"Makanlah dulu. Masalah itu, Ayah akan pikiran nanti."
Han Xiao Yan menatap ayahnya dengan sorot mata penuh kekecewaan. Apa katanya tadi? Nanti? Nanti kapan? Sampai kapan ia harus menunggu?!
"Aku sudah menjalani hukuman yang Ayah berikan dengan sungguh-sungguh, dengan harapan bahwa aku mungkin bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa memimpin kekaisaran ini agar menjadi lebih maju."
Han Xia Ming sudah tidak tahan lagi. Ia berjongkok di lantai sambil menahan untuk tidak tertawa terbahak-bahak hingga suara yang timbul dari tawanya yang tertahan berbunyi ngik ngik.
Hal tersebut sontak mengalihkan pandangan orang-orang itu. Mereka menoleh pada seorang gadis di bawah sana yang tengah berjongkok sambil membenamkan wajahnya di sela kedua lututnya.
Permaisuri Xin Jiawei bangkit dan menghampiri putrinya, ia menepuk pundaknya.
"Nak, kau baik-baik saja? Mengapa kau menangis?" Tanya wanita itu dengan polosnya.
"Hahaha!!"
Han Xia Ming sudah tak kuasa menahan tawa. Ia terduduk di lantai dan tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.
Sedangkan permaisuri sendiri sangat terkejut akan kelakuan putrinya yang tidak ber-etika dan tertawa tanpa sebab. Ia mengerutkan keningnya dengan tatapan datar, begitupun dengan Kaisar Han dan Han Xiao Yan. Jelas Han Xiao Yan tahu adiknya itu sangat brengsek. Bisa-bisanya dia tertawa seperti ini, rencananya bisa saja gagal.
Sebenarnya Han Liang Wu juga ingin tertawa bersama kakaknya, namun ia menahan semua itu karena melihat ekspresi masam ketiga orang di hadapannya.
"Kakak terlalu berani, setelah ini pasti ia akan dimarahi," batinnya menerka.
"Demi kerang laut! Apa kalian percaya pada orang licik sepertinya? Haha!" Ujar gadis itu di sela tawanya.
"Xia Ming!" Kaisar Han meninggikan suaranya saat mendengar betapa tidak sopan nya putrinya.
Tapi semua itu tidak dipedulikan oleh Han Xia Ming, ia masih tertawa tanpa berniat berhenti sedikitpun. Ini terlalu lucu.
"Kalau kekaisaran besar Han dipimpin oleh orang seperti Han Xiao Yan ini." Ia menunjuk seorang pemuda yang berbaring di ranjang dengan tatapan mengejek dan satu alis terangkat.
"Aku menjamin, kekaisaran ini akan hancur sebelum seminggu masa kepemimpinannya," ejek Han Xia Ming tanpa takut. Seperti biasa, ia memang sangat senang meremehkan, mencaci, menghina, dan menginjak-injak harga diri Han Xiao Yan meski di tengah keramaian sekalipun.
Ya, dia bukan hanya sekedar tidak pantas, tapi mahkota kaisar terlihat sangat tidak layak jika berada di atas kepalanya. Ia tidak suka dengan sikap kakak keduanya itu, terlalu terburu-buru. Lagipula ayahnya belum terlalu tua untuk melepas jabatan kaisar, tapi dia bersikap seolah-olah Ayah akan meninggal besok.
Ia sebenarnya tahu kalau kakaknya takut jika Han Feng Juan kembali, anak dari permaisuri terdahulu yang statusnya jelas jauh lebih layak dibandingkan dengan Han Xiao Yan yang payah dan wujudnya tak lebih dari remahan kue kering.
Kecil dan tidak ada gunanya.
Lihatlah dia, bahkan rela mogok makan selama hampir tiga bulan, dan liciknya, dia mengaku itu semua demi belajar dengan baik.
Pfft! Lucu sekali!
"Ibu tidak pernah mengajarimu berkata tidak sopan seperti itu!" Ujar Permaisuri Xin Jiawei dengan nada tidak bersahabat.
Han Xia Ming berhenti tertawa dan menatap wajah ibunya dengan pandangan heran.
"Memang tidak. Bukankah aku sudah dikirim ke perguruan sejak umur lima tahun? Bagaimana mungkin Ibu yang selalu sibuk ini sempat untuk mengajari anak-anaknya?"
Skakmat! Wanita itu bungkam.
Melihatnya, gadis itu tersenyum remeh, kemudian menatap ayahnya dan sang kakak secara bergantian.
"Apa Ayah percaya pada omong kosongnya? Dia itu hanya tidak ingin Ayah menyerahkan tahta kepada Han Feng Juan. Jujur, meskipun aku tidak tahu siapa itu Han Feng Juan, tapi aku lebih setuju jika dia yang menduduki kursi naga dan bukan dirinya!" Jari telunjuknya menunjuk ke arah Han Xiao Yan yang wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus.
Kaisar Han terlihat berfikir ketika mendengar ucapan putrinya yang sepertinya memang benar adanya.
Sedangkan Han Xiao Yan sendiri sudah dibuat semakin jengkel akan perilaku kurang ajar adiknya. Jika saja tubuhnya tidak lemah seperti ini, maka sudah dipastikan ia akan menampar wajah putri sombong itu dengan keras hingga terlempar ke tembok. Harga diri dan rencananya bisa hancur berantakan jika mulutnya itu tidak segera diam.
"CUKUP! KAU TERLALU LANCANG!"
Mereka lantas menatap pemuda yang baru saja bersuara keras itu.
"Lihat? Dia sudah sehat. Tak perlu lagi memberinya bubur enak itu, lebih baik diberikan pada Kakak Pertama, dia jauh lebih membutuhkan daripada orang ini."
"Xia Ming! Kakakmu sudah berusaha belajar dengan baik! Bisakah kau menghargainya!" Bentak Permaisuri Xin Jiawei yang kini marah. Mulut putrinya ini sangat tajam.
"Belajar apanya? Buktinya dia masih angkuh. Pasti satu rak ilmu di perpustakaan tidak ada yang masuk di otaknya yang sangat kecil itu. Logikanya, mana ada orang yang fokus belajar kalau perutnya keroncongan? Apalagi sampai ditemukan terkapar lemas seperti gelandangan di jalanan pasar."
"Coba, jelaskan padaku bagaimana caranya? Ya, bisa, kecuali dia pintar!" Ia menekan kata 'pintar' di akhir dengan tatapan mencela.
Luar biasa!
Semuanya diam.
Han Liang Wu bahkan sampai terbengong-bengong melihat keberanian dan kepedasan mulut kakaknya. Dia harus diberi penghargaan. Kalau boleh, ia ingin bertepuk tangan sekencang-kencangnya saat ini.
"Bagaimana? Kurang jelas? Apa aku harus mengambilkan seribu lentera agar kalian bisa melihat fakta ini?"
Tidak ada yang bersuara. Nampaknya berhasil. Namun, sebelum ia berfikir lebih jauh lagi, Han Xiao Yan tiba-tiba kejang dan sesak nafas, hal itu sontak membuat Kaisar Han dan Permaisuri Xin Jiawei yang semula berfikir menjadi panik ketika melihat kondisi putra kesayangan mereka.
"Panggil tabib cepat!!" Teriak Kaisar Han keras kepada kasim yang berjaga di luar sana.
Melihat kondisi Han Xiao Yan, Han Xia Ming bukannya perhatian, tapi ia malah memutar bola matanya malas. Ia berdiri dan berbisik-bisik ria menggosipkan Han Xiao Yan yang entah memang kejang atau hanya berpura-pura.
"Ini semua karena kalian!" Permaisuri Xin Jiawei menatap marah kedua anaknya.
"Eh? Aku tidak melakukan apapun," sanggah Han Liang Wu tak terima. Padahal daritadi ia hanya diam, mengapa jadi ikut dibawa-bawa.
"Keluar!"
"Tanpa Ibu menyuruhku, aku bisa keluar sendiri! Ayo, Liang'er kita bermain di kediaman Kakak," ajaknya pada pemuda itu dan dibalas anggukan. Mereka meninggalkan kediaman Han Xiao Yan tanpa rasa kepedulian sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...