Di sore yang indah dan redup, terlihat seorang gadis cantik dan pria muda dengan tongkat di sampingnya sedang duduk bersebelahan.
Wajah cantik gadis itu terlihat sedih. Ia meletakkan kepalanya di lipatan tangan dengan bertumpu pada kedua kakinya, kemudian menghela nafas panjang.
"Ada apa?" Tanya pria muda di sampingnya, yang tak lain adalah Han Xi Fang.
"Bukan apa-apa, Yang Mulia," jawab Xiao Ran dengan lesu. Hal itu membuat Han Xi Fang tidak percaya dengan jawaban tersebut.
Keduanya diam sejenak, sebelum Han Xi Fang mengatakan hal yang membuat gadis itu cukup terkejut.
"Jika mau, kau bisa bersandar di bahuku,"
Xiao Ran mengangkat kepalanya dan memandangi Han Xi Fang dengan tatapan yang sulit diartikan. Tak dapat dirinya mengelak, semakin ia melihat junjungannya, semakin ia jatuh cinta dengan semua yang dia miliki. Paras, sikap, kenangan masa lalu, kedekatan mereka. Semuanya.
"Bolehkah?" Ujarnya ragu.
Pria tampan itu menoleh ke asal suara di sampingnya. Lagi-lagi, hanya sebuah senyuman tipis yang selalu dia tampilkan. Tipis, sangat tipis.
"En,"
Mendapatkan izin, Xiao Ran meletakkan kepalanya dengan perlahan di bahu tegap junjungannya. Hatinya berdebar lebih cepat saat berada dengan jarak sedekat ini.
Aroma tubuh Han Xi Fang menyeruak memasuki indra penciumannya. Meskipun ia selalu menyiapkan pakaian dan segala keperluan junjungannya, akan tetapi, ia tetap terbuai dengan wangi dari setiap inci tubuh pria ini.
"Merasa lebih baik?" Tanya Han Xi Fang. Ia yakin jika Xiao Ran memiliki masalah yang tidak dia ceritakan padanya.
Xiao Ran hanya mengangguk. Bersandar di bahu junjungannya sangatlah nyaman. Andai ia bisa melakukan hal ini lebih sering. Dalam sekejap, semua perkataan putri ketiga menghilang dari pikirannya. Mengenai ia yang tidak boleh berdekatan dengan Han Xi Fang, dan segala kata-katanya yang lain.
Wajar jika dia berkata seperti itu pada pelayan sepertinya. Dia adalah seorang Putri Kekaisaran Han yang terdidik dan terpelajar. Sudah tentu jika dia akan mengawasi semua orang yang berdekatan dengan kakaknya.
Katakan saja jika ia menolak sadar. Meskipun sudah ditampar berkali-kali dengan kata-kata, tetap saja tidak akan merubah perasaan yang sudah tertanam di hatinya.
Lagipula, tidak mungkin Han Xi Fang juga menyukainya atau membalas perasaan bodohnya, kan? Jikalau pun mungkin, ia pasti tidak akan bisa berbicara lebih banyak lagi.
"Apa adikku berbicara hal buruk padamu?" Tanyanya lagi. Berhasil membuat gadis itu menjauhkan kepalanya dari bahunya.
"Benar? Apa yang dia katakan?"
Sementara Xiao Ran sedang bingung ingin menjawab apa. Bagaimana bisa dia mengetahui semuanya? Apa dia seorang peramal?
"T-tidak. Yang Mulia Putri tidak mengatakan apapun pada hamba, Yang Mulia," jawabnya, yang tentu saja berbohong.
"Jangan berbohong," desak Han Xi Fang tak percaya.
"Hamba tidak berbohong, Yang Mulia," jawabnya berusaha meyakinkan.
"Jujur, atau kita tidak akan bicara lagi." Mendengar perkataan Han Xi Fang, membuat Xiao Ran seketika menatap pria itu. Dirinya tidak tahu harus berkata apa. Namun, jika ia tidak mengatakannya, maka ia dan junjungannya tidak akan bicara lagi.
Xiao Ran tetap diam selama beberapa menit lamanya, membuat Han Xi Fang menyimpulkan keputusan yang diambil gadis itu. Ia meraih tongkatnya dan berdiri, lalu melangkah hendak ke dalam, karena ia merasakan hawa sudah memasuki malam.
Akan tetapi, baru beberapa langkah meninggalkan tempat duduk, suara Xiao Ran membuat langkahnya terhenti.
"Putri ketiga menuduh hamba mempengaruhi Yang Mulia agar Yang Mulia tunduk di bawah kaki hamba. Padahal hamba tidak pernah sekalipun berfikir untuk melakukannya," ungkapnya dengan lirih. Bahkan ia tak berani mengangkat kepalanya.
Han Xi Fang berbalik, dirinya senang mendengar pengakuan jujur gadis itu. Sebenarnya, ia tidak benar-benar ingin mengancamnya, itu hanya sedikit gertakan agar dia mau berkata jujur.
"Ya, kau memang berhasil mempengaruhiku, Xiao Ran," ujar Han Xi Fang.
Lagi-lagi perkataan Han Xi Fang berhasil membuat gadis itu menatapnya dengan tatapan bingung.
"Apa maksud Yang Mulia?" Tanyanya tak mengerti.
"Boleh aku meminta sesuatu?" Pria itu balik bertanya. Dengan ragu, Xiao Ran mengangguk.
"En,"
"Jika hanya berdua, bisakah kita menghilangkan sikap formal ini?" Pinta Han Xi Fang.
"Tapi... itu sangat tidak sopan, Yang Mulia," jawabnya ragu.
"Bukankah dulu kau sangat sering memanggilku hanya dengan nama saja? Bahkan dulu Bibi sering memarahi mu." Han Xi Fang terkekeh kecil. Sementara Xiao Ran memasang wajah cemberut, ia sangat malu.
"Sudahlah Yang Mulia! Itu sangat memalukan!" Ia menjerit kesal. Jika saja junjungannya bisa melihat, sudah dapat dipastikan dia akan tertawa sangat kencang saat melihat wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
Pria tampan itu menggeleng pelan. Gadis ini sangat lucu.
"Baiklah, kita lupakan saja itu. Bagaimana?"
Xiao Ran tampak berfikir sejenak. Tapi, ia tidak tahu harus memanggil junjungannya dengan sebutan apa. Xi Fang? Fang-fang? Fang'er? Aih, ia sangat bingung.
Xiao Ran berdiri, ia melipat kedua tangannya di dada dan berjalan ke arah pria itu, lalu berdiri di sampingnya.
"Boleh saja. Tapi, aku harus menyebutmu apa? Apakah Fang-fang?" Ujarnya menggoda, sikunya menyenggol lengan Han Xi Fang dengan jahil.
"Terserah padamu, aku tidak keberatan," jawab Han Xi Fang.
Ia menarik tangan Han Xi Fang untuk menuntunnya masuk ke dalam, karena hari sudah semakin gelap. Ia berencana membuat sup ikan kesukaan junjungannya.
"Bagaimana jika aku membuatkan mu sesuatu yang enak? Kau mau?" Tanya Xiao Ran.
"En," jawab pria tampan itu. Ia mengikuti kemana gadis ini membawanya. Menaiki tangga dan duduk di meja makan, sedangkan dia mulai berkutat dengan semua alat dapur, hingga tercium aroma harum beberapa saat setelahnya.
"Pedas atau manis?" Tanya Xiao Ran dengan tangan yang memegang bubuk cabai dan sekotak gula. Ia menatap seorang pria yang tengah duduk di kursi.
"Biasa saja. Jangan terlalu pedas, dan jangan terlalu manis," pintanya.
Xiao Ran mengangguk, ia menambahkan sedikit bubuk cabai dan sejumput gula, lalu mengaduk panci berisi sup ikan yang hampir matang.
Setelah dirasa matang, ia kemudian mengambil satu mangkuk dan mengisinya dengan sup serta sepotong ikan yang dibelinya di pasar tadi pagi.
"Makanan sudah siap!" Ujarnya semangat, kemudian meletakkan semangkuk nasi dan sup di atas meja. Tak lupa menuangkan air di gelas perunggu.
"Ayo buka mulutmu, anak manis," ucap Xiao Ran. Dengan telaten ia menyuapi Han Xi Fang, begitupun sebaliknya, pria itu menikmati sup ikan kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...