"Tapi setidaknya saya bisa membuat mereka merasakan apa yang saya rasakan selama ini. Nyawa dibalas nyawa." Tiga patah kata yang dilontarkan Han Feng Juan mampu membuat Master Guo bungkam.
"Banyak kabar burung mengatakan jika orang-orang baik akan mati terlebih dahulu. Itu artinya, menjadi orang jahat tidak ada salahnya, kan?" Cetusnya.
Pria tua itu mengusap pelan punggung Han Feng Juan, ia menghela nafas panjang. Dendam benar-benar sudah menyelimuti hati Han Feng Juan. Bahkan, ia tidak yakin jika anak muda di hadapannya ini masih memiliki sedikit perasaan.
"Semua itu adalah takdir. Tidak ada hubungannya dengan menjadi orang yang baik atau jahat." Master Guo kembali menasehati.
"Ambil hak yang seharusnya milik Anda, Yang Mulia. Akan tetapi, jangan sampai menciptakan perang dan menyusahkan rakyat,"
Han Feng Juan diam, berusaha mencerna setiap nasihat Master Guo. Namun, lagi-lagi ia teringat pesan yang dititipkan ibunya.
'Beritahu kaisar jika putranya dari Tang Jia Ning masih hidup. Hukum orang-orang yang bersalah, jangan sampai ambisi jahat mengalahkan kebenaran,'
Sebenarnya ia sangat ingin untuk segera mengungkap itu semua, akan tetapi, kakeknya belum mengizinkan dirinya. Karena perebutan tahta yang semakin memanas, membuat kakeknya harus melakukan hal lebih untuk berjaga-jaga jika jalur perdamaian mungkin tidak dapat digapai.
"Akan saya usahakan, tapi saya tidak berjanji," balas Han Feng Juan, kemudian beranjak dari tempatnya semula berdiri, meninggalkan Master Guo seorang diri.
Saat tengah berjalan dengan suasana hati yang berantakan, tiba-tiba saja muncul seorang gadis dengan dandanan seperti badut di hadapannya.
Gadis bertubuh ideal, wajah tirusnya nya tertutupi oleh bedak putih tebal, lipstik merah, serta rambut penuh perhiasan. Han Feng Juan mendengus kesal.
"Selamat pagi, Feng'er sayang," sapa gadis yang bernama Ling Zui dengan suara dilembut-lembutkan, menyebabkan Han Feng Juan serasa ingin muntah.
Dia merangkul tangan pria itu dengan manja, bergelantungan, serta menyenderkan kepalanya di lengan Han Feng Juan.
"Lepas!" Ia menyentak tangannya hingga terlepas dari rangkulan Ling Zui.
Ling Zui memasang wajah cemberut sok imut dengan bibir dimajukan. Hal itu membuat Han Feng Juan semakin muak, lalu memutuskan untuk melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Gadis itu tak tinggal diam, dia mengikuti sang pujaan hati dari belakang, mengekori seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Kau mau kemana, tampan? Zui'er merindukanmu," ucapnya manja. Sementara, pria tampan itu tampak bergidik ngeri, lalu semakin mempercepat langkahnya.
"Gadis gila!" Umpat Han Feng Juan dalam hati.
Ya, ia tahu kalau dirinya sangat tampan, sehingga gadis manapun akan mabuk oleh pesona wajahnya. Tapi maksudnya bukan orang seperti ini juga! Secara keseluruhan, dia tidak terlalu buruk. Akan tetapi, sikap dan dandanan nya, errrr... SANGAT MENGGANGU!
Saat sedang mengekori Han Feng Juan, Ling Zui jatuh tersungkur ke tanah karena tersandung batu.
Bruk!
"Huaaa...! Kaki Zui'er sangat sakit... huaa..!" Dia menangis dengan keras di tengah lapangan sekolah perguruan, sehingga menarik perhatian beberapa murid lain yang berlalu-lalang. Ditambah lagi, mereka berbisik-bisik seolah membicarakan Han Feng Juan yang membiarkan Ling Zui di atas tanah.
Ling Zui diketahui adalah putri dari tetua perguruan tempat Han Feng Juan menempuh pendidikan selama belasan tahun lamanya. Tentu saja terkesan tidak sopan jika ia membiarkan gadis itu menangis keras.
Dengan hati yang dongkol, ia berbalik dan menghampiri Ling Zui yang masih bertahan pada posisi tengkurap di tanah.
Gadis itu sontak berhenti menangis ketika melihat pujaan hatinya berdiri tepat di hadapannya. Dia mendongak dan mengulurkan tangan ke atas disertai wajah memelas.
"Feng'er, gendong," pintanya.
Han Feng Juan memutar bola matanya malas. Atas dasar keterpaksaan, ia mengangkat tubuh ringan gadis itu dan menggendongnya masuk ke dalam gedung perguruan.
Ling Zui? Jangan tanyakan bagaimana kondisi jantungnya. Dia sendiri tengah mematung tanpa berkedip, sembari terus menatap wajah Han Feng Juan yang semakin tampan ketika dilihat dari dekat. Aroma wangi yang menguar dari hanfu pria tampan itu masuk ke dalam indra penciuman Ling Zui, membuatnya semakin jatuh ke dalam pesona seorang Han Feng Juan.
Han Feng Juan melirik singkat ke arah Ling Zui di dalam gendongannya. Dalam sekali lirik saja sudah sangat terlihat betapa dia begitu mengagumi wajahnya yang aduhai ini.
"Berhenti menatapku. Atau aku akan mencabut bola matamu!" Ucapnya mengancam. Namun, sama sekali tidak memberikan pengaruh apa-apa pada Ling Zui. Malah, semakin membuatnya terus menatap dengan pandangan memuja.
"Wajahmu terlalu sayang untuk dilewatkan," balas Ling Zui, kemudian menepuk dada bidang Han Feng Juan salah tingkah.
"Terserah,"
Tak ingin berlama-lama dengan Ling Zui yang semakin tidak jelas, Han Feng Juan sampai, lalu menurunkannya di atas kursi, kemudian berlalu pergi.
"Sayang! Jangan tinggalkan Zui'er!" Dia berteriak memanggil seorang pria yang sudah berjarak jauh tersebut dengan keras. Dan, ya, tidak ada sahutan apapun darinya.
Biarpun begitu, dalam sekejap Ling Zui sudah tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila, mengingat momen langka yang akan dikenangnya sampai kapanpun.
"Ah, dia begitu manis. Dingin, namun sangat memikat," katanya salah tingkah.
Setelah itu, ia berdiri dan menepuk-nepuk hanfu nya yang sedikit kotor, kemudian berjalan dengan riang. Sebenarnya, dia sama sekali tidak memiliki masalah dengan kaki saat terjatuh tadi, dan kabar baiknya adalah... sandiwara singkat tadi berhasil membuat Han Feng Juan menggendongnya.
Gadis itu bersenandung kecil sembari berjalan menelusuri lorong-lorong di gedung perguruan ayahnya. Besar dan megah. Dua kata yang cocok untuk menggambarkan betapa luasnya perguruan itu.
Setelah sampai di dalam kamar, Ling Zui memutuskan untuk membersihkan diri. Sebelum itu, dia duduk di depan meja rias dan melepaskan satu per satu perhiasan, serta menghapus bedak tebal dan rona merah di bibirnya.
Terlihat seorang gadis cantik berkulit seputih susu, bibir pink alami, serta bulu mata lentik di pantulan cermin.
Ling Zui terpaku dengan sosok di dalam cermin. Wajah cantik yang ia tutupi selama ini selalu terlihat saat dirinya hendak mandi. Ia mengusap pipi mulus tersebut. Dalam sekejap, sorot matanya terlihat sendu.
"Tidak, tidak ada yang boleh melihat wajah ini, tidak ada." Gadis tersebut menggeleng, mengusap setetes air di ujung matanya. Segera ia menyambar sebuah handuk yang tergantung di samping lemari, lalu masuk ke dalam pemandian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...