Misi selesai

28 5 0
                                    

"Ibu, mereka semua jahat," ucap Han Feng Juan. Setetes air mata mengalir tanpa seizinnya. Ia berusaha menggenggam jemari ibunya, namun nihil. Yang ada di hadapannya saat ini bagaikan bayang-bayang, ada tapi tak bisa disentuh.

Tang Jia Ning menangkup wajah putranya dengan kedua tangannya, meskipun tak dapat menyentuh kulit Han Feng Juan, tapi pria itu bisa merasakan sentuhan halus di permukaan wajahnya. Ia menatap mata tajam yang tengah menangis itu dengan dalam, lalu tersenyum.

"Xin Jiawei dulunya tidak seperti itu, nak, dia orang yang baik. Pasti ada seseorang di balik semua ini. Kau pasti belum pernah bertemu dengan Selir Agung Liu Qing Qing, kan?" Tanyanya dan mendapatkan gelengan kepala sebagai balasan.

"Selir agung dulunya adalah sahabat Ibu. Dia bisa menjadi selir ayahmu karena Ibu yang memintanya. Bertanyalah padanya lain kali, dia mungkin mengetahui sesuatu."

Han Feng Juan mengerutkan keningnya tak paham. Bagaimana bisa dia mengizinkan sahabatnya sendiri untuk menikah sebagai istri lain suaminya?

"Mengapa Ibu melakukan itu semua? Berbagi suami dengan sahabat sendiri?" Ia tak mengerti dengan jalan pikir ibunya. Bisa saja Selir Agung Liu Qing Qing juga ikut bersekongkol untuk menyingkirkannya.

Wanita cantik itu tersenyum tipis.

"Karena dia juga mencintai ayahmu."

Jawaban singkat, namun masih terasa tak masuk akal di otak Han Feng Juan. Ibunya terlalu naif.

"Ibu senang kau tumbuh dengan sangat baik, bahkan tanpa kehadiran Ibu di sisimu. Kau anak yang kuat. Sebelum benar-benar pergi, ingatlah pesan Ibu. Jangan pernah memiliki selir, setia lah pada istrimu. Karena istri lain adalah pisau bermata dua," ujarnya memberikan nasihat.

Nasihat itu sangatlah berbanding terbalik dengan apa yang dicita-citakan oleh Han Feng Juan ketika menjadi pemimpin Kekaisaran Han, kelak. Dimana ia akan membangun harem besar di istana yang diisi puluhan selir. Baginya, kata setia hanyalah omong kosong, dan kebaikan adalah perbuatan tak berarti.

Katanya setia dan kebaikan adalah hal yang indah. Namun, yang terjadi di sekitarnya justru tak membuatnya percaya lagi. Ayahnya tak pernah setia, begitupun sebagian lelaki yang memiliki istri lebih dari satu. Ibunya baik, namun dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Apa itu yang harus ia percayai?

Melihat putranya hanya diam, membuat wanita itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Ibu tahu kau adalah seorang lelaki yang menginginkan banyak wanita. Dan Ibu sangat mengerti jika semua yang terjadi tak akan membuatmu percaya semudah itu. Jika kau tidak mencintai istri sah mu, maka kau boleh memiliki selir sebanyak yang kau inginkan. Namun, jika kau mencintai istrimu, jangan coba-coba mengangkat selir, atau nasibnya akan sama seperti Ibu," tutur Tang Jia Ning.

Han Feng Juan menatap mata sayu teduh itu dengan tatapan terkejut. Bagaimana ibunya bisa mengetahui isi pikirannya.

"Bagaimana Ibu bisa tahu?"

"Kau lupa? Aku adalah ibumu."

Pandangan Tang Jia Ning beralih menatap lemari yang terletak di belakang Han Feng Juan.

"Di lemari itu tersimpan semua bukti kejahatan mereka. Selalu berhati-hati dalam bertindak. Ibu akan senantiasa menyayangimu."

Usai mengatakan kalimat terakhirnya, sosok wanita itu perlahan memudar. Han Feng Juan menggeleng dan berteriak keras seraya berusaha memeluk ibunya, namun sia-sia. Tang Jia Ning menghilang dengan meninggalkan tumpukan salju di atas lantai yang berdebu.

Tubuh pria itu merosot dan berlutut di lantai menangisi kepergian ibunya yang hanya datang sesaat. Ia memukul-mukul dadanya yang terasa sesak berulangkali. Ruang bawah tanah yang sunyi menjadi saksi tangisan menyakitkan pertama dari seorang Han Feng Juan yang berhati beku.

Puas menangis, kini ia diam menundukkan kepalanya, menatap tumpukan salju yang sudah mencair di lantai. Perkataan ibunya mengenai kesetiaan begitu membekas di ingatannya. Liu Jianxie adalah kekasihnya, tapi ia menginginkan Xiao Ran, sementara dirinya telah dijodohkan dengan Ling Zhui, dan ia menyukai Li Anyi.

Han Feng Juan bingung dan tidak tahu siapa orang yang pantas bersanding di sisinya. Selama ini ia tidak pernah benar-benar mencintai seseorang, yang dirinya rasakan hanyalah rasa suka dan obsesi untuk memiliki. Jika kehilangan, ia akan mencari gadis baru yang jauh lebih baik dan tidak pernah mengingat wanita manapun di pikirannya.

"Apa aku salah?" Gumamnya pelan.

Ia berdiri dan berbalik ke belakang, memandangi lemari kayu tua itu. Tangannya membuka pintu lemari. Di lemari berdebu itu terdapat tiga tingkatan dan satu laci kecil di bawahnya. Tingkat paling bawah berisi beberapa gulungan kertas dan satu peti kecil dengan hiasan mewah yang menempel di sekelilingnya.

Tingkat ke-dua terlihat berbagai botol berisi cairan beragam warna yang sepertinya sudah tersimpan bertahun-tahun lamanya.

Dan di tingkat paling atas terdapat sebuah lukisan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum anggun, dengan hanfu merah mewah disertai mahkota emas agung menjuntai terpasang indah di rambutnya yang tertata rapi. Ia mengenali wajah itu. Permaisuri Tang Jia Ning, ibunya.

Rasa penasaran, sedih, dan marah tercampur menjadi satu saat melihat semua barang-barang yang menjadi bagian dari kejahatan Xin Jiawei beserta antek-anteknya.

Dari tiga rak dan satu lagi kecil itu, anehnya, matanya hanya tertuju pada tingkat paling bawah. Gulungan kertas tua yang sudah berwarna kuning kusam.

Tanpa ragu Han Feng Juan mengambil semua gulungan yang ada. Ia berjongkok di lantai, kemudian menjejerkan semua kertas dan membacanya satu per satu.

Matanya memanas dan amarah di dadanya semakin meluap-luap saat mengetahui bahwa sebagian gulungan kertas itu adalah surat-surat yang berisi percakapan antara Permaisuri Xin Jiawei dan Menteri Keuangan Luo Chang, sebagian lagi bertuliskan perjanjian, dan sisanya merupakan surat kesepakatan kerjasama pada pembunuh bayaran.

"Bedebah sialan!!"

BRAK!!

Ia menendang peti harta besar di sampingnya dengan kekuatan penuh hingga nyaris patah.

Tanpa berlama-lama lagi Han Feng Juan segera mencari sebuah tas di dalam ruangan itu, untungnya ia menemukan sebuah kain cukup besar yang bisa menampung semua barang bukti ini. Ia membentangkan kain itu di tanah, lalu memindahkan semua isi lemari termasuk lukisan mendiang ibunya ke dalam kain dan mengikatnya kuat.

Tak tahan berlama-lama lagi ia segera keluar dari ruangan sialan itu dan menaiki tangga untuk segera melaporkan semuanya pada Jendral Tang Zhou.

Setelah berjalan di tangga yang jumlahnya sangat banyak itu, Han Feng Juan sampai di kamar Menteri Keuangan Luo Chang. Untung saja pak tua itu belum kembali. Ia menyimpan barangnya di lantai untuk melakukan pekerjaan tambahan.

Menghilangkan jejak dan menyingkirkan mayat-mayat pengawal dari kamar ini.

Pria itu menyeret dua mayat pengawal dan membuangnya ke dalam ruang bawah tanah, kemudian membersihkan lantai dari darah, dan yang terakhir mengembalikan semua posisi barang seperti semula, termasuk kunci emas yang tadi ia ambil.

Sekitar setengah jam ia melakukannya, akhirnya semuanya selesai. Han Feng Juan tersenyum bangga pada hasil kerja kerasnya. Dengan cepat ia mengambil barang-barangnya dan pergi dari sana tanpa sepengetahuan siapapun.

Tamatlah riwayat kalian. Xin Jiawei dan Luo Chang.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang