"Bersulang!"
Menteri Luo Chang mengangkat tinggi-tinggi cangkirnya dan ber-tos ria dengan dua orang di hadapannya. Mereka tertawa terbahak-bahak, seolah-olah sedang merayakan sesuatu. Terhitung sudah dua teko berisi minuman alkohol yang mereka minum, namun masih tak membuat keduanya mabuk, sedangkan satu wanita di antaranya hanya minum sekedarnya.
"Kita harus merayakan kemenangan kita, Yang Mulia. Usaha kita selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil," ujar pria paruh baya itu seraya tersenyum sumringah.
Wanita yang disebut 'Yang Mulia' tersebut hanya menanggapinya dengan senyuman manis penuh makna. Ia juga turut meneguk sedikit demi sedikit minuman alkohol, kemudian menatap Menteri Luo Chang yang sedari tadi mengajaknya bicara.
"Tentu saja. Beberapa hari lagi putraku akan mendapatkan posisi kuat, dan tidak akan ada yang bisa menggeser posisinya. Sekalipun itu adalah Han Feng Juan," balas Permaisuri Xin Jiawei dengan sebelah alis terangkat, diiringi senyuman miring di bibirnya yang merah merona.
"Kaisar terlalu banyak berfikir. Seharusnya dia langsung memberi Yang Mulia Pangeran gelar kaisar. Dengan begitu kita tak perlu menunggu beberapa tahun lagi," ungkap menteri keuangan tersebut dengan raut wajah kesal. Ia akui, meskipun Han Xiao Yan akhirnya akan diberikan sebuah gelar, tapi dirinya masih belum puas. Ia ingin sesuatu yang lebih dan lebih!
Mendengar hal itu, membuat Permaisuri Xin Jiawei memutar bola matanya malas dan mengangkat sudut bibir kirinya dengan sinis. Pak tua satu ini memang tak tahu caranya bersyukur! Masih untung kaisar mau memberikan Han Xiao Yan sebuah gelar, bahkan setelah semua usaha putranya membujuk sehingga nekat mogok makan dan kelaparan, tapi dia masih tak bisa menghargai itu semua!
Wanita itu menyilangkan kakinya seraya menatap datar wajah Menteri Luo Chang.
"Apa Bengong perlu mencarikan mu seorang guru agar kau bisa belajar bagaimana caranya bersyukur? Meskipun masih jauh dari yang kita rencanakan, namun ini sudah cukup untuk memperkuat pondasi kedudukan kita," ujar Permaisuri Xin Jiawei sinis.
Menyadari pertengkaran keduanya, Han Xiao Yan yang sedari tadi diam menyimak, kini bersuara,
"Sudahlah. Yang terpenting aku akan segera menjadi seorang Putra Mahkota," ucapnya sambil menepuk dadanya dengan bangga.
"Ya, ya, ya. Tidak ada yang bisa menyingkirkan kita, karena semua bukti sudah tersimpan rapi." Pria paruh baya itu mengambil anggur dan memakannya dengan satu kaki terangkat di atas kursi.
Malam ini mereka benar-benar merayakan keberhasilan yang sudah berada di depan mata mereka. Ia duduk bagaikan seorang raja, dan akan segera menjadi seorang raja, kelak.
"Saya harap Yang Mulia masih mengingat perjanjian kita sebelumnya kalau pangeran kedua sampai mendapatkan kursi naga," katanya kembali mengingatkan janji yang sempat diucapkan oleh wanita bergelar 'Permaisuri' itu.
"Tentu saja. Separuh dari Kekaisaran Han akan menjadi milikmu, menteri," jawab Permaisuri Xin Jiawei enteng, karena memang mereka sudah membuat perjanjian jauh-jauh hari, bahkan sebelum putranya itu lahir.
Mendengar pembicaraan mereka, seseorang berpakaian serba gelap yang sedari tadi mengintip dari celah jendela seketika melotot terkejut, tak menyangka jika ia akan mendapatkan informasi seperti ini.
Setelah minum banyak, akhirnya pria paruh baya itu mabuk dan mulai meracau tidak jelas di ruang tengah kediaman Han Xiao Yan. Ia meraba-raba bagian pinggangnya dan terkejut kala tidak menemukan sebuah kunci yang biasanya selalu dirinya bawa kemana-mana.
"Ah, sial! Aku lupa membawa kunci ruang bawah tanah itu." Sesaat ia mengumpat dan berdecak sebal, tapi kemudian ia bertingkah seolah tak perduli, yang malah membuat Permaisuri Xin Jiawei dan Han Xiao Yan saling tatap dengan pandangan cemas. Mereka menatap Menteri Luo Chang yang sedang meneguk minumannya.
"Kau lupa? Bagaimana bisa!" Bentak wanita itu panik. Pak tua ini sangat ceroboh! Kunci itu sudah seperti penentu nasib mereka, dan sekarang dia melupakannya!
Dia meletakan gelasnya di atas meja, kemudian tersenyum cengengesan tidak jelas. Tidak ada rasa khawatir atau takut di dalam sorot matanya.
"Tenang, kalian tidak perlu takut seperti itu. Menteri ini telah menaruh hampir sepuluh pengawal untuk menjaga lemari itu. Lagipula aku sudah menaruhnya di tempat paling aman," ujarnya sambil menunjukkan sepuluh jarinya.
"Dimana?" Tanya Han Xiao Yan yang juga ikut takut.
"Di atas lemari," jawabnya enteng tanpa dosa.
Bruk!
"Aduh!"
Menteri Luo Chang jatuh terjungkal ke belakang saat Permaisuri Xin Jiawei dengan sengaja menendang kuat kursi tempatnya duduk dengan emosi yang menggebu-gebu. Wanita itu kini terlihat sangat kesal.
Sementara pria paruh baya yang tergeletak mengenaskan di lantai itu hanya bisa meringis, kala kepalanya terbentur kaki lemari kecil yang berada tepat di belakangnya.
"Awhh... kepalaku... Apa yang kau lakukan, sialan!" Menteri Luo Chang berteriak keras tak terima diperlakukan seperti tadi. Kesadarannya kini sudah kembali, tergantikan oleh rasa sakit yang menjalar. Sepertinya kepalanya benjol.
Tatapan keduanya beradu tajam. Permaisuri Xin Jiawei yang berdiri tegak sambil berkacak pinggang, dan Menteri Luo Chang yang masih terbaring di lantai.
"Ceroboh! Bagaimana kalau ada penyusup?!" Bentak wanita berhanfu merah tersebut.
"Tidak akan ada penyusup. Rumahku selalu dijaga ketat. Lagipula siapa yang akan menaruh curiga pada menteri ini?" Tanyanya, yang berhasil membuat Permaisuri Xin Jiawei kembali berfikir. Benar juga, menteri keuangan ini tidak pernah terlalu terlibat ke dalam urusannya. Tapi yang jelas dialah otak dari semua rencana ini.
~~~~~~~
Beberapa tahun lalu, Permaisuri Xin Jiawei hanyalah seorang nona dari keluarga bangsawan kelas rendah yang kebetulan sedang jalan-jalan di hutan bersama pelayannya untuk mencari beberapa herbal langka dan juga bunga hutan. Namun tak menyangka dirinya menemukan seorang pria tampan sekarat di balik semak-semak. Dia adalah Putra Mahkota Han Zhen Wu/Kaisar Han.
Xin Jiawei adalah gadis polos baik hati dan ramah, dia menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan, termasuk pria tampan yang sedang sekarat tanpa memandang status.
Dia bersama pelayannya membawa Han Zhen Wu ke dalam rumah kayu yang memang dibangun untuk tempatnya bermain. Xin Jiawei juga gadis yang cerdas, dengan bermodalkan obat herbal dan pengetahuan, dia berhasil mengobati pria itu hingga sadar.
Han Zhen Wu membuka matanya dan menemukan gadis cantik yang tengah mengganti perban di tangannya. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
Mendapati pasiennya sadar, Xin Jiawei tersenyum senang. Ia mengambilkan makanan dan minuman untuk pria itu. Ramah dan hangat, itulah kesan pertama yang dirasakan Han Zhen Wu.
"Perkenalkan, Benwang adalah Putra Mahkota Han Zhen Wu. Terima kasih telah menolongku." Dia menyodorkan tangannya, berniat berkenalan dengan gadis cantik yang sudah membantunya.
Mendengar hal itu, sontak membuat Xin Jiawei melotot terkejut. Ia langsung bersujud di lantai dan memberikan salah hormat. Akan tetapi pria itu tidak senang dengan reaksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...