ini! Apa begini cara Ayah membalas semua usahaku?!" Balasnya tak kalah keras. Bahkan di dalam nada suaranya sudah tidak lagi terdengar kesan hormat pada seorang kaisar.
Melihat Han Xiao Yan begitu berani, membuat kaisar juga turut berdiri dengan aura kemarahan yang terpancar di matanya.
PLAK!
Wajah pemuda itu terhempas ke samping saat pipi kirinya ditampar oleh tangan besar ayahnya. Ia menatap balik mata tajam penuh amarah itu.
"Habisi saja aku, Ayah! Aku datang ke mari hanya untuk bertanya, dan apa yang aku dapatkan? Jawaban menyakitkan. Kau sudah memberikan harapan palsu, dan mengubah keputusan sesuka hatimu hanya demi anak hilang yang entah di mana keberadaannya!"
Semua sudah hilang. Han Xiao Yan tidak perduli apapun sekarang. Harapannya sudah hancur ketika mengetahui bahwa kursi naga itu akan menjadi milik orang lain. Selama ini tujuannya tetap hidup dan menjadi kuat hanyalah untuk mencapai gelar tertinggi.
Tapi yang tidak mereka ketahui adalah, ada sepasang mata yang mengintip melalui celah jendela, menyaksikan perkelahian hebat antara ayah dan anak itu.
"Yang Mulia pasti sangat senang."
"LANCANG!"
"Apa?! Benar, kan? Dulu tidak seperti ini! Dulu Ayah begitu membanggakan ku, aku adalah anak emas di matamu! Mengalahkan semua saudaraku! Jangan mengira aku tidak tahu apapun mengenai janji Ayah pada Ibu saat itu!"
"Kurang ajar!" Tangannya terangkat hendak melayangkan satu pukulan lagi.
Sedangkan Han Xiao Yan sudah menutup mata, bersiap menerima rasa nyeri.
"Hentikan!"
Suara teriakan seorang wanita berhasil menghentikan aksi Kaisar Han tepat waktu. Mendengar suara familiar itu, membuat pemuda tersebut membuka matanya.
"Ibu."
Wanita berpakaian mewah khas seorang permaisuri yang agung berjalan ke arah mereka dengan langkah tergesa-gesa dan alis mengkerut, pertanda bahwa ia sangat marah.
Ia menarik putranya dan menyembunyikan pemuda itu di balik punggungnya, kemudian menatap sang suami dengan mata memerah serta nafas menggebu-gebu.
"Jangan menyentuh anakku!" Ungkapnya penuh penekanan. Jari telunjuknya bergetar, menunjuk tepat di depan mata kaisar.
"Ajari anakmu itu sopan santun! Dia telah menghina Han Feng Juan!" Balasnya sambil menatap Han Xiao Yan yang berdiri di belakang ibunya.
Tak terima disalahkan, pemuda itu lantas berjalan dan berdiri di samping sang ibu.
"Katakan, Ibu. Bagaimana bisa aku tidak marah jika Ayah mengatakan bahwa dia akan menjatuhkan mahkota di kepala anak hilang itu?!"
"Sedangkan dia sendiri telah berjanji padamu untuk membuatku menjadi satu-satunya orang yang pantas untuk menerimanya!"
Puas. Ia puas karena mengeluarkan semua unek-uneknya sejak tadi, terlebih, ada ibunya di sini.
Permaisuri Xin Jiawei ternganga lebar ketika mendengar ucapan anaknya. Tidak! Seharusnya bukan seperti ini.
"Mengapa? Aku masih bisa menerima jika kau mencari anak itu, tapi aku tidak bisa menerima kalau dia menggantikan posisi Han Xiao Yan!"
Pria paruh baya itu mengusap wajahnya kasar. Kepalanya benar-benar sakit sekarang.
"Dia bertanya, jika Han Feng Juan kembali apakah Zen akan menyerahkan tahta padanya, dan Zen mengatakan iya!" Kaisar Han meredam emosinya dalam-dalam. Semua ini terasa sangat menjengkelkan.
Ya, ia memang begitu menyayangi dan membanggakan Han Xiao Yan. Sebenarnya ia tahu betul jika putranya itu seharusnya tidak bisa menjadi seorang Putra Mahkota. Namun, karena keadaannya sudah seperti ini, terpaksa hanya dialah satu-satunya orang yang bisa memegangnya, terlebih lagi dia sangat menginginkan kursi naga itu. Akan tetapi, kalau Han Feng Juan kembali, sudah jelas putranya jauh lebih berhak daripada Han Xiao Yan sendiri.
"Pergi ke perpustakaan dan ubah sikapmu. Zen tidak ingin mendengar pertengkaran lagi," ujarnya, kemudian pergi ke luar karena udara di dalam sangat panas.
Han Xiao Yan menarik-narik lengan hanfu merah ibunya sambil merengek seperti anak kecil.
"Ibu! Bagaimana ini? Aku sangat ingin menjadi kaisar, kita lenyapkan saja Han Feng Juan!"
"Tidak bisakah kau diam! Ibu sedang berfikir!"
Tak menghiraukan rengekan sang anak, wanita itu kini tengah berfikir keras. Antara di ambang percaya dan tak percaya. Ia tidak tahu harus bersikap tenang atau panik.
"Ikut Ibu, kita harus segera menyelidiki kebenarannya," ucap Permaisuri Xin Jiawei dengan wajah serius, lalu berjalan mendahului anaknya.
Han Xiao Yan mengangguk patuh dan beranjak mengikuti langkah kaki ibunya.
Di sepanjang perjalanan, banyak pelayan dan pengawal yang menyapa hormat kedua orang penting itu, tapi mereka tidak menghiraukannya dan tetap berjalan dengan langkah angkuh serta dagu terangkat.
"Ibu, siapa sebenarnya permaisuri terdahulu itu? Dia sudah mati, mengapa masih banyak orang yang mengingat juga menghormatinya?" Han Xiao Yan mengajukan pertanyaan beruntun. Sedangkan wanita itu terlihat berdecak kesal pada putranya yang cerewet.
"Diam! Kau terlalu banyak bicara, pantas saja ayahmu sampai marah seperti itu," gerutu Permaisuri Xin Jiawei.
Han Xiao Yan menghentakkan kakinya jengkel. Ck! Menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...