Pagi hari, suara seruling familiar terdengar mengalun dengan merdu, mengiringi aktivitas para pelayan dan pengawal.
Di kejauhan, terlihat seorang gadis cukup cantik mengenakan hanfu khas pelayan istana yang sedang berjalan terburu-buru menuju tempat baru dirinya bekerja. Namun, semakin dekat dengan tujuan, suara seruling bernada sedih itu terdengar semakin jelas.
Hingga tibalah dia di sebuah kediaman kecil sederhana. Ya, mungkin hanya itu yang dapat dia simpulkan dari kali pertama menginjakkan kaki di sini.
Mengabaikan rasa bingung, dia memutuskan untuk masuk dan menemui pangeran pertama, sang pemilik kediaman.
Sebenarnya gadis itu terkejut dengan perabotan dan setiap barang yang hanya berjumlah beberapa saja, tidak seperti kediaman tempat dirinya bekerja sebelumnya. Mewah dan gemerlap. Hingga akhirnya dia sadar, milik siapa kediaman ini. Seorang pangeran tunanetra yang diasingkan oleh kaisar.
Semakin masuk, dia sampai di sebuah halaman indah nan hijau penuh bunga. Nampaknya Xiao Ran benar-benar merawat kediaman ini.
Hingga matanya menangkap sosok pria muda yang tengah duduk membelakanginya di atas batu besar di bawah pohon rindang. Dapat dilihatnya sebuah seruling bambu yang pria itu mainkan.
"Mungkin saja itu pangeran pertama," gumamnya. Kemudian dia melangkah mendekati orang yang disimpulkan nya adalah pangeran pertama itu. Jujur saja, selama ini dirinya tidak pernah melihat seperti apa rupa pangeran pertama yang diacuhkan.
Merasakan keberadaan seorang di belakangnya, membuat Han Xi Fang seketika menghentikan nada seruling yang ia mainkan.
"Siapa?" Tanya pria itu dengan nada dingin.
Hal itu tentu saja membuat gadis pelayan itu terkejut akan kepekaan yang dimiliki oleh pria di hadapannya. Lalu dia sedikit membungkuk untuk sekedar formalitas.
"Saya Nan Zhi, Yang Mulia," jawab gadis yang bernama Nan Zhi tersebut. Di dalam nada bicaranya terdengar netral. Tidak terkesan tak sopan, ataupun terkesan menghormati.
"Saya adalah pelayan sementara yang akan menggantikan Xiao Ran, harap Yang Mulia bisa menerima keberadaan saya," imbuhnya kemudian.
"En,"
Setelahnya, hening. Tidak ada suara di antara mereka berdua. Masih dalam posisi yang sama, yakni Han Xi Fang yang duduk membelakangi Nan Zhi yang berdiri di belakangnya.
"Apa Yang Mulia menginginkan sesuatu?" Tanya Nan Zhi memecah keheningan.
"Tidak,"
Jawaban tersebut membuat gadis itu menjadi kaku sendiri. Ternyata pangeran pertama adalah orang yang dingin. Dapat didengar dari nada bicaranya, dan berapa jumlah kata yang dia keluarkan.
Tak ingin menjadi nyamuk ataupun patung, Nan Zhi memutuskan untuk mengambil sapu yang ada di sebelah Han Xi Fang. Ia berjalan mendekati sapu di samping pria itu, saat tangannya hendak mengambil sapu, matanya menatap terkejut wajah pria di hadapannya.
"Dewa macam apa yang telah bereinkarnasi hingga lahir setampan ini!!" Jerit Nan Zhi dalam hati.
Tak dapat dipungkiri jika pangeran pertama ternyata memiliki paras yang tidak main-main. Ia mengira jika pangeran pertama adalah pria lusuh dengan wajah tak seberapa, ditambah dengan kekurangannya itu. Tapi matanya tak mungkin berbohong, dia pantas disebut Dewa Ketampanan.
Pantas saja Xiao Ran betah berlama-lama bekerja di kediaman sederhana seperti ini, ternyata dia sedang mencuci mata. Jika seperti ini keadaannya, dengan senang hati dirinya akan terus bekerja di sini.
Pria berparas tampan dengan rahang tegas, alis rapi bak pedang, bibir tipis, hidung mancung dan postur tubuh tegap. Meskipun matanya tertutup kain, akan tetapi, hal itu justru membuatnya semakin mempesona. Sebagai gadis normal, tentunya ia sangat menyukai lelaki tampan, tidak bisa melihat pun tak masalah.
"Yang Mulia, saya akan membersihkan halaman ini terlebih dahulu," ujarnya dengan suara lembut mendayu-dayu. Hal tersebut membuat Han Xi Fang dibuat heran. Namun, ia tetap diam.
Tak mendapatkan balasan, membuat Nan Zhi sedikit kesal. Namun, ia malah merasa semakin tergila-gila pada Han Xi Fang sejak pandangan pertama, ditambah sikapnya yang uhh.. tidak bisa diutarakan dengan kata-kata.
Gadis itu memutuskan untuk menyapu halaman sembari sesekali mencuri pandang dengan wajah tersipu.
Terlalu fokus melihat Han Xi Fang, membuatnya tersandung batu dan berakhir terjungkal.
"Awhh.." Nan Zhi meringis, seraya mengusap bokongnya yang sakit.
Ide cerdas muncul di otak cantiknya untuk menarik perhatian Han Xi Fang. Ia mulai menangis keras, hingga membuat Han Xi Fang bangun dan mendatanginya.
Mata Nan Zhi berbinar-binar saat melihat pria itu berjalan menggunakan tongkat ke arahnya. Setelah sampai, Han Xi Fang mengulurkan tangannya pada Nan Zhi.
"Bangunlah," ujarnya. Dengan tangan gemetar tak menyangka, gadis itu membalas uluran tangan Han Xi Fang dan memegangnya erat. Tangan dingin yang jauh lebih besar dari tangannya itu menyentuh kulitnya.
"Terima kasih, Yang Mulia," balasnya dengan suara serak khas sehabis menangis yang dibuat-buat.
Gadis itu berdiri usai dibantu oleh Han Xi Fang. Tiba-tiba, ide cemerlang muncul lagi di otaknya. Dengan sengaja ia berpura-pura tersandung dan jatuh ke pelukan pria tampan itu. Han Xi Fang yang tidak siap pun langsung terjatuh ke rerumputan dan berada di bawah tubuh ramping Nan Zhi yang bersorak bahagia dalam hati.
"Aroma tubuhnya sangat memabukkan," batin Nan Zhi terpesona. Ia mengendus dada bidang Han Xi Fang yang terbalut hanfu hitam. Tangannya tergerak lancang membelai rahang tegas pria itu dengan lembut.
Han Xi Fang yang diperlakukan seperti itu merasa terkejut bukan main. Ia sontak bangun, sehingga membuat gadis tersebut terjatuh ke rerumputan.
"Apa yang kau lakukan?!" Sentak Han Xi Fang dengan nada mengintimidasi. Sungguh gadis bernama Nan Zhi ini sangat lancang terhadapnya. Apa itu tadi? Dia bahkan mengendus dan meraba tubuhnya, tidak sopan!
"Ya-yang Mulia, maafkan saya. S-saya tidak sengaja," kata Nan Zhi berpura-pura tidak sengaja, padahal sengaja.
Tak menggubris, Han Xi Fang berjalan masuk meninggalkan Nan Zhi yang masih terduduk di atas rumput seraya mencibir kesal.
"Aahh! Sedikit lagi! Awas saja, kau akan jatuh ke pelukanku, tampan." Gadis itu tersenyum miring, ia menjilat bibir bawahnya.
"Kau akan bertekuk lutut di hadapanku. Lihat saja," gumamnya.
Nan Zhi berdiri, lalu berbaring santai di atas batu besar, tanpa mau melanjutkan mengerjakan tugasnya. Ia harus merancang rencana untuk mempengaruhi Han Xi Fang, sang pujaan hati untuk menurut kepadanya.
Masa bodoh dengannya yang tidak bisa melihat, justru itulah kelemahannya. Membuat ia semakin mudah untuk melakukan apa saja, selagi dirinya tidak menimbulkan kecurigaan di benak pria itu. Waktu hanya seminggu, sebelum Xiao Ran kembali dari cuti. Han Xi Fang harus berada di dalam genggaman tangannya.
Terlalu lama memikirkan Han Xi Fang membuat Nan Zhi akhirnya tertidur pulas di atas batu dengan kedua tangan di bawah kepala sebagai bantal, serta kaki menyilang santai. Tanpa memikirkan halaman yang kotor, menyiram bunga, dan menyiapkan makanan untuk makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Darkness Until The End Of Life
Fantasy"Anda tidak perlu bersusah-payah menyingkirkan saya untuk mendapatkan tahta. Saya tidak menginginkannya." Han Xi Fang. Pangeran Pertama Kekaisaran Han yang terlantar karena terlahir tunanetra (buta), membuatnya diacuhkan dan hidup tertindas. Menjadi...