Merahasiakan

59 7 0
                                    

Setelah tertidur selama dua jam lamanya, Han Xi Fang akhirnya sadar.

Tangan kanan pria itu memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Ia berusaha mengatur nafasnya agar lebih tenang.

"Mengapa selalu saja begini," gumamnya kesal. Ia benci dengan tubuhnya yang sekarang, tubuh yang selalu merasakan sakit. Ini semua berawal dari tuduhan palsu Han Xiao Yan terhadap dirinya yang katanya menyerang kediaman Han Xiao Yan di malam hari. Konyol!

Setelah dirasa cukup membaik, Han Xi Fang memutuskan untuk bngun dari tempat tidurnya, ia tidak bisa terus berlama-lama di atas tempat tidur seperti orang lemah. Namun, saat bergeser, dirinya merasakan ada tangan seseorang di tepi ranjangnya.

Ia memegang tangan kecil dan halus itu. Xiao Ran, dirinya bisa mengenali tangan milik gadis itu. Dia mungkin tertidur saat menjaganya. Segaris senyuman tipis terukir di bibir Han Xi Fang, tangannya mengelus lembut rambut halus gadis itu.

"Terima kasih atas semuanya," batinnya dengan tulus.

Xiao Ran melenguh, mendengar suara itu, Han Xi Fang segera menarik tangannya. Gadis itu perlahan membuka mata, ia menguap dan meregangkan tubuhnya.

"Hmm... Yang Mulia,"

"Ya,"

"Apakah Yang Mulia baik-baik saja? Wajah Yang Mulia begitu pucat, ada yang sakit? Katakan?" Tanya Xiao Ran beruntun. Ia memeriksa kening pria tampan itu untuk memastikan junjungannya baik-baik saja.

"Tidak ada yang perlu dicemaskan. Aku baik-baik saja," jawab Han Xi Fang berbohong. Meskipun kenyataannya, ia sering merasakan sakit di bagian kepala dan dadanya. Ini semua ia lakukan agar gadis ini tidak terus menerus mengkhawatirkan dirinya.

Xiao Ran menatap Han Xi Fang tak percaya. Pasalnya, junjungannya sering berbohong saat sakit. Dan saat ketahuan berbohong, maka junjungannya selalu mengatakan jika dia tidak ingin ia mencemaskan dirinya.

'Jika aku mengatakannya, kau pasti akan terus mengkhawatirkan ku,'

"Benarkah? Suhu tubuh Yang Mulia cukup panas. Apa Yang Mulia yakin sedang baik-baik saja?" Tanya Xiao Ran memastikan.

"Hanya sedikit," jawab Han Xi Fang.

"Jangan berbohong, Yang Mulia." Xiao Ran mulai merasa jengkel. Selalu saja begini, dia merasa hanya sedikit sakit. Namun, keesokan harinya, kondisinya semakin buruk.

"Apa hari sudah siang? Pergilah makan, kau pasti lapar," ucap Han Xi Fang mengalihkan pembicaraan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Yang Mulia,"

"Tidak, makanlah, hari ini kau pasti lelah mempersiapkan semuanya," katanya.

"Hamba tidak lap.... YANG MULIA!" Pekik gadis itu terkejut saat melihat ada darah yang keluar dari hidung junjungannya. Buru-buru ia merobek hanfu nya untuk menyeka darah itu.

Han Xi Fang sendiri terkejut mendengar suara keras Xiao Ran. Ia menjadi lebih terkejut saat mendapati bahwa Xiao Ran menyeka darah di hidungnya.

Gadis itu mengambil kapas dari dalam laci untuk menyumbat aliran darah itu agar berhenti.

"Ini yang disebut baik-baik saja?!" Sentak gadis itu marah sekaligus cemas. Ia mulai meneteskan air matanya.

Han Xi Fang diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Xiao Ran.

"Mengapa Yang Mulia menyembunyikan hal ini dari hamba?! Apa hamba tidak ada artinya untuk Yang Mulia?!" Xiao Ran benar-benar tidak mengerti. Mengapa junjungannya selalu tidak pernah jujur tentang kondisinya.

"Justru karena kau sangat berarti, aku tidak ingin membuatmu cemas," batin Han Xi Fang sedih.

"Aku baik-baik saja. Itu hanya beberapa tetes darah, tidak masalah." Han Xi Fang berusaha menjelaskan pada Xiao Ran bahwa dirinya tidak apa-apa.

"Beberapa tetes? Jika terus menerus seperti itu Yang Mulia bisa saja tiada!" Mata gadis itu memerah menahan tangis. Hatinya seolah teriris pisau saat melihat junjungannya selalu merasakan sakit.

Lagi-lagi Han Xi Fang hanya diam. Ia tidak mungkin berkata jujur pada gadis ini. Jika seperti ini saja dia sudah sangat sedih, bagaimana jika dia mengetahui semuanya? Ia ingin terus mendengarkan tawa gadis ini, bukan tangisnya. Biarpun ia tidak mampu melihat seperti apa yang mereka sebut dunia, baginya, Xiao Ran sudah seperti dunianya.

"Aku tidak apa-apa, sungguh. Hanya sekali ini saja, aku berjanji tidak akan sakit lagi," ujarnya menenangkan. Ia menggenggam tangan Xiao Ran.

Gadis itu memeluk Han Xi Fang dengan erat, ia menangis, memperlihatkan kalau dirinya benar-benar khawatir pada junjungannya.

Begitupun Han Xi Fang. Dia membalas pelukan itu dan mengusap surai halus Xiao Ran.

"Sudah, aku menyuruhmu untuk makan. Pergilah." Han Xi Fang melepaskan pelukannya, ia meraba wajah Xiao Ran dan mengusap air mata di pipinya.

Xiao Ran mengangguk, ia bangkit dari kursi dan pergi dari kamar junjungannya untuk makan.

Setelah Xiao Ran benar-benar pergi. Pria itu mengembuskan nafas berat, kemudian berusaha duduk dan menyenderkan tubuhnya di ranjang. Ia sendiri juga tidak tahu pasti mengenai penyakit apa yang ada di dalam tubuhnya saat ini. Ia hanya berharap itu bukanlah hal serius, dan akan segera hilang.

"Semoga saja dia tidak curiga,"

Han Xi Fang tiba-tiba teringat akan ucapan Permaisuri Xin Jiawei tadi pagi.

"Anak kurang ajar!"

"Kediaman ini bahkan lebih buruk dari kandang kuda!"

Ucapan itu masih terngiang-ngiang di pikirannya. Apakah ia seburuk itu di mata ibunya?

"Kegelapan yang menyakitkan sampai akhir hidup," ujarnya disertai kekehan.

Han Xi Fang hanya bisa terkekeh saat mengingat betapa menyakitkannya perilaku mereka terhadapnya. Begitu banyak rasa sakit, bahkan sampai membuatnya lupa bagaimana caranya menangis.

Orang mengatakan jika laki-laki tidak boleh menangis, tapi, apakah hal itu akan selalu terjadi? Menyimpan semuanya sendiri. Sewaktu kecil dulu, ia sering bercerita seraya menangis pada pengasuhnya, Ibu Xiao Ran.

Saat itu Han Xi Fang berusia sekitar sepuluh tahun. Di mana saat itu kaisar memaki dan membentaknya karena Han Xiao Yan menuduh dirinya telah mendorongnya hingga terjatuh.

"Beraninya kau mendorong putra Zen! Dasar tidak berguna! Kau adalah aib kekaisaran!" Cecar Kaisar Han menusuk.

Sedangkan Han Xiao Yan tersenyum penuh kemenangan ketika menyaksikan Han Xi Fang mendapatkan bentakan dari ayahnya.

"Ayah, dia juga menghinaku. Dia mengatakan kalau aku tidak akan bisa menjadi Putra Mahkota, karena dia yang akan mendapatkannya," ucap Han Xiao Yan semakin memanaskan suasana. Tentu saja itu semua hanyalah kebohongan belaka.

Nyatanya, dialah yang mendorong Han Xi Fang hingga terjatuh. Dia juga yang mengatakan jika Han Xi Fang tidak akan memiliki kesempatan untuk merebut tahta itu, karena itu semua adalah miliknya. Namun, Han Xiao Yan melihat ayahnya sedang berjalan tak jauh dari tempatnya berada. Ide licik hinggap di otak kotornya. Dia memegang kedua tangan Han Xi Fang, lalu dengan sengaja terjatuh dan menangis keras, sehingga membuat Kaisar Han mendatangi putranya yang menangis.

"Kurang ajar!"

PLAK!!

Suara tamparan terdengar nyaring. Tangan Kaisar Han mendarat di pipi kiri anak laki-laki itu dengan keras, membuat Han Xi Fang memalingkan wajahnya. Dapat dilihat di pipinya terdapat bekas kemerahan yang tercetak jelas.

Han Xi Fang memegangi pipinya yang terasa perih. Ia menunduk, setetes air matanya berhasil lolos, sehingga mengalir membasahi pipinya yang merah.

"Mati saja kau! Kau hanya menyusahkan Zen! Memalukan!"

"Ayo anak Ayah yang paling tampan. Jangan menangis, bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat?" Suara pria itu berubah seketika saat berbicara dengan Han Xiao Yan.

Han Xiao Yan tersenyum smirik. Inilah pemandangan yang selalu ingin ia lihat. Di mana ia memberitahu Han Xi Fang betapa ayahnya begitu menyayanginya.

"Ayo, Ayah,"

Kemudian Ayah dan anak itu pergi seraya berpegangan tangan. Meninggalkan Han Xi Fang seorang diri.

Painful Darkness Until The End Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang